Kedatangan virus Corona membuat seluruh sendi kehidupan manusia berubah dan menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Salah satunya dengan menyebar informasi seputar pandemi sosial media dan memanfaatkan lahan di rumah sebagai kebun keluarga.
Kedua hal tersebut penting guna mengatasi situasi genting yang tidak kunjung mereda ini. Mengingat kini telah 216 negara yang tersusupi virus ini.
Indonesia sendiri termasuk ke dalam 216 negara yang terdampak. Persebaran yang terjadi termasuk cepat dan pernah memosisikan Indonesia ke deretan negara dengan jumlah penularan tertinggi.
Meresponse Pandemi yang Berefek Kompleks
Kondisi ini tentu mendorong semua kalangan untuk bersatu guna meminimalkan dan sebisa mungkin untuk menangkal efek negatif akibat pandemi ini.
Baca juga: Dampak Pandemi Covid-19: Antara Objektivitas dan Rekonstruksi Behavior |
Efek kesehatan adalah fokus utama yang mengambil porsi besar perhatian pemerintah. Seiring bertambahnya hari permasalahan semakin kompleks dan membuat pemerintah harus memecah fokus ke sektor yang lain seperti dampak sosial, ekonomi, dan politik.
Kondisi yang sedemikian genting memaksa adanya pembagian anggaran dalam berbagai sektor untuk penanganan pandemi. Utamanya dana tersebut teralokasikan pada aspek sosial dan ekonomi. Kebijakan ini penting, guna menghambat kemunculan bencana sosial-ekonomi akibat pandemi.
Pandemi, Sosial Media, dan Kebun Keluarga: Dakmpak Teknologi Terhadap Pandemi
Di balik kesulitan yang sedemikian besar, masih banyak keberuntungan di era pandemi Covid-19 ini, karena dukungan teknologi digital yang begitu masif untuk percepatan informasi.
Meski demikian, tentu kendala tetap ada karena peluang untuk persebaran berita bohong juga masif terjadi dan semakin mengacaukan kondisi.
Baca juga: Iklan “New Normal” Bukti Kegagalan Komunikasi Pemerintah? |
Antusiasme masyarakat untuk ikut andil dalam proses penanganan wabah ini sangat kentara sekali. Terlihat bahwa keanekaragaman karakter masyarakat bernilai positif untuk saling mengisi ruang dan celah yang ada dalam proses penanganan Covid-19.
Youtube: Sosialisasi di Media Sosial
Misalnya saja upaya tersebut terkampanyekan jelas di media sosial Youtube. Di mana banyak kreator yang berlomba-lomba membuat konten tentang kondisi aktual guna terhindar dari persebaran virus ini.
Kreator yang telah terkemuka akan dengan mudah menyampaikan informasi karena telah memiliki banyak pengikut. Dengan begitu informasi akan tersampaikan dengan baik.
Salah satu kanal Youtube yang getol mengabarkan informasi tentang Covid-19 adalah milik Deddy Corbuzier. Kanal ini mengundang banyak pembicara yang memiliki kompetensi, mulai para ilmuan sampai pemangku kebijakan.
Kemudian kanal narasitv milik Najwa Sihab juga banyak membahas kebijakan sekaligus hal-hal kontroversial yang terjadi selama pandemi berlangsung.
Kanal narasitv juga mengumpulkan pekerja kreatif dan musikus untuk memberi himbauan lewat nyanyian secara estafet dalam potongan video pendek.
Tidak ketinggalan, musikus campur sari beken, almarhum Didi Kempot juga sempat merilis lagu tentang kampanye larangan mudik sesaat sebelum wafat.
Instagram: Sosialisasi di Media Sosial
Bergeser ke platform Instagram yang juga ramai membincangkan soal Covid-19. Akun yang getol untuk menegur dan mengingatkan masyarakat agar selalu mematuhi anjuran pemerintah seputar wabah ini adalah influenser Dokter Tirta dan komedian Bintang Emon.
Keduanya memiliki gaya yang menarik saat melakukan sosialisasi. Keunikannya terletak pada ekspresi penyampaian mereka yang marah-marah atau intonasi tinggi (ngegas).
Gaya tersebut efektif daripada penyampaian formal dan santun yang seperti di televisi maupun di kanal sosial media pemerintah. Padangan ini tidak salah, karena memang marah-marah mereka pada akhirnya menjadi viral dan menjangkau banyak orang.
Selain itu, yang terpenting, bahasa yang mereka lebih ringan dan mudah dimengerti, terutama bagi masyarakat yang awam akan kondisi hari ini.
Aksi Saling Bantu dan Kemunculan Relawan
Selanjutnya para influencer banyak yang melakukan penggalangan dana dan bantuan sosial. Kepedulian ini muncul karena melihat banyak masyarakat dari golongan menegah ke bawah yang terdampak secara ekonomi sehingga memerlukan bantuan.
Di sisi lain, akses untuk mendapatkan masker, sabun cuci tangan, alat pelindung diri (APD) dan berbagai alat penunjang lain masih kekurangan stok. Setidaknya mereka yang belum meendapat akses akan tertolong oleh relawan yang suka rela menyisihkan harta dan tenaga guna membantu sesama.
Hal demikian sangat nampak di awal-awal pandemi merebak, di mana masyarakat masih bingung dan butuh waktu untuk menyesuaikan. Ditambah lagi keadaan rumah sakit yang belum memiliki kesiapan maksimal dalam proses penanganan.
Hal itu terlihat dengan kurangnya alat kesehatan yang memadai. Kondisi ini juga tentu memerlukan uluran tangan dari khalayak masyarakat.
Di masa transisi global ini, tentu kehadiran relawan cukup membantu dan berperan besar sebagai mitra pemerintah dalam menghadapi ketidaksiapan yang terjadi.
Baca juga: Era Baru Pasca-Pandemi: Mengembalikan Manusia Ruang yang Telah Usang |
Pandemi, Sosial Media, dan Kebun Keluarga: Kebun Keluarga
Salah satu bentuk ekspresi unik dan terjadi sebagai resepsi atas pandemi ini adalah membuat kebun keluarga. Bagi masyarakat Indonesia yang mewarisi darah agraris tentu bukan hal yang sulit.
Namun karena telah lama melupakan warisan dari nenek moyang, alhasil kini perlu melakukan penyesuaian. Kebun keluarga ini setidaknya sangat membantu dalam memastikan adanya kemandiriaan pagan.
Dalam perkembangannya kemunculan kebun keluarga ini disusul dengan adanya dapur umum yang menjamin suplai makanan bagi masyarakat di lingkungan sekitar.
Ketersediaan bahan makanan mendapat suplai dari kebun keluarga, iuran masyarakat, dan donatur. Kondisi ini mengukuhkan kembali akar budaya masyarakat Indonesia, yaitu bergotong-royong. Ini menjadi refleksi atas sikap individual yang mulai muncul dalam diri masyarakat Indonesia.
Rekonstruksi Keharmonisan Keluarga
Bahkan unit terkecil masyarakat sekalipun, yaitu keluarga, juga mengalami refleksi yang luar biasa. Di mana pada hari-hari biasa banyak orang yang sibuk dengan berbagai aktivitas sehingga tidak punya waktu luang untuk keluarga.
Terlebih mendorong orang tua untuk kembali menjalani peran sebagai pengasuh dan pengayom bagi anak-anaknya. Tidak bisa terelakan, sebelum pandemi terjadi sebagian masyarakat memang memiliki kesibukan yang sangat padat sehingga waktu untuk anak-anaknya banyak tersita dan terkurangi.
Pandemi, Sosial Media, dan Kebun Keluarga: Gotong Royong
Uraian di atas tidak lain adalah bentuk ekspresi yang muncul dari proses penyesuaian diri dengan kondisi pandemi yang sedang berlangsung. Resepsi yang beragam itu terbentuk oleh latar belakang masing-masing individu dengan pengetahuan dan pengalamannya.
Kondisi ini tentu sangat menguntungkan pemerintah karena dalam penanganan Covid-19 memerlukan kekompakan dari semua elemen masyarakat.
Baca Juga: Hadapi Covid-19, Bupati Pelalawan: Nyawa Masyarakat Lebih Berharga |
Kekompakan untuk saling bekerja sama menyelesaikan permasalahan ini juga berdampak positif untuk mencairkan masyarakat yang selama ini terkotak-kotakkan oleh identitas agama, suku, ras dan gender.
Lebih jauhnya, kondisi ini mendorong adanya keterbukaan antar kelompok. Selain itu, juga berpeluang untuk membangun komunikasi guna menjembatani eksklusifitas golongan dalam masyarakat. Setidaknya melalui keterbukaan dan komunikasi mampu membuat masyarakat Indonesia bekerja sama guna memakmurkan bangsa ini.
Editor: Roni Ramlan
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Catatan: Tulisan ini murni opini penulis, redaksi tidak bertanggung jawab terhadap konten dan gagasan. Saran dan kritik silakan hubungi [email protected]
Jadi, bagaimana pendapat Anda tentang artikel ini? Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya!
Anda juga bisa mengirimkan naskah Anda tentang topik ini dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!
0 Comments