Tidak ada yang abadi di dunia ini. Segalanya pasti akan pergi perlahan meninggalkan kita. Entah kita yang meninggalkan terlebih dahulu entah ia yang meninggalkan kita. Meninggalkan dalam arti bisa jadi karena kegiatan dan kesibukan tersendiri yang menjadi jarak antara kita dan ia. Bahkan, pergi meninggalkan kita untuk selama-lamanya yang hanya kemungkinan bertemu di Surga kelak.
Dalam hubungan pertemanan di persekolahan atau perkuliahan, yang kita sedang dekat-dekatnya di akhir-akhir pertemuan, justru perpisahan menghampiri. Kita beranjak maju untuk urusan yang lebih besar lagi petualangannya. Hubungan yang harmonis, penuh cinta serta makna terhalang jarak dan waktu. Hal ini tidak dapat dihindari, karena inilah hukum sebab akibatnya, ada pertemuan ada perpisahan.
Selanjutnya, berkaca dari hubungan orang tua dan anak, setiap anak pasti menganggap orang yang paling baik di dunia yang ia temui adalah ibu dan ayahnya. Hal ini adalah suatu fakta yang patut disyukuri. Ibu dan ayah adalah orang yang selalu ada untuk anaknya, entah anaknya dalam posisi apapun itu. Apakah masa terpuruk atau hancur sekalipun ia tetap mengatakan “kamu hebat nak”. Apalagi posisi anaknya dalam keadaan terbaik, tentulah luar biasa sekali senangnya.
Orang tua yang sangat kita cintai ini, harus kita sadari akan satu hal, bahwa ia bukan milik kita yang abadi. Suatu saat ia akan pergi menghadap Pemilik abadinya. Kita yang mencintai kedua orang tua, harus siap ikhlas dan sabar serta mendoakan surga Firdaus untuknya. Orang tua mungkin tak terlihat lagi. Namun, dia selalu ada meskipun telah tiada.
Entah orang tua kita yang akan mendahului kita, entah kita yang akan mendahuluinya. Menjadi anak yang baik dan berbakti kepada kedua orang tua adalah salah satu jalan untuk mensyukuri waktu yang ada dan apa yang telah diberikan Tuhan pada kita. Jika kedua orang tua kita telah pergi atau salah satunya, kado istimewa yang bernama doa adalah cara istimewa agar ia selalu terkenang di hati dan membawa ia perlahan menuju kebahagiaan hakiki.
Kemudian, jika menyinggung masalah cinta antara sepasang anak Adam dan Hawa, agaknya adalah sesuatu hal yang rumit, karena cinta adalah soal rasa yang tak bisa diungkapkan. Mencintai dan dicintai antara sepasang anak Adam dan Hawa adalah suatu kewajaran dan fitrah Illahi. Dialah yang memberikan rasa cinta itu, dan Dia pulalah yang berhak mengambil rasa cinta itu. Oleh karenanya, sadarilah rasa cinta itu bahwa ia adalah pemberian terbaik dari-Nya.
Jika kelak, rasa cinta yang telah diberikan Tuhan kepada kita untuk orang yang dianggap cocok hidup bersama, dan selalu hadir dalam doa di setiap sujud kita, tapi ternyata Tuhan palingkan kepada yang lain. Entah kita yang terpalingkan ataukah ia yang kita cintai terpalingkan. Ingatlah, bahwa Tuhan sedang mengajarkan kita indahnya sebuah perpisahan, bahwa Tuhan sedang mengajarkan kita indahnya sebuah rasa untuk saling mengikhlaskan atas nama-Nya.
Memahami bahwasanya tidak ada pertemuan yang abadi di dunia ini akan menyadarkan manusia, untuk bisa belajar merayakan sebuah perpisahan. Merayakan dalam artian mengiklaskan atas nama–Nya sebagai pencipta pertemuan itu. Adanya kalimat bahwa setiap pertemuan ada perpisahan adalah kalimat rayuan Tuhan pada hamba-Nya, bahwa hanya Tuhan-lah yang selalu ada, bahwa hanya Tuhan-lah yang tak akan meninggalkan.
0 Comments