Melihat pentingnya seni bagi kehidupan sama halnya dengan melihat arti penting lubang hexagon pada sarang lebah yang yang indah dan terukur. Dalam satu sisi ia indah sebagai seni, satu sisi ia juga memiliki fungsi dalam memperkuat struktur sarang dan tempat menyimpan serta menetaskan larva dengan ukuran yang ideal dan presisi. Lalu bagaimana perumpamaan tersebut berlaku bagi seni dalam dunia Islam?
Dalam sejarah seni Islam terdapat seorang ulama besar dan seniman kaligrafi yang Bernama Ibnu Muqlah (886-940 M). Ide Ibnu Muqlah dalam mereformasi khat khufi yang dianggap telah mapan, ternyata membawa perubahan besar. Dari upayanya tersebut bahkan lahir khat naskhi dan khat kursif lainnya (Ali, 2021, hal. 59).
Pengaruh Ibnu Muqlah ini menjadi barometer hampir seluruh khathath (ahli khat) sehingga ia dijuluki imamul khatthathin atau pemimpin para ahli khat. Sayangnya, Ibnu Muqlah yang saat itu menjabat beberapa posisi penting di istana dianggap berlawanan dengan pemimpin politik yang baru sehingga ia dihukum dan akhirnya wafat (Sirojuddin, 2019).
Meski Ibnu Muqlah telah tiada, namun kaidah al-khat al-mansub masih diterapkan selama lebih dari 1064 tahun lamanya. Kaidah tentang standar ukuran suatu huruf dengan menggunakan titik, alif, dan lingkaran menjadi ukuran standar baku yang masih berlaku. Kaidah lainnya seperti kepadatan (isyba’), kesempurnaan (ikmal), kelancaran (irsal), dan ketuntasan (itmam) telah membantu banyak kaligrafer dalam berkarya (Sirojuddin, 2019).
Semakin bertambah tahun nama Ibnu Muqlah bukan semakin tenggelam malah semakin naik ke permukaan. Hal tersebut nampak gamblang setelah muncul salinan dari terjemahan Ibnu Al-Muqaffa (w. 759 M) yang berjudul Kalila wa Dimnah yang disalin pada abad XIII dengan salinan yang menyertakan ilustrasi bergambar yang kemudian memunculkan inisiasi mengganti dengan hiasan berbentuk tanaman (Atjeh, 1952, hal. 224). Temuan tinta dan teknik melukis semakin menambah populer kaligrafi Al-Quran.
Muncul tren untuk menghias mushaf dengan hiasan bergambar. Meski diawali dengan keragu-raguan untuk membubuhkan lukisan makhluk hidup di dalam mushaf, namun akhirnya diputuskan sebuah jalan tengah dengan memperboehkan menampilkan ilustrasi makhluk hidup sebatas tumbuhan dan bentuk lainnya selain hewan.
Di tengah keragu-raguan dalam menerima kemajuan seni menghias mushaf ini, akhirnya muncul seorang ulama bernama Ibnu Bawwab seorang penulis mushaf yang salinan mushafnya diduga dirampungkan pada 1022 M. Ibnu Bawwab hadir membawa solusi cemerlang, dengan mempopulerkan mushaf yang menggunakan ilustrasi berupa ornamen seni geometri. Ia menjadi penerus Ibnu Muqlah yang menciptakan kaidah atau thariqah di bidang ilmu khat yang kemudian disebut Khattul Manshub (Rice, 1955, hlm. 6).
Karya Ibnu Bawwab tersimpan di Chester Beatty Library di Dublin Irlandia. Ia merupakan salah satu seniman iluminasi mushaf. Iluminasi mushaf adalah bagian mushaf yang diberikan hiasan berbeda dengan lembaran lainnya. Selain sampul, biasanya mushaf kerajaan akan dihias dengan tinta kuning keemasan, biru, merah, dan warna lainnya di bagian pembuka, tengah, dan akhir.
Ibnu Bawwab sendiri menghiasi karya iluminasi mushafnya dengan ornamen geometri maupun ornamen sulur-floral.
Pola ornamen iluminasi mushaf Ibnu Bawwab memadukan dua pola bentuk. Pertama, adalah ornamen geometri yang mendasarkan pembuatan ornamen pada pola (grid) bentuk baik pola segitiga (triangle grid), pola lingkaran (circle grid), maupun pola persegi (square grid). (Chaterine, 2004, hal. 23-36). Kedua, adalah ornamen sulur atau bentuk jalinan garis yang menguntai dan selaras menyerupai ranting daun yang bertumbuh yang identik dengan ornamen floral yang mengilustrasikan bentuk tumbuhan.
Karya Ibnu Bawwab yang berhasil ditemukan secara tidak langsung ikut mengangkat kembali nama Ibnu Muqlah. Ibnu Bawwab yang dalam karyanya menggunakan khat kursif baik berupa naskhi sebagai khat inti dan tsulutsi sebagai dekorasi menerapkan kaidah khat dari Ibnu Muqlah. Dengan banyaknya kaligrafer dan iluminator yang menerapkan kaidah Ibnu Muqlah membuat namanya kian lestari.
Hal tersebut tidak lain karena upaya Ibnu Muqlah dalam melakukan reformasi khat khufi ke dalam bentuk yang lebih dinamis. Ia tidak sengaja berhasil membuka pintu yang selama ini tertutup. Dari upaya ini lahir berbagai varian khat yang digunakan oleh kaligrafer atau iluminator mushaf.
Meninggalnya Ibnu Muqlah di tangan penguasa ternyata tidak mampu untuk menghentikan perkembangan karyanya. Sebaliknya, karya Ibnu Muqlah semakin berkembang karena keberhasilannya dalam memformulasi khat kufi ke dalam bentuk yang lebih dinamis. Upayanya kini menjadi pondasi yang dari sana muncul penerus baru yang berhasil mengembangkan kaligrafi Arab lebih beragam. Varian khat dan karakter ornamennya semakin hari semakin kaya.
Seni Bernarasi Ala Ibnu Muqlah dalam Konteks Indonesia Saat Ini
Berkaca dari teladan yang dicontohkan Ibnu Muqlah, bahwa kegiatan seni seharusnya dilakukan secara jujur. Waktu dan usaha digunakan untuk fokus pada pengembangan seni. Pada akhirnya seni akan mengangkat namanya. Meski saat itu ia sebagai salah satu pemimpin di wilayahnya sebagai wazir, namun ia sama sekali tidak menggunakan karyanya untuk menyinggung personal perihal politik.
Meski dengan kehati-hatian dan upaya menempatkan dirinya pada porsi yang ada, Ibnu Muqlah masih saja harus berurusan dengan penjara dan hukuman. Lalu bagaimana jika seniman saat ini membawa seni untuk kegiata berpolitik dan secara literal menyinggung figur tertentu? Andai ia hidup di masa Ibnu Muqlah maka ceritanya akan berbeda. Jika Ibnu Muqlah yang sangat hati-hati saja bisa mendapat hukuman berat, maka bagaimana dengan beberapa seniman yang saat ini banyak melakukan kritik secara langsung pada tokoh spesifik tanpa mempertimbangkan estetika menyampaikan pesan.
Seorang kurator seni rupa Suwarno Wisetrotomo menjelaskan bahwa mengkritik dengan menggunakan seni juga harus dilakukan dengan cara yang berseni. Bisa dengan kiasan, satir, atau proses penyampaian kritik dengan tanpa menyinggung figur namun pesan tersebut bisa tersampaikan kepada figur yang ingin dituju. Itulah seni. Jangan hanya menunggangi seni untuk kepentingan, namun bagaimana menunggangi kepentingan agar memiliki nilai seni.
Kisah Ibnu Muqlah mengajarkan bahwa untuk bisa dikenang tidak harus dengan cara sengaja mencari popularitas dengan memanfaatkan segala cara. Apalagi dengan cara menjatuhkan seseorang secara langsung dengan menampilkan figur personal. Menyampaikan pesan lewat seni kadang juga bisa dilakukan dengan cara yang berseni dan elegan.
Realitas media sosial belakangan ini yang menjadi pentas diskusi sering diisi dengan perdebatan yang berujung pada hujatan dan ujaran kebencian. Seseorang mungkin dapat berpikir untuk mencari data sebanyak banyaknya namun tidak berpikir menyampaikannya secara estetis dan elegan. F. Budi Hardiman pernah menulis buku Seni Memahami karena dalam memahami yang baik itu memerlukan seni. Demikian halnya jika menariknya pada konteks menyampaikan. Tidak hanya “seni memahami”, namun kita juga harus mulai memikirkan “seni bernarasi”.
Referensi
Atjeh, Aboebakar. (1952). Sedjarah al-Qur’an. Jakarta: Sinar Pudjangga.
Fitriana Rahmat, Ali. “Ibnu Muqlah (w. 328 H): Sejarah dan Sumbangsihnya dalam Penulisan Al-Qur’an”, dalam Jurnal Al-Fannar, Vol. 4, No 1, Tahun 2021.
Fukushima, Catherine. dkk. (2004). Islamic Art and Geometric Design, New York: Metropolitan Museum Art.
Rice, D. S.. (1955). The Unique Ibnu Bawwab Manuscript, Dublin, Emery Walker LTD.
Sirojuddin AR. (2019). Ibnu Muqlah: Dari Kaligrafi, Geometri, hingga Kebuasan Politik, diakses pada 27 Desember 2024 dari https://www.nu.or.id/esai/ibnu-muqlah-dari-geometri-kaligrafi-hingga-kebuasan-politik-qISl7.
Editor: Ainu Rizqi
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂
Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!
Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!
0 Comments