Siapa yang ingin memiliki hubungan yang tidak harmonis? Tentu mustahil rasanya. Acapkali hubungan yang harmonis mulai dibangun sejak berpacaran, sehingga tak terlalu terkejut ketika ke jenjang yang serius akan selalu mendapatkan halang rintang yang beragam macam kian menerpa. Lalu, bagaimana kiat kita untuk tetap harmonis dalam hubungan rumah tangga? Dalam kesempatan ini, kita akan bahas satu per satu konteks psikologis dalam membangun rumah tangga harmonis.
Keterbukaan
Kata kunci yang pertama untuk hubungan rumah tangga harmonis adalah keterbukaan. Maksud dari kata kunci ‘keterbukaan’ bukan sebagai keterbukaan fisik ya, alias telanjang. Meskipun arahnya ketelanjangan dalam mewakili maksud dari keterbukaan. Ingat, lirik salah satu dari Ebiet G Ade di lagunya, “Kita mesti telanjang, dan benar-benar bersih”. Bukan berarti kita dianjurkan untuk telanjang bugil kemudian membersihkan diri dengan mandi, bukan? Oleh karena itu, untuk dapat memahami dan mengelola sisi keterbukaan, perlu diperhatikan baik-baik hal-halnya sebagai berikut:
Baca Juga: Memahami Konstruksi Masyarakat Tentang Gender dalam Konteks Rumah Tangga |
- Hindari dari prasangka buruk terhadap pasangan kita
Dalam psikologi sosial, prasangka selalu ada dalam interaksi sosial, termasuk dalam hubungan pasangan rumah tangga. Akan tetapi arah prasangka yang cenderung negatif akan membawa arus hubungan rumah tangga menjadi rumit. Apa saja yang dikatakan oleh pasangan akan dinilai mencurigakan dan seterusnya. Akibat dari prasangka buruk, pihak masing-masing pasangan akan bertengkar dalam konflik yang tak terkontrol oleh mereka dan mengarahkan dirinya pada rasa tidak percaya satu sama lain. Maka untuk tetap menjaga sebuah keterbukaan pada hubungan rumah tangga perlu menghindari prasangka buruk terhadap pasangan.
- Ceritakan apa yang terjadi dari pengalaman diri kepada pasangan
Ceritakan tentang diri sendiri kepada pasangan kita, dari apa yang disukai misalnya hingga ke hal yang tidak disukai. Utarakan apa yang perlu kita ungkap mengenai diri kita kepada pasangan kita. Jangan menampilkan apa yang bukan merupakan jati diri kita.
Mungkin ada pasangan yang memiliki pengalaman buruk yang sulit untuk diceritakan ke pasangannya. Tidak apa-apa. Tidak perlu dipaksakan untuk diceritakan. Butuh waktu untuk bisa lepas tanpa beban dengan menceritakan apa yang terjadi dari pengalaman masa lalunya kepada pasangan. Alternatif yang lain, kalian bisa saling menceritakan pengalaman-pengalaman seru yang dimiliki masing-masing.
- Jalin terus komunikasi kepada pasangan
Tetap berkomunikasi dapat menciptakan momen-momen dalam menyampaikan keterbukaan diri kita kepada pasangan kita. Jangan diam saja bila ada yang membuat diri anda senang atau kecewa. Segala emosi yang teralami oleh kita dalam hubungan rumah tangga tidak luput dari positif dan negatif dari perasaan masing-masing. Merasa ada yang lucu, katakan pada pasangan. Merasa diomeli pasangan, sampaikan kepadanya. Menjaga komunikasi dalam hubungan rumah tangga yang sedang dibangun akan mengarahkan hubungan pada nuansa harmonis.
Perlu dicatat lebih lanjut, komunikasi yang dijalin adalah komunikasi yang verbal. Meskipun ada dalam teori tentang komunikasi non-verbal seperti gestur, pola tingkah, maupun hal lainnya yang berkaitan dengan ‘kode’ untuk disampaikan kepada pasangan. Komunikasi verbal cenderung dibutuhkan untuk persoalan keterbukaan kepada pasangan ketimbang komunikasi non-verbal. Hal tersebut dikhawatirkan akan rentan konflik akibat kesalahpahaman pada keterbukaan diri kita oleh pasangan kita.
Penerimaan
Kata kunci yang selanjutnya untuk hubungan rumah tangga yang harmonis adalah penerimaan. Untuk dapat memahami lebih lanjut, simak uraiannya berikut:
- Akui apa yang dimiliki oleh pasangan kita
Siapapun saja tentunya tidak nyaman dengan adanya penolakan. Oleh karena itu, dalam hal penerimaan kita terhadap yang dimiliki pasangan perlu kita akui untuk membangun rumah tangga harmonis. Akuilah bahwa, “aku menerima segala kekurangan dan keistimewaan yang ada dalam diri pasanganku”. Menurut pernyataan yang diungkapkan oleh orang yang memahami bidang psikologi mengatakan bahwa tiap pribadi kita masing-masing adalah unik.
- Jangan memaksa
Jangan paksa pasangan kita sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita tidak perlu memaksakan pasangan kita sebagaimana yang kita mau, apalagi bila pasangan kita tidak setipikal dengan kita. Yang perlu diperhatikan adalah bagian ‘memaksa’. Bila ada yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita terhadap pasangan, usah buru-buru mengambil tindakan tegas dalam hubungan kalian. Akan berisiko nantinya pada konflik berkepanjangan akibat kita terlalu memaksakan kehendak diri kepada pasangan kita yang notebenenya berbeda dari kita. Boleh renungkan baik-baik, bila pasangan adalah pelengkap kehidupan kita, maka perbedaan bukanlah hal yang perlu dihindari. Contoh yang paling sederhananya, memaksakan pasangan suka dengan apa yang kita suka.
- Toleransi dengan apa yang ada dalam personal diri si pasangan
Bila ada yang tidak kita sukai dari pasangan kita, bertoleranlah. Nyatanya, kita dalam lingkup kehidupan kita selalu ada yang tidak kita sukai. Namun, bagaimanapun juga kita dapat menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan hal yang tidak kita sukai. Ini merupakan sikap toleransi yang mendasar untuk jalinan hubungan rumah tangga. Apalagi berkenaan dengan selera, misalnya. Tidak mesti selera sang suami mesti sama dengan selera sang istri. Begitupun sebaliknya.
Baca Juga: Membaca Kembali Hadis tentang Kriteria Memilih Pasangan Perspektif Kesalingan |
Kepercayaan
Kata kunci yang terakhir adalah kepercayaan. Maksudnya bukan berkenaan dengan keyakinan yang dianut, ya. Maksud dari kepercayaan ini adalah bagaimana kita bisa menumbuhkembangkan rasa percaya kepada pasangan kita. Untuk lebih lanjutnya, dengan konteks psikologis yang disebut dengan kepercayaan dalam membangun rumah tangga harmonis akan diuraikan sebagai berikut:
- Dukung selalu arah tujuan kita dan pasangan dalam hubungan
Setiap perjalanan pasti akan sampai bila diiringi dengan tekad yang kuat, dengan artian, rasa percaya bahwa tujuan dari perjalanannya akan sampai pada titik yang ia tuju. Begitu juga dalam bahtera rumah tangga. Meski tujuan pasangan rumah tangga tidak persis sama. Akan tetapi, dengan percaya kepada pasangannya, membersamai perjalanan dan tujuan dari hubungan rumah tangga akan menjadi vibe positif. Sama atau tidaknya tujuan masing-masing pihak hubungan rumah tangga bukan menjadi tolok ukur suatu hubungan rumah tangga itu harmonis dan langgeng, ya. Ingat, percaya bahwa pasangan kita akan menjadi pendukung dari tujuan kita, perlu ditanam ke benak kita.
Support akan selalu dibutuhkan pasangan kita. Di sisi lain, kita percaya untuk tujuan dari hubungan kita dengan pasangan kita. Begitupun sebaliknya, kita percaya bahwa pasangan kita dapat mencapai tujuannya dengan berdampingan bersama kita. Support yang akan menjadi vibe positif seperti saling menghargai sangat berguna dalam suatu hubungan rumah tangga yang harmonis.
- Setia pada komitmen dalam hubungan
Tidak hanya sikap saling harga-menghargai saja, ya. Untuk dapat menumbuhkembangkan rasa kepercayaan kita kepada pasangan kita dalam hubungan rumah tangga, kita juga perlu setia pada komitmen mengapa hubungan kita dengan pasangan kita dapat terjalin. Rumah tangga merupakan hubungan yang tak mungkin tidak ada komitmen di dalamnya. Sebuah komitmen yang jelas akan menuntun pasangan tersebut menciptakan suasana emosional yang harmonis.
- Jinakkan sifat ego dalam diri
Perlu disadari, toksik mental yang berbahaya adalah ego. Agar hubungan menjadi harmonis dan langgeng adalah jauhi sifat ego yang dimiliki oleh pihak masing-masing pada pasangan suami-istri. Meskipun sulit, tapi ini cukup dijadikan pengingat agar tips dalam membangun hubungan yang harmonis dapat tercapai. Sifat ego selalu membuat kita terlihat menyerang maupun bertahan dalam suatu konflik apapun.
Hubungan rumah tangga yang dibangun bukanlah hubungan dengan sifat yang kontradiktif, baiknya pasangan rumah tangga menjauhkan diri dari egonya masing-masing. Berbeda selera maupun pendapat merupakan hal yang wajar. Sertakan alarm dalam benak, bahwa selalu ada kebaikan dan nilai positif yang pasangan kita berikan pada kita. Apabila ditemukan suatu ketidaksepakatan atau konflik, maka sangat dianjurkan untuk tidak membuang habis energi emosional yang terkesan destruktif dalam hubungan. Misalnya, salah sedikit, ancamannya cerai, apalagi melakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga, dan sebagainya. Sehingga kita hanya tampak mata pasangan kita tidak ada bedanya sebagai sosok yang intimidatif.
Tips ini tidak bermaksudkan untuk dilakukan secara runut satu per satu, dimulai dari keterbukaan, penerimaan, kemudian kepercayaan. Beda hubungan dari suatu pasangan, beda pula kisah terjalinnya suatu hubungan tersebut dari hubungan pasangan yang lain. Untuk dapat menjalani tips ini dengan baik, lakukan saja tipsnya dari apa yang menurut kalian mudah untuk diterapkan.
Latihlah selalu tips-tips di atas untuk menunjang perkembangan hubungan ke arah yang lebih positif sehingga lama-kelamaan akan terasa harmonis. Janggan anggap sebuah konflik adalah hal yang mesti dihindari ya. Justru sebaliknya, konflik perlu disikapi berbeda yaitu sebagai ajang latihan kalian memupuk tiga tips utama yang dapat membangun hubungan rumah tangga harmonis, yaitu: keterbukaan, penerimaan, dan kepercayaan.
Semoga tips ini dapat berguna bagi siapa saja yang sedang membangun rumah tangga. Terlepas itu bagi sosok istri maupun suami, ketiga tips ini diterapkan secara timbal balik, bukan sepihak ya. Berjuang dalam menjaga hubungan tentunya bersama, bukan sepihak. Tentu akan ada merasa yang dirugikan bila terjadi seperti itu. Maka dari itu, terapkan tips ini dengan kesepakatan bahwa tiap pihak dari suatu pasangan mau dan bertujuan dalam membina hubungan rumah tangga harmonis. Silahkan ajukan korespondensi bila ada pertanyaan yang kurang dipahami mengenai tips yang dipaparkan di atas. Bila ada kesempatan dan juga masukan dari para pembaca untuk disampaikan kepada penulis, akan penulis terima dengan senang hati dan lapang dada.
Akhir kata, saya tutup pembahasan mengenai tips membangun hubungan rumah tangga harmonis dengan quotes, “hubungan yang benar adalah hubungan dua orang yang tidak sempurna, yang menolak untuk menyerah satu sama lain”. Semoga dua orang itu adalah kalian yang sedang membaca tips ini, yang akan membangun hubungan rumah tangganya ke arah yang harmonis.
Editor: Ainu Rizqi
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Catatan: Tulisan ini murni opini penulis, redaksi tidak bertanggung jawab terhadap konten dan gagasan. Saran dan kritik silakan hubungi [email protected]
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂
Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!
Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!
0 Comments