Tafsir Surah al-Ahzab Ayat 40: Nabi Muhammad Adalah Penutup Para Nabi

Muhammad SAW adalah penutup para Nabi, dan tidak ada lagi Nabi sesudahnya. Maka batallah pengakuan setiap orang yang mengaku menjadi Nabi.3 min


1
2 shares, 1 point
Sumber ilustrasi: pikiranmerdeka.co

Mengapa Nabi Muhammad adalah Nabi yang terakhir? Apakah benar Nabi Muhammad adalah penutup para Nabi dan tidak ada Nabi sesudahnya ? berikut penjelasan dalam al-Qur’an, surah al-Ahzab ayat 40 yang artinya:

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah maha mengetahui segala sesuatu(Al-Ahzab (33) : 40)

Tafsir Mufradat

Khatam : penutup berasal dari  “khatama-yakhtimu”, yang artinya menutup. (Luways Ma’luf, 1956, Al-Munjid). Di dalam Al-Qur’an kata “khatam” hanya disebutkan satu kali, yaitu pada surah al-Ahzab(33):40

Tafsir Ayat 

Ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan kisah Zaid bin Harisah, dan istrinya Zainab binti Jahsy. (Al-Bukhariy, dari Anas, Kitab At-Tafsir: 33)

Ayat tersebut diturunkan sebagai bantahan terhadap celaan orang-orang yang tidak mengetahui masalah Zaid bin Harisah,dan mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW menikahi istri anaknya, Zaid. Padahal Zaid bukanlah anak Nabi Muhammad SAW. Ia adalah salah satu sahabat Nabi yang diasuhnya sejak masih muda (Al-Qasimiy, 1978, XIII:266)

Baca juga: Masalah Kenabian Menurut Dua Faksi Ahmadiyah

Muhammad SAW bukanlah Zaid bin Harisah, melainkan beliau adalah Rasulullah yang diutus untuk menyampaikan risalah-Nya. Muhammad SAW adalah penutup para Nabi, dan tidak ada lagi Nabi sesudahnya. Maka batallah pengakuan setiap orang yang mengaku menjadi Nabi. dan dengan kedatangan Nabi Muhammad, sempurnalah syari’at Islam, tidak akan bertambah atau berkurang, sebagaimana disebutkan firman-Nya dalam surah al-Maidah ayat 3 yang artinya:

“Pada hari ini telah Kusampaikan untuk kamu agamamu, dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu” (al-Maidah [5]:3)

Menurut penelitian para ulama tafsir, ayat tersebut diturunkan di Arafah, pada tahun Hajji Wada’ (manna’al-Qattan, 1971, Mabahis fi Ulum al-Qur’an) : 63). Sesudah ayat ini 81 hari kemudian Rasulullah SAW wafat. (Rasyid Rida, al-Manar, VI:154)

Dimaksudkan dengan “al-yauma akmaltu lakum dinakum” (pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu), menurut al-Baihaqi, ialah masalah halal dan haram bagimu telah sempurna, dan tidak akan turun lagi ayat tentang halal dan haram. Sedangkan menurut riwayat yang ditakhrijkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Munzir, dari Ibnu Abbas, ia berkata: Allah telah memberitahukan kepada Nabi-Nya dan orang-orang mukmin, bahwa Allah telah menyempurnakan bagi mereka imam, dan tidak lagi memerlukan tambahan selamanya, dan tidak akan berkurang selamanya.

Di dalam suatu hadis yang diriwayatkan dari Tariq bin Syihab, ia menceritakan sebagai berikut: berkatalah orang yahudi kepada Umar: Kamu telah membaca suatu ayat dalam kitabmu, seandainya ayat tersebut diturunkan kepada kami, niscaya kami jadikan hari turunnya ayat tersebut sebagai hari raya. Umar berkata: ayat yang mana itu? Mereka berkata “al-yauma akmaltu lakum dinakum wa atmamtu alaiku ni’mati”.

Kemudian Umar berkata: demi Allah saya tahu hari diturunkannya ayat itu kepada Rasulullah SAW dan saat diturunkannya, yaitu pada sore hari Arafah, hari jumat. (Ditakhrikkan oleh al-Bukhariy, Muslim, Ahmad, at-Tirmiziy, an-Nasai, Ibnu Jarir, Ibnu Munzir, Ibnu Hibban dan al-Baihaqi,dari Tariq bin Syihab).

Pada ayat tersebut di atas (Al-Ahzab:40), ditegaskan bahwa nabi Muhammad SAW adalah “Khataman-Nabiyyin”, yang menurut para ahli tafsir, artinya “penutup para nabi”. Maka tidak ada lagi nabi sesudah beliau. Sebab dengan hadirnya Nabi Muhammad, syari’at sudah sempurna, tidak ada lagi tambahan dan tidak akan berkurang, sebagaimana ditegaskan pada surah al-Maidah(5): 3.

Sebagaimana dijelaskan dalam suatu hadis, Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya risalah dan nubuwwah telah terputus. Maka tidaklah ada Rasul dan Nabi sesudahku. Pernyataan tersebut rupanya memberatkan manusia. Maka Rasulullah SAW bersabda: tetapi masih ada al-Mubasysyirat, mereka bertanya: hai Rasulullah apakah yang dimaksudkan dengan al-Mubasysyirat? Beliau bersabda: mimpi seorang muslim. Mimpi seorang muslim adalah bahagia dari kenabian. (ditakhrijkan oleh at-Tirmiziy, dari Anas bin Malik).

Baca juga: Mengenal Sejarah Nabi Muhammad saw dalam Pantun Betawi

Di dalam hadis lain Rasulullah SAW bersabda: “perumpamaan saya dan perumpamaan para nabi adalah seperti seorang laki-laki membangun sebuah rumah yang disempurnakan dengan indah, kecuali tersisa sebuah batu bata. Maka barangsiapa masuk ke dalam rumah itu, lalu melihat bagian yang tersisa, niscaya ia berkata: alangkah baiknya rumah ini, tetapi sayang ada tempat yang tersisa satu batu bata ini, maka akulah tempat batu bata itu, dengan akulah ditutup para nabi itu”. (ditakhrij oleh al-Bukhari, Muslim, at-Tirmizi, Ibnu Hibban dan Abu Dawwud dari Jabir bin Abdillah).

Hadis lainnya meriwayatkan Nabi SAW bersabda:”Aku diberi kelebihan atas nabi-nabi enam macam: aku dianugrahi kata-kata singkat dengan makna panjang, aku diberi kemenangan karena rasa takut di hati musuh, dihalalkan bagiku harta rampasan perang, dijadikan bumi bagiku temat sujud selama ia bersih, aku diutus untuk makhluk seluruhnya dan ditutup dengan aku sekalian Nabi. (di takhrijikan oleh at-Tirmizi dan Ibnu Majah, at-Tirmizi berkata: hadis Hasan Sahih)

Dimaksudkan dengan Jawami’al-Kalim ialah Al-Qur’an itu sendiri dan hadis Nabi. Hadis-Hadis yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir tidak sedikit. Pada ayat 3 surat al-maidah telah diungkapkan dengan jelas bahwa agama telah sempurna, kenikmatan telah lengkap, dan Allah telah meridhai Islam sebagai agama.

Maka apabila sesudah Nabi Muhammad SAW ada orang yang mengaku menjadi Nabi, adalah bohong, apabila mengaku menjadi Rasul. Musuh-musuh Islam yang ingin menghancurkan Islam semasa Nabi hingga sesudah wafat beliau, selalu muncul, bahkan yang mengaku sebagai nabi tidaklah sedikit. Di antara orang yang mengaku dirinya sebagai nabi yang paling berbahaya adalah Musailamah al-Kazab, dari Bani Hanifah di al-Yamamah.

Ia telah mengaku menjadi nabi sejak masa Rasulullah, dan pernah mengirim surat kepada beliau, yang isinya kurang lebih sebagai berikut: “Dari Muhammad Rasulullah kepada Musailamah al-Kazzab, bahwa bumi adalah kepunyaan Tuhan, yang diwariskan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya d iantara hamba-Nya, dan akibat yang baik adalah bagi orang yang bertaqwa. Keselamatan bagi orang yang mengikuti petunjuk.” (al-Balazuri, Fatuhul-Buldan: 98, lihat Syalabi, 1990, at-Tarikh al-Islami: Mukhtar Yahya: 231)

Berdasar penjelasan ringkas tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sesudah Nabi Muhammad SAW, tidak ada lagi Nabi atau Rasul, sebab Nabi Muhammad adalah penutup para Nabi.

Editor: Ahmad Mufarrih
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂

Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!

Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini! 

Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!


Like it? Share with your friends!

1
2 shares, 1 point

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
1
Sedih
Cakep Cakep
1
Cakep
Kesal Kesal
1
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
1
Tidak Suka
Suka Suka
1
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
1
Wooow
Keren Keren
1
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut

One Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals