Dalam kehidupan, seringkali kata-kata dijadikan sebagai motivasi bahkan pedoman manusia dalam menjalani kehidupan. Hal ini merupakan hal yang sangat wajar, pasalnya manusia membutuhkan dorongan motivasi dalam mencapai tujuan dan arah hidupnya.
Fenomena tersebut bahkan dikuatkan dengan salah satu tokoh psikologi Barat, yaitu Mc Clealland. Ia merumuskan suatu teori yang menjelaskan bahwa manusia akan terpacu untuk bertindak lebih maksimal apabila terdapat dorongan motivasi yang melatar belakanginya.
Maka tidak heran jika banyak kata-kata yang dikutip seseorang untuk memberikan semangat atau suntikan motivasi dalam menjalani kehidupan. Lebih dari itu, tidak sedikit penulis yang mengumpulkan kata-kata motivasi untuk dijadikan suatu karya tulis agar dapat dibaca oleh khalayak ramai.
Beberapa kata-kata biasanya dikutip dari sumber yang dianggap kredibel seperti kitab suci agama (al-Qur’an, Bible, dll), hadis, dan perkataan tokoh terdahulu dan terkenal. Selain itu, kata-kata tersebut juga biasanya berbasis lokal kendati maknanya dapat dipahami secara general.
Beberapa contoh di antaranya seperti kata mutiara bahasa arab atau dikenal dengan istilah mahfuẓāt, peribahasa sunda, falsafah jawa, dan lain-lain. Adapun yang akan menjadi fokus pembahasan dalam tulisan ini adalah salah satu falsafah jawa yang sarat akan makna, yaitu “urip iku mung mampir ngombe”
Falsafah Jawa Urip Iku Mung Mampir Ngombe
Hidup (di dunia) itu hanya sekedar mampir minum. Begitulah kira-kira arti literal dari falsafah Jawa urip iku mung mampir ngombe. Memang terlihat sederhana. Pasalnya, dalam penyampaian falsafah tersebut dan falsafah Jawa pada umumnya, pewaskita Jawa memilah-milih diksi sesedarhana mungkin dan cenderung tidak ndakik-ndakik. Hal ini dilakukan agar pesan dari apa yang dimaksud dapat tersampaikan bahkan dapat dijadikan sebagai pedoman hidup.
Kendati terkesan sederhana, falsafah urip iku mung mampir ngombe sejatinya memiliki pemaknaan luar biasa apabila dikaji secara mendalam. Jika dilihat dari penggalan kalimat mung mampir, maka falsafah ini menjelaskan bahwa sejatinya hidup di dunia adalah sebuah perjalanan yang sangat singkat waktunya apabila dibandingkan dengan kehidupan di akhirat (Wadi, 2022).
Sedangkan urip (hidup di dunia) menggambarkan suatu pemberhentian sementara yang mana manusia diperintahkan untuk ngombe (minum) atau dalam maksud yang lebih dalam adalah mencari bekal untuk kehidupan yang hakiki, yaitu kehidupan di akhirat.
Pemilihan kata ngombe juga bukanlah tanpa alasan. Diksi ngombe dipilih karena minum merupakan sebuah aktivitas yang pasti dilakukan oleh seluruh manusia dan durasi waktu yang dibutuhkan untuk minum sangatlah sebentar apabila dibandingkan dengan aktivitas lainnya seperti makan dan istirahat (tidur).
Selain itu, dengan istilah mampir ngombe, dapat dimengerti bahwa dalam mencari bekal, manusia tidak perlu terlalu berlebihan lagi terlalu ngoyo sehingga dapat menzalimi diri sendiri, namun jangan sampai bekal yang disiapkan terlalu sedikit sehingga tidak mampu memberikan kehidupan yang baik di akhirat (Admin, 2018).
Maka, apabila diartikan lebih luas, makna falsafah urip iku mung mampir ngombe adalah hidup di dunia sejatinya hanyalah pemberhentian yang amat sangat sebentar. Dalam hal ini manusia diharuskan untuk memaksimalkan waktu itu untuk mencari bekal terbaik guna mempersiapkan kehidupan yang hakiki di akhirat
Nilai Falsafah Urip Mung Mampir Ngombe dalam al-Qur’an
Berdasarkan pembacaan dan analisis penulis, setidaknya terdapat tiga ayat al-Qur’an yang memberikan representasi dan pandangan makna dari falsafah jawa urip iku mung mampir ngombe. Ketiga ayat tersebut yaitu al-Baqarah ayat143, al-Baqarah ayat 249, dan al-Hajj ayat 47. Adapun penjelasan mengenai ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut.
Baca Juga: Falsafah “Lebih Baik Putih Tulang daripada Putih Mata”: Komitmen Melawan Radikalisme |
Umat Islam Sebagai Umat Pertengahan
Falsafah jawa urip iku mung mampir ngombe sejatinya memiliki esensi yang sama atau -paling tidak- serupa dengan surat al-Baqarah ayat143. Apabila dalam ayat ini menjelaskan tentang konsep ummatan waṣaṭan, yaitu suatu posisi umat yang berada di tengah-tengah, tidak memihak ke kiri ataupun ke kanan. (Faidurrohman, 2021; Quraish Shihab, 2002a) Maka, falsafa jawa urip iku mung mampir ngombe juga menjelaskan hal serupa.
Dalam berbagai konteks termasuk ngombe atau minum, seseorang tidak diperkenankan melakukan aktivitas tersebut (ngombe atau minum) secara berlebihan atau kekurangan. Perlu adanya takaran yang proporsional dalam melakukan berbagai aktivitas aktivitas tersebut (ngombe atau minum). Apabila seseorang berlebih atau kurang dalam minum, maka hal tersebut akan menimbulkan hal-hal yang bersifat negatif. Adapun contohnya akan penulis sajikan dalam subbab berikutnya.
Ujian Allah yang Berupa Ngombe
Ujian yang diberikan Allah kepada hambanya sejatinya tidak melulu berupa musibah. Acapkali kenikmatan yang diberikan Allah merupakan ujian yang akan menentukan sikap seorang hamba. Apakah akan semakin taat atau justru akan lalai terhadap perintah Allah.
Di antara contoh ujian Allah yang berupa kenikmatan adalah apa yang dikisahkan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 249. Ayat tersebut menceritakan bahwa Allah menguji kedisiplinan tentara Thalut dengan sebuah sungai. Saat itu pasukan Thalut sedang dalam perjalanan yang sangat terik untuk menghadapi pasukan Jalut. Allah menguji kesetiaan mereka apakah mereka akan minum air dari sungai tersebut hingga terlena atau akan tetap fokus untuk menghadapi pasukan Jalut.
Ulama memahami ujian ini adalah ujian dalam menghadapi gemerlap dunia. Maka, barang siapa yang meminumnya dan terlena, maka mereka telah terlena dengan gemerlap dunia. Adapun mereka yang tidak minum, atau hanya minum dengan takaran seciduk tangan, maka mereka dalam keadaan yang benar dan tidak terlena akan gemerlap dunia. (Quraish Shihab, 2002a)
Kisah yang disebutkan dalam ayat ini memiliki pesan serupa dengan falsafah Jawa urip mung mampir ngombe. Keduanya menyampaikan pesan bahwa sebagai umat manusia, tidak diperkenankan berlebihan dalam urusan apapun, tidak terkecuali urusan ngombe. Apabila seseorang ngombe secara berlebihan, maka akan berpotensi menghadirkan dampak yang negatif, seperti malas beraktivitas, mengantuk, dan lain-lain.
Perbandingan Waktu di Dunia dan di Akhirat
Dalam surah al-Hajj ayat 47 dijelaskan bahwa waktu sehari di dunia akan setara dengan seribu tahun di akhirat. Menurut Quraish Shihab dalam tafsirnya Al-Misbah, sebagian ulama memahami ayat ini dengan makna sehari siksa Ilahi yang dialami umat manusia, sama dengan seribu tahun dalam perhitungan manusia. (Quraish Shihab, 2002b)
Ayat ini menjelaskan bahwa kehidupan manusia di dunia sangatlah singkat sebagaimana singkatnya waktu yang diperlukan untuk ngombe. Oleh karena itu, di waktu yang sangat singkat ini umat manusia harus memaksimalkannya untuk melakukan amal kebaikan dan kebermanfaatan bagi orang lain. Hal ini diharapkan agar ketika di akhirat nanti, amal kebaikan dan kebermanfaatan akan menghadirkan kenikmatan di akhirat alih-alih mendapatkan siksa.
Wallāhu a’lam bi al-ṣawāb
Referensi
Admin. (2018). Makna Urip Mung Mampir Ngombe dalam Falsafah Jawa. duniakeris.com. https://duniakeris.com/makna-urip-mung-mampir-ngombe-dalam-falsafah-jawa/
Faidurrohman. (2021). Menilik Makna Ummatan Wasatha dalam Surat Al-Baqarah Ayat 143 Dari Berbagai penafsiran. tanwir.id. https://tafsiralquran.id/menilik-makna-ummatan-wasatan-dalam-surat-al-baqarah-ayat-143-dari-berbagai-penafsiran/
Quraish Shihab. (2002a). Tafsir al- Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an vol.1. Lentera Hati.
Quraish Shihab. (2002b). Tafsir al- Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an vol.9. Lentera Hati.
Wadi, M. D. A. (2022). 3 makna tersembunyi dibalik falsafah “Urip mung mampir ngombe.” dudunotes.com. https://dudunotes.com/3-makna-mendalam-dibalik-urip-mung-mampir-ngombe/
Editor: Ainu Rizqi
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂
Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!
Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!
0 Comments