Ada begitu banyak kisah di dalam al-Qur’an, kisah-kisah ini tentunya bisa menjadi pelajaran bagi manusia serta sebagai penguat keimanan pada Allah. Ayat yang menjelaskan tentang kisah-kisah adalah ayat yang paling banyak mendominasi di dalam al-Qur’an.
Prof. Dr. Roem Rowi MA. guru besar ilmu al-Qur’an dari IAIN Sunan Ampel Surabaya mengatakan bahwa “kisah-kisah sangat mendominasi dalam al-Qur’an karena metode ini paling disenangi orang, paling mempesona, dan paling mudah diterima. Bukan hanya anak TK yang menyukai kisah, orang tua pun terpesona dengan kisah. Jadi, salah satu metode penyampaian pesan yang paling mengena adalah kisah”.
Mendominasinya kisah di dalam al-Qur’an membuat orang tertarik untuk membacanya dan tak menimbulkan kebosanan, sehingga membuat al-Qur’an itu mudah diterima dan diminati. Apalagi disampaikan dengan cara dan gaya bahasa yang sarat akan nilai dan makna.
Salah satu kisah yang ada di dalam al-Qur’an adalah kisahNabi Ibrahim yang tak terbakar oleh api. Hal ini tidak terdapat dalam Q.S. al-Anbiya [21]: 69–70, yang artinya: (69)“Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”. (70)“mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi”
Kisah Nabi Ibrahim sampai dibakar oleh Raja Namrudz dan kaumnya dikarenakan mereka marah kepada Nabi Ibrahim yang menghancurkan berhala-berhala yang mereka sembah, serta Nabi Ibrahim tidak mau mengakui Raja Namrudz sebagai Tuhan. Bahkan ayahnya sendiri juga marah kepadanya karena menghancurkan berhala-berhala tersebut. Namun, Ibrahim tetap menampilkan sosok seorang anak yang tetap menghargai dan menyayangi ayahnya.
Dari sepenggal kisah Nabi Ibrahim tersebut ada nilai-nilai filosofi yang patut untuk diketahui kiranya. Di antaranya:
Pertama,Keyakinan pada Allah mendatangkan pertolongan Allah. Artinya Kepasrahan dan keyakinan pada Allah saat tak ada satu solusipun yang bisa dilakukan maka akan mendatangkan pertolongan Allah. Allah tak akan sia-siakan hamba-Nya yang menegakkan jalan agama-Nya.
Terlepas dari perdebatan para filosof, entah api yang berubah jadi dingin atau Nabi Ibrahim yang diberi kekuatan anti api, tapi yang jelas Allah-lah yang memberikan pertolongan itu, Allah-lah yang memberikan kemudahan bagi Nabi Ibrahim sehingga tak tersentuh oleh api sedikit-pun.
Kedua, Pertolongan Allah itu sempurna. Perintah Allah kepada api agar menjadi dingin dan keselamatan bagi Nabi Ibrahim as. Adalah perintah yang dinamai amr takwiny / perintah perwujudan, sehingga dengan demikian Allah mencabut dari potensi panas dan pembakaran, dan menjadikannya dingin, tetapi karena dingin dapat membahayakan bila melampaui batas, maka perintah menjadi dingin itu dibarengi dengan perintah untuk menjadi keselamatan bagi Nabi Ibrahim as.
Artinya Allah tidak hanya menjadikan api itu dingin yang mendinginkan atau dingin yang melampaui batas. Namun, dingin yang menyejukkan. Kondisi kesejukan adalah kondisi pertengahan antara panas dan dingin. Siapapun tidak ada yang menolak jika kesejukan adalah suatu nikmat yang luar biasa. Kesejukan memberikan ketenangan bagi yang merasakannya, maka tidak salah jika banyak dari manusia mengucapkan syukur kala merasakannya.
Ketiga, Ke-Maha-Kuasaan Allah untuk hamba-Nya. Allah adalah raja Absolut artinya tidak ada hukum di atas hukum Allah, Allah berhak melakukan apa saja yang diingininya, si Pemilik bebas melakukan apapun terhadap yang dimikili-Nya. Cukup dengan mengatakan kun fa ya kun apapun yang diingini Allah bisa terjadi.
Dengan Ke-Maha-Kuasaan Allah mannusia bisa melakukan apa saja yang mungkin mustahil untuk dilakukan, yang mungkin mustahil akan terjadi. Lihatlah bagaimana Kuasa-Nya Allah terhadap Nabi Ibrahim, setitikpun tak Allah biarkan api memanaskan apalagi membakar tubuh Nabi Ibrahim. Manusia hanya perlu dekat dengan Allah agar bisa merasakan Ke-Maha-Kuasaan Allah.
0 Comments