Orang tua perlu mendidik anak dengan penuh perhatian, salah satunya dengan cara memperhatikan tiap fase perkembangannya dengan Quality Time. Orang tua sebagai bagian dari keluarga inti, memiliki tanggungjawab lebih ketimbang guru, keluarga besar dan lingkungan sekitar.
Mengingat orang tua merupakan cikal-bakal lahirnya sang anak. Hal tersebut membuat orang tua memiliki tanggung jawab untuk memberikan wawasan intelektual, serta membentuk karakter anak.
Finansial dan Kesibukan Orang Tua
Akhir-akhir ini, peran orang tua–terutama di lingkungan masyarakat urban dan sub-urban–dalam mendidik anak tidak bisa maksimal. Mengingat ada tuntutan kebutuhan sehingga kedua orang tua harus bersama-sama mencari nafkah.
Mengingat banyak juga lembaga pendidikan, kursus, dan jasa pendamping anak yang menawarkan beragam fasilitas. Namun akan tetap berbeda apabila mendapat perhatian langsung dari orang tuanya sendiri.
Baca juga: Mendidik Anak dengan Teladan dan Cinta |
Bahkan, terkadang tetap saja ada keluarga yang mengalami kemalangan secara finansial sehingga ‘membiarkan’ anaknya tumbuh kembang tanpa pengawasan.
Komunikasi yang Kaku
Belum lagi media digital yang semakin terbuka dan aksesnya yang mudah membuat orang tua harusnya lebih perhatian. Ironisnya banyak orang tua yang cenderung kaku dalam mendidik anak, hal ini hanya akan menimbulkan kesenjangan antara orang tua dan anak.
Kondisi tersebut berimbas pada munculnya sekat komunikasi antara orang tua dan anak yang kemudian memunculkan sikap acuh dari anak. Akhirnya orang tua tidak tahu perkembangan dan pertumbuhan buah hatinya.
Sikap untuk acuh ini terdukung dengan beragam media yang memberikan fasilitas, seperti game dan internet yang menjadi pelarian anak. Berbagai platform tersebut menyediakan ragam fasilitas yang membuat anak nyaman dan enggan bersosial, individualis, tertutup, dan lain sebagainya. Walaupun tentu di balik itu semua terdapat beragam manfaat bagi perkembangan anak, jika penggunaannya tepat.
Quality Time sebagai Solusi
Melihat kondisi tersebut, idealnya setiap orang tua perlu meluangkan waktunya untuk mendidik anaknya lewat quality time. Ini perlu agar tumbuh kembang anak dapat tetap terpantau oleh orang tua. Minimal jika hubungan telah terjalin secara intim, maka anak tidak lagi segan bertanya dan menceritakan pengalaman kesehariannya.
Baca juga: Peran Seorang Ayah dan Seorang Ibu dalam Keluarga |
Upaya mencapai komunikasi yang intim sebenarnya tidak membutuskan intensitas, namun kualitasnya yang lebih penting. Oleh karen itu, orang tua butuh bekal berupa kesabaran, komitmen, sikap ramah, dan empati terhadap anak dalam berkomukasi. Dengan harapan anak mau terbuka dan terhalin komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.
Apa itu Quality time
Quality time adalah salah satu sarana yang berguna untuk memunculkan sikap asertif anak. Sikap asertif adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan keinginan, perasaan dan pikiran kepada orang lain dengan tetap menjaga perasaan orang lain tersebut (Baca lebih lanjut Hubungan Antara lntensitas Quality Time Ibu dan Anak dengan Asertivitas Remaja di Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, Jurnal Psikologi Udaya)
Ragam Cara Mendidik dengan Quality Time
Bentuk mendidik dengan quality time dapat berupa aktivitas keseharian sederhana seperti memasak bersama, makan bersama, menonton film, sampai liburan bersama. Selama masa intim tersebut orang tua harus memaksimalkan waktunya dengan memberikan contoh perilaku yang positif. Kesempatan ini juga dapat menjadi peluang untuk orang tua membuka komunikasi menanyakan aktivitas sang anak.
Mendidik Anak dengan Quality Time Lewat Komunikasi
Dalam komunikasi yang terjalin tersebut tentu anak memiliki pertanyaan, kegelisahan, bahkan kritik terhadap orang tua dan pengalamannya. Oleh karena itu orang tua harus bersikap bijak dengan menjawab dan mengejak berdiskusi terhadap anak. Kesempatan itu bisa berguna untuk menyisipkan nilai-nilai pembelajaran terhadap anak.
Sesi ini sekaligus juga dapat menjadi kesempatan untuk mengarahkan sekaligus mengoreksi dengan santun sikap anak yang negatif. Jika memang dalam cerita anak selama menjalani harinya ke belakang ada hal-hal yang perlu diluruskan.
Semua komunikasi yang terjadi dapat berupa verbal ataupun tindakan positif sebagai teladan. Artinya orang tua memberikan pandang dan tindakan. Setelah itu dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya maupun menyanggah.
Dalam Komunikasi tersebut perlu melibatkan anak untuk berpikir, berpendapat, dan merenung. Pola ini memberikan manfaat berupa pemahaman kepada anak tentang suatu permasalahan sekaligus mengajarkan anak untuk mulai berpikir tentang solusinya.
Memperkenalkan anak Dunia Luar
Setelah selesai pada tahap keintiman antara orang tua dan anak, orang tua perlu memperkenalkan lingkungan sosial di sekitar mereka. Terlebih kemajuan teknologi yang sedemikian masif membuat anak agaknya lebih leluasa untuk menerima berbagai informasi yang berseliweran di dunia maya. Ini juga menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi orang tua untuk mengarahkan anak agar mengakses konten-konten yang positif.
Baca juga: Aplikasi Parenting Style ala Al-Qu’an: Upaya Mempersiapkan Generasi Beretika di Media Sosial |
Memang sulit, tetapi dengan mengikuti panduan yang telah menjadi aturan aplikasi bagi anak maka konten negatif akan lebih tersaring. Panduan itu seperti rutin mengontrol riwayat pencaharian, batas minimal akses, pengaktifan pengaturan penyaringan konten dewasa, tautan ke akun orang tua dan pengaturan lain yang membantu mereduksi konten negatif.
Menyeleksi dan Mawas dengan Dunia Luar
Ini tentu riskan, tetapi orang tua dapat mengontrol melalui quality time yang ada untuk berdialog seputar pengalaman dari lingkungan fisik maupun maya. Kesempatan ini juga menjadi momentum untuk memahamkan anak bahwa tidak semua aspek–mencakup informasi, perilaku, kultur–dari lingkungan sosial–baik fisik serta maya–perlu untuk diadopsi. Ada beberapa aspek yang justru harus disaring dan dibuang.
Pengenalan pentingnya melakukan seleksi terhadap berbagai aspek dari lingkungan sosial secara perlahan akan membentuk karakter anak. Hal ini juga akan mengantarkan anak untuk mencapai tahap kedewasaan serta kemandirian. Pada tahap ini, anak akan siap untuk menghadapi realitas kehidupan sekaligus dapat menentukan jalan yang tepat baginya.
Tentu untuk mencapai tahap ini, bukan hal yang mudah. Namun perlu diingat anak adalah investasi jangka panjang yang nantinya akan meneruskan perjuangan orang tua. Anak juga merupakan pengharapan orang tua di usia senja untuk dapat membantu dan menemaninya. Terlebih anak adalah investasi bangsa yang nantinya akan menjadi tonggak kemajuan, sehingga wajar jika pendidikan terhadap anak perlu diperhatikan. Untuk itu, pola pendidikan yang komunikatif seperti dijelaskan di atas, menjadi perlu untuk diterapkan.
Wallahua’lam bishawab
Editor: Andika S
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Catatan: Tulisan ini murni opini penulis, redaksi tidak bertanggung jawab terhadap konten dan gagasan. Saran dan kritik silakan hubungi [email protected]
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂
Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!
Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!
0 Comments