Apa itu Orientalisme dan Studi Qur’an di Barat?

Belakangan ini di berbagai media online sedang banyak dibicarakan tentang orientalis dan studi Qur’an di Barat, Tapi belum banyak yang menerangkan makna keduanya.4 min


6
6 points
Sumber gambar: sachsen.digital

Apa itu Orientalisme dan Studi Qur’an di Barat? adalah pertanyaan yang bising di kepala saya. Mengingat belakangan ini di berbagai media online, setidaknya media keislaman sedang banyak membicarakan kedua topik tersebut. Tapi belum banyak yang menerangkan makna dari keduanya. Nah terkait dengan hal tersebut tulisan ini di harap menjadi gerbang awal untuk memahaminya.

Orientalisme

Secara etimologis, pengertian orientalisme adalah study of Eastern Culture (kajian tentang budaya ketimuran). Orientalisme merupakan gabungan dari dua kata dasar, yaitu orient dan isme. Secara bahasa orient (Latin: orin), yang berarti Terbit, dalam Bahasa Inggris kata ini diartikan “direction of rising sun” (arah terbitnya matahari) yaitu Timur (East).

Jika dilihat secara geografis kata orient ini diartikan sebagai negara-negara yang berada di sebelah timur, yaitu wilayah yang berada di kawasan Timur Dekat (negara-negara Asia yang dekat dengan Benua Eropa, seperti Turki) hingga Timur Jauh (Jepang, Korea, China), dan kawasan Asia Selatan serta kawasan Timur Tengah dari Arab hingga Afrika.

Baca juga: Abraham Geiger dan Kritiknya Terhadap Al-Qur’an

Sedangkan kata isme berasal dari bahasa Belanda (Latin: isma, Inggris: ism) berarti a doctrin theory or system (menunjukkan arti suatu doktrin, sistem, pendirian, dan faham keyakinan)[1]. Maka secara sederhana Orientalisme dapat diartikan sebagai ilmu tentang ketimuran atau studi tentang dunia timur.

Adapun pengertian Orientalis adalah orang-orang Barat yang mempelajari budaya timur. Dalam hal ini, Islam dan Al-Qur’an adalah salah satu bidang kajian mereka. Dalam pengertian yang lain kata Orientalis dimaknai dengan “a specialist in the languages, civilizations, etc of the countries of the orient” (seorang ahli dalam bidang bahasa, peradaban dan lain sebagainya di negara-negara Timur).

Akh Minhaji, menyebut bahwa menurut Edward W. Said: “Siapa saja yang mengajar, menulis, atau meneliti tentang ketimuran bisa disebut orientalis, dan semua ini mencakup apakah orang itu seorang antropolog, sosiolog, sejarawan, atau ahli bahasa. Apakah yang dikaji merupakan aspek-aspek spesifik atau umum, semua digolongkan sebagai orientalis”.[2]

Dalam perkembangannya, banyak yang melihat istilah orientalis sebagai makna yang bersifat negatif, dan karenanya kebanyakan penulis amat hati-hati ketika menyebut orientalis, dan banyak di antara para sarjana tentang Islam (dan Arab) lebih senang menyebut dirinya sebagai islamicist (ahli tentang Islam) atau arabist (ahli tentang Arab) daripada istilah orientalist.

Namun perlu untuk diketahui juga bahwa tidak semua kalangan memaknai orientalisme sebagai suatu hal yang negative. Ada juga yang memandang orientalisme sebagai suatu hal yang netral dan bersifat alami dalam melihat realitas yang ada, salah satunya Dr. Majid Danesghar*, ia memandang kajian yang dilakukan oleh beberapa orientalist adalah bagian dari krontibusi akademik, yang sah-sah saja untuk dilakukan. Apa yang mereka lakukan adalah bagian dari kritik akademik terhadap literature Islam, sama halnya dengan studi kritis terhadap literature yang lain.[3]

Berdasarkan penjelasan diatas, bisa dilihat bahwa istilah orientalisme telah menjadi satu istilah menarik sekaligus kontroversial yang tidak jarang dimaknai sesuai dengan perspektif masing-masing.

Kontroversi yang ada, bukan tanpa sebab, melainkan karena pada masa-masa awal, kajian Orientalisme di Barat banyak mengandung hal subyektivis yang diskriminatif, salah satunya kajian mereka tentang Al-Qur’an dan Nabi Muhammad SAW. Banyak karya-karya orientalis yang menyatakan bahwa Al-Qur’an tidak otentik dan perlu di tinjau kembali, Nabi Muhammad hanya mengikuti kitab orang yahudi dan Kristen dsb. Tentunya hal ini memicu kemarahan bagi umat muslim.[4]

Studi Qur’an di Barat

Secara umum studi Qur’an maknanya adalah analisis terhadap Qur’an. Kalau secara istilah studi Qur’an dapat dimaknai dengan analisis tektstual historis terhadap Qur’an dan lingkungan Qur’an dan juga analisis tektstual historis kepada literature-literature turunan Qur’an yaitu tafsir. Selanjutnya apa hubungan Orientalis dengan Studi Qur’an di Barat? Serta bagaimana mereka (orientalis) mengkaji al-Qur’an ?.

Terkait dengan hubungan orientalis dan Studi Qur’an di Barat, awalnya kajian orientalis adalah seputar studi tentang dunia Timur. Namun, karena perkembangan dan dominasi umat Islam begitu pesat, maka para orientalis kemudian beralih ke studi tentang keislaman. Dalam hal ini mereka mengkaji al-Qur’an layaknya pandangan mereka terhadap naskah agama-agama yang lain, yaitu dengan menggunakan pendekatan historisitas. Karena mereka menganggap bahwa agama itu adalah sejarah masa lalu. Maka oleh sebab itu mereka mengkajinya dengan pendekatan sejarah.

Selanjutnya tentang bahasannya, atau apa yang dikaji?. Menurut Fazlur Rahman[5], (1332-1408 H/1919-1988 M), kajian terhadap al-Qur’an di Barat berdasarkan literature Barat modern dapat di bagi ke dalam tiga aspek :

Pertama, Karya-karya yang berusaha mencari pengaruh Yahudi Kristen di dalam Al-Qur’an (work that seek to trace the influence of Jewish or Christian ideas on the Qur’ān). Kedua, Karya-karya yang membahas rangkaian kronologis ayat-ayat Al-Qur’an (work that attempt to reconstruct the chronological order of the Qur’ān). Ketiga, Karya-karya yang menjelaskan keseluruhan atau aspek-aspek tertentu dari Al-Qur’an (work that aim at describing the content of the Qur’an, either the whole or certain aspects).

Baca juga: Menyusuri Jejak Langkah Al-Qur’an di Barat

Kesimpulan

Terakhir sebagai sebuah kesimpulan bahwa awal mulanya istilah Orientalisme bermakna ilmu tentang ketimuran atau studi tentang dunia timur. Dan Orientalis adalah “orang-orang Barat yang mempelajari budaya timur salah satunya adalah Islam dan Al-Qur’an”. Akan tetapi dalam perkembangannya istilah ini kemudian tumbuh dan berkembang, ada yang memaknainya dengan makna negative seperti (orientalisme adalah studi sarjana non-Muslim terhadap Islam, sebagai upaya untuk mengubah al-Qur’an)[6], tapi ada juga yang memandang orientalisme sebagai sesuatu yang netral dan bersifat alami dalam melihat realitas yang ada.

Wallahu a’lam bish Shawab.

Catatan

*Ia adalah seorang Ilmuan asal Iran yang telah menempuh studinya hingga jenjang master di negara asalnya, lalu meneruskan program Ph.D di University of Malaya, Malaysia, menjadi dosen di University of Otago New Zealand, dan kini meneliti di Freiburg Institute for Advanced Studies Albert-Ludwigs Universitat Freiburg.

Refrensi

[1]Agustono, Ihwan. Karakteristik Kesarjanaan Barat Kontemporer Dalam Studi Al Qur’an. Diss. Uin Sunan Ampel Surabaya, 2018.

[2] Minhaji, Akh. Kontroversi orientalisme dalam studi Islam : makna, latar belakang, teori dan metodologi. Yogyakarta: Bening Pustakan. 2019.

[3]https://www.youtube.com/watch?v=8BSmSXdMUXA

[4]Anshori, Muhammad. “Tren-Tren Wacana Studi Al-Qur’an Dalam Pandangan Orientalis Di Barat.” Nun: Jurnal Studi Alquran Dan Tafsir Di Nusantara 4.1 (2019).

[5]Fawaid, Ah. “Dinamika Kajian Al-Qur’an Di Barat Dan Dampaknya Pada Kajian Al-Qur’an Kontemporer.” Nuansa: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial Dan Keagamaan Islam 10.2 (2013).

[6] M.M. al-A’zami, Sejarah Teks Al-Qur’an dari wahyu samoai kompilasi. Yogyakarta: Gema Insani.  2005

Editor: Ahmad Mufarrih
 _ _ _ _ _ _ _ _ _
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂

Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!

Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini! 

Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!


Like it? Share with your friends!

6
6 points

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
0
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
5
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
0
Wooow
Keren Keren
0
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals