Sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. (QS 2:196).
Mengerjakan ibadah haji ke sana merupakan kewajiban manusia kepada Allah, – siapa yang mampu ke sana. (QS. 3:97).
Haji dan umrah adalah ibadah yang diajarkan Nabi Ibrahim atas perintahkan Allah swt untuk mengumandangkannya (QS 22:27). Sebagian dari praktik haji dan umrah pada masa Nabi Muhammad saw telah menyimpang dari tuntunan yang telah disampaikan oleh bapak para nabi, Ibrahim. Maka, Allah memerintahkan untuk menyempurnakan ibadah itu.
Haji merupakan ibadah yang lengkap. Upacara pokoknya ialah dalam sepuluh hari di bulan Zulhijjah. Umrah merupakan ibadah haji kecil yang dapat dilakukan kapan saja sepanjang tahun. Dimulai dengan mengenakan dua potong kain tak berjahit. Mengenakan pakaian ihram merupakan simbol menjauhkan diri dari dunia fana ini. Ibadah ini diakhiri dengan mencukur rambut kepala bagi laki-laki dan menggunting sedikit rambut kepala bagi perempuan, melapaskan pakaian ihram, dan mengenakan kembali pakaian biasa.
Allah swt memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membangun Ka’bah Baitullah dan menjadikannya rujukan bagi seluruh makhluk dan tempat perlindungan yang damai. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim dan Ismail untuk menjaga Rumah itu dari segala unsur yang menodai kesuciannya; mempersiapkannya dengan baik untuk mereka yang thawaf, beriktikaf, dan bersujud.
Nabi Ibrahim bersama Ismail membangun Rumah Allah dengan saksama diiringi doa agar perbuatannya diterima sebagai ibadah kepada-Nya. “Wahai Tuhan kami, restuilah kami. Jadikanlah kami dan anak cucu kami manusia yang ikhlas berbuat demi Engkau. Ajarkanlah kepada kami tata cara ibadah kami di Rumah Suci ini. Terimalah tobat kami jika kami lalai dan bersalah. Sungguh Engkau Maha Menerima tobat dan Maha Mengampuni dosa dengan karunia dan rahmat-Mu.” (QS 2:128).
Terbayanglah dalam benak Nabi Ibrahim, kelak anak keturunannya akan meneruskan ibadah yang diajarkan Allah swt, dan di antara anak cucunya akan lahir generasi penerus kenabian. “Wahai Tuhan kami, utuslah seorang rasul dari keturunan dan kerabat kami yang mengajarkan kitab suci yang diwahyukan kepadanya, ilmu pengetahuan, hukum-hukum yang kokoh, dan menyucikan mereka dari perilaku buruk. Engkau Maha Menguasai, Maha Menundukkan dan Maha Bijaksana atas perbuatan, perintah, dan larangan.” (QS 2:129).
Allah swt mengabulkan doa Nabi Ibrahim dengan mengutus Nabi Muhammad saw yang mengajarkan Al-Quran dan hikmah, yakni sunnah. Hikmah juga bermakna cahaya dalam hati.
Thawaf adalah salah satu rukun haji yang dilakukan dengan berjalan berputar mengelilingi Ka’bah tujuh kali putaran. Diawali dari sudut Hajar Aswad dan diakhiri pada tempat yang sama. Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu, Baitullah.(QS 22:29).
Thawaf mengandung makna flosofis yang mendalam. Thawaf menyatukan kehendak diri dengan kehendak Allah swt. Orang yang berthawaf niscaya memetik hikmah untuk meningkatkan kualitas diri dan pendekatan kepada Allah swt. Dalam thawaf seseorang meleburkan diri di hadirat Ilahi, menghadirkan perasaan ta’zhim, cemas, harap, dan cinta kepada Allah swt. Ia menawafkan hati, pikiran, dan perasaan dalam dzikir dengan jantung hati berada pada posisi dekat Ka’bah.
Ka’bah Baitullah merupakan tempat shalat, berkumpul untuk ibadah haji dan umrah. Ka’bah dinamakan bait yang berarti rumah, karena rumah adalah tempat kembali untuk beristirahat. Di sana kelelahan dan kegelisahan akan hilang atau berkurang. Demikian pula Rumah Allah. Hati manusia selalu terpanggil untuk berkunjung ke sana.
Dari tahun ke tahun dan sepanjang tahun, pengunjung Baitullah bertambah, sehingga lahir kesepakatan antar pemimpin negara-negara muslim sedunia untuk mengatur jumlah pengunjungnya. Dewasa ini di Indonesia telah terjadi antrian atau daftar tunggu panjang umat Islam yang hendak menunaikan ibadah haji hingga beberapa tahun. Oleh karena itu layak dilakukan pembatasan ibadah haji bagi orang-orang yang telah menunaikannya.
Pemerintah Arab Saudi setiap tahun meningkatkan fasilitas ibadah haji, termasuk pengadaan jalur sai, jalur pelemparan jumrah (jamarat), kereta api Arafah-Muzdalifah-Mina, serta perluasan Masjidil Haram dan kawasannya, termasuk persiapan pembuatan atap yang memayungi Ka’bah dan halamannya demikian rupa untuk kenyamanan dan kekhusyukan ibadah para tamu Allah di Rumah-Nya.
Berhaji di era digital diwarnai kehadiran alat komunikasi berupa handphone untuk melakukan percakapan jarak jauh yang dilengkapi dengan fasilitas untuk mengirim berita ringkas (sms) dan sejenisnya serta kamera untuk mengambil gambar. Sejumlah handphone memiliki fasilitas untuk internet, penunjuk peta maupun rekaman ayat suci Al-Quran beserta terjemah dan tafsirnya. Diperkirakan 90% dari jutaan jamaah haji dari seluruh penjuru dunia membawa handphone.
Kehadiran handphone di Tanah Suci mempermudah dan memperlancar komunikasi dan kordinasi, baik antarjamaah, antara jamaah dengan sanak saudara di tanah air, maupun antara sesama petugas haji. Tidak sedikit jamaah haji yang menderita sakit, terpisah dari rombongan atau tersesat jalan yang terbantu oleh sarana komunikasi handphone tersebut.
Di sisi lain, penggunaan handphone di tempat-tempat ibadah menghadirkan pemandangan orang berthawaf maupun sa’i sambil bercakap-cakap, mengirim dan/atau menerima sms serta mengambil gambar di sana dan di sini. Tidak jarang nada dering handphone mengusik kekhusukan jamaah dalam shalat dan dzikir atau mengganggu jamaah haji yang sedang tidur.
Terlepas dari sisi negatif kehadiran handphone di Tanah Suci, alat komunikasi tersebut telah membuahkan kumpulan sms dari kolega rombongan haji. (Muhammad Chirzin dan Ibnu Sholeh, 99 Sms Berhaji untuk Hati. Jakarta: Zaman, 2008). Di antara sms yang dimaksud adalah sebagai berikut
Lafal yang paling indah adalah Allah; lagu yang paling merdu adalah adzan; bacaan yang paling baik adalah Al-Quran; gerak badan yang paling sehat adalah shalat; kebersihan yang paling menyegarkan adalah wudhu; perjalanan yang paling indah adalah haji.
Para haji jamaah datang ke Tanah Suci membawa bahasadaerahnya sendiri, dan Allah niscaya mendengarkan seruan hamba-hamba-Nya, dalam bahasa apa pun Muslim berdoa. Seyogianya setiap Muslim bermunajat kepada Allah kapan saja dan di mana pun ia berada.
Shalat di Masjidil Haram merupakan sebuah kenikmatan tersendiri, maka tidak mengherankan bila jamaah haji selalu berusaha untuk shalat berjamaah di sana, meskipun harus naik angkot. Tawaf itu seperti evolusi dan rotasi benda-benda langit. Tawaf adalah simbol gerak dan sa’iadalah simbol usaha. Mukmin akan terus hidup bila mau bergerak dan berusaha. Dalam thawaf maupun sa’i ada saat di mana haji bergerak dengan berlari-lari kecil. Dalam kehidupan sehari-hari pun kadang kita perlu bersegera dan tidak selalu santai.
Makkah dengan Ka’bah adalah sebagai pusat dan pasak bumi. Ibadah haji adalah evolusi manusia menuju Allah. Ibadah haji mengandung pertunjukan tentang Masjidil Haram, Mas’a, Arafah, Muzdalifah, dan Mina dengan simbol-simbol Ka’bah, Shafa, Marwah dan upacara kurban.
Padang Arafah, selain tempat berkumpul seribu satu etnis, juga tempat air mata tumpah bersamaan. Para jamaah haji memperbanyak talbiyah, shalawat, doa, istighfar, dzikir, dan mengadukan segala keluh kesah, serta memohon ampunan dan pertolongan dengan khusyuk menghadap ke arah Ka’bah.
Sedangkan salah satu kerinduan muslim mengunjungi Madinah adalah memperoleh kesempatan untuk menunaikan shalat arba’in (40 waktu). Siapa yang telah menunaikan shalat arba’in di Masjid Nabawi niscaya dapat menunaikan shalat berjamaah di kampung halamannya.
Haji yang mabrur patut menjadi teladan dalam ketulusan, kesederhanaan, kesabaran, kesungguhan, kepedulian, kesetiaan, dan kasih sayang, serta cinta.
Ibadah haji memberikan inspirasi untuk mengisi celah kosong dalam kehidupan mukmin dengan cita-cita yang mulia, agar hidupnya berfaedah sebanyak-banyaknya, sesuai dengan sabda Rasulullah saw, ”Sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia.”
Dengan mengenakan pakaian ihram, jamaah haji menanggalkan pakaian sebagai pejabat, pimpinan, sehingga terwujud kesamaan di hadapan Allah dan sesama manusia. Pakaian ihram yang seragam meniadakan perbedaan kelas dan budaya. Yang kaya dan miskin berkumpul bersama.
Ibadah Haji mengajarkan harmoni dan memori melalui tawaf silih berganti dan sa’i mengikuti jejak Siti Hajar dan Ismail. Dalam pelaksanaan haji, setiap muslim adalah aktor utamanya. Ia berperan sebagai Ibrahim, Hajar, dan Ismail. Setiap muslim yang berhaji diajak untuk berpartisipasi dalam “pertunjukan” akbar ini.
Dalam haji si kecil datang menghadap Yang Mahabesar, si lemah datang kepada Yang Mahakuat, si pendosa menghadap kepada Sang Maha Pengampun. Ibadah haji adalah langkah maju “pembebasan diri” penghambaan kepada tuhan-tuhan selain Allah.
Haji mabrur niscaya amanah, ringan tangan, berkata dan berbuat jujur, ramah, tabah, tawakal, dan suka musyawarah, serta berhias akhlaqul karimah, menjaga dan menjalin ukhuwah sesama muslim, suka bersilaturahmi, beradab dengan tatarama dan budi pekerti Islami.
Inilah Ka’bah yang telah bertahun-tahun kita shalat menghadap ke arahnya. Kini ia berdiri agung dan anggun di hadapan kita. Dilihat dari tata letak benua, Ka’bah Baitullah di Makkah berada di tengah-tengah bumi yang jaraknya dari tiap-tiap benua relatif sebanding.
Haji adalah perjalanan untuk evaluasi; kembali kepada Allah; kembali ke rumah-Nya. Allah bersaksi, bahwa Ia telah mengampuni para haji yang wuquf di Arafah. Tumpahan dan derai air mata rindu kepada Allah membuat seseorang bertanya, ”Inikah yang membuat sumur Zamzam tak pernah kering mengobati dahaga jutaan umat?”
Ibadah haji melibatkan banyak orang, sejak pembekalan, persiapan dan upacara pemberangkatan hingga penjemputan sekembalinya dari Tanah Suci. Ibadah haji penuh dengan luapan kejadian yang tak terhitung serta perasaan yang tak terbilang. Ibadah haji melibatkan akal, hati, dan fisik sekaligus.
Pengalaman berhaji sebagai pengalaman beragama, sebagaimana pengalaman hidup lainnya, cenderung diungkapkan. Setiap pengalaman berhaji tentu amat sangat berharga. Ada orang yang mampu mengungkapkan pengalaman pribadinya dengan lancar dan ada pula yang tidak.
Di antara kisah jamaah haji dari mulut ke mulut bahwa seorang jamaah haji memasuki Masjidil Haram tetapi ia tidak menyaksikan Ka’bah. Teman-temannya pun berinisiatif untuk mengguyurnya dengan air zamzam. Setelah basah kuyup dengan air zamzam barulah ia bisa menyaksikan ka’bah yang berada di hadapannya.
Ada jamaah haji yang berthawaf sambil melompat-lompat. Temannya pun bertanya mengapa ia melompat-lompat. Jawabnya, karena di sana ada jenazah. Jamaah haji yang lain berthawaf sambil berjingkat kaki. Temannya pun bertanya mengapa. Katanya ia menghindari tinja yang berserakan di sana.
Pengalaman haji tidak seluruhnya terungkap dengan kata-kata. Setiap pengalaman haji boleh jadi dimaknai berbeda-beda, baik oleh pelaku maupun pendengarnya. Pengalaman-pengalaman yang menyenangkan dan mengharukan biasanya diartikan sebagai gambaran kepribadian yang baik, sedangkan pengalaman yang menyedihkan dimaknai sebagi gambaran kepribadian pelakunya yang kurang terpuji di tanah air.
Alangkah baiknya bila setiap tahun ada dokumentasi perjalanan haji secara kronologis, sejak persiapan keberangkatan, hingga kepulangan mereka di tanah air. Masing-masing Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) dapat mendokumentasikan pengalaman haji anggota jamaah yang dibimbingnya. Hal itu akan menjadi dokumentasi ibadah haji yang sangat berharga dan berguna bagi penyelenggaraan ibadah haji pada waktu-waktu mendatang.
Insyaallah rekaman pengalaman haji berguna bagi orang yang belum dan akan menunaikan ibadah haji untuk persiapan moril dan materiil memenuhi panggilan Allah untuk mudik ke Rumah-Nya, dan berguna pula bagi orang yang telah menunaikan ibadah haji sebagai catatan kenangan, bahan nostalgia, dan refreshing makna ibadah haji dalam rangka memelihara kemabruran haji. Labbaik allahumma labbaik.
One Comment