Agama Cinta dan Kedamaian

Agama seolah menjadi sorotan utama –jika tidak mau dikatakan kambing hitam- dalam setiap peristiwa. 2 min


1
6 shares, 1 point

Agama sering dijadikan sebagai sumber konflik dan alasan pemecah-belah. Agama selalu dijadikan legitimasi dalam setiap tindakan dan peristiwa bagi para pengikutnya, walaupun tidak berkaitan. Agama seolah menjadi sorotan utama–jika tidak mau dikatakan kambing hitam–dalam setiap peristiwa. “Agamanya Apa? Alirannya Apa? Pemahaman keagamaannya bagaimana? Dan seterusnya.

Penyebab Konflik

Sikap di atas adalah secuil realitas keberagamaan masyarakat. Lantas apa yang menjadi akar dari fenomena tersebut? jawabannya adalah egosentrisme. Sikap ini yang menjadikan diri sendiri sebagai titik pusat pemikiran (perbuatan), menilai segalanya dari sudut pandang diri sendiri. Hanya diri sendirilah yang benar, sedangkan yang lain salah. Lebih lanjut, sikap demikian menjalar ke arah penolakan terhadap keberagaman.

Selain itu, egosentrisme kerap diperkuat oleh fanatisme (individu maupun kelompok). Sikap yang diistilahkan oleh Nabi dengan sebutan ‘asabiyah atau ta’assub atau membuat cerai-berai. Fanatisme ini tercermin dari sikap mereka yang kokoh membela kendatipun salah: faktor kelompok, keluarga, aliran dan lain semacamnya. Oleh karena itu, Al-Qur’an hadir salah satu misinya adalah untuk menghilangkan sikap fanatik buta tersebut (Tafsir Al-Qur’an Tematik: Moderasi Islam 2012, 59).

Lebih lanjut Zuhairi Misrawi dengan mengutip Abdul Husein Sya’ban mengatakan bahwa permusuhan terjadi karena sikap intoleransi dan tidak mengerti arti sesungguhnya toleransi. Baik, toleransi pada level individu maupun kolektif: kelompok, organisasi maupun partai politik. Kita banyak menyaksikan peperangan, pembantaian dan pembunuhan massal yang disebabkan krisis toleransi, pemberangusan kebebasan berpendapat dan peminggiran kelompok lain.

Toleransi merupakan salah satu ukuran maksimal keadaban dan peradaban sebuah bangsa. Semakin toleran suatu bangsa akan berpotensi terbangunnya peradaban dan keadaban. Intoleransi melahirkan konflik yang tak berujung dan akan menghambat peradaban (Misrawi, Noverina, dan Rainayati 2010, 180).

Selain persoalan toleransi, Fathullah Gulen menambahkan bahwa kekerasan atas nama jihad merupakan kesalahan interpretasi terhadap ayat-ayat jihad. Karena–menurut Gulen–jihad adalah upaya pembelaan diri dari tindakan arogansi dan radikalisme dalam memelihara kemaslahatan yang menjadi maqasid al-syari’ah (Mu’ammar dan Hasan 2012, 481).

Baca Juga: Wawasan Moderat dalam Ayat Perang: Analisis Moderasi QS. al-Anfal [8]: 65

Agama Damai

Berdasarkan hal itu, perang merupakan alternatif paling terakhir dalam menghadapi kemungkaran. Selama masih dapat ditempuh dengan jalan damai, maka perdamaian yang dikehendaki oleh Islam, sebagaimana yang digariskan dalam Al-Qur’an surah al-Anfal ayat 61. “Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Al-Qur’an merupakan kitab suci yang hendak meletakkan kemanusiaan sebagai landasan ideal (Misrawi, Noverina, dan Rainayati 2010, 58).

Dalam sebuah artikel yang berjudul Islam and violence, John L. Esposito menyatakan bahwa Islam adalah agama cinta damai. Ia menulis, Qur’anic verses also underscore that peace, not violence and warfare, is the norm” Esposito. (norma yang tertuang dalam Al-Qur’an sangat memperhatikan perdamaian, bukan kekerasan dan peperangan). Jalan damai merupakan pondasi penting dalam Islam, sebagaimana tercermin dalam QS. al-Anfal [8] : 61 dan QS. al-Nahl [16] : 125 (Gülen dkk. 2010, 76).

Namun, realitas yang terjadi di era ini, kita masih menyaksikan kekerasan atas nama agama (jihad). Kenapa? Azyumardi Azra menyatakan bahwa pemahaman mereka terhadap ayat-ayat Al-Qur’an dipengaruhi kondisi subjektif dan perspektif yang lain dari lingkungannya. World view-nya tidak semata-mata dikuasai atau diwarnai oleh Islam, namun juga terkontaminasi perspektif lain, seperti ekonomi, politik, kepentingan kelompok dan lain sebagainya (A’la dan Sururin 2005, 151–52). Wallahu a’lam.

Referensi

A’la, Abd, dan Sururin. 2005. Nilai-nilai pluralisme dalam Islam : bingkai gagasan yang berserak. Bandung: Nuansa.

Esposito, John. “Islam and Violence.” www.commongroundnews.org.

Gülen, Fethullah, Mehmet Ünal, Nagihan Haliloğlu, Mükerrem Faniküçükmehmedoğlu, Mustafa Mencütekin, Hakan Yeşilova, Korkut Altay, dan Thomas F Michel. 2010. Toward a Global Civilization of Love and Tolerance. Clifton, N.J.: Tughra.

Misrawi, Zuhairi, Anjelita Noverina, dan Mira Rainayati. 2010. Al-quran kitab toleransi. Jakarta: Pustaka Oasis.

Mu’ammar, M Arfan, dan Abdul Wahib Hasan. 2012. Studi Islam : perspektif insider/outsider. Jogjakarta, Indonesia: IRCiSoD.

Tafsir Al-Qur’an Tematik: Moderasi Islam. 2012. Jakarta Timur: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI.

Editor: Ahmad Mufarrih
_ _ _ _ _ _ _ _ _

Tulisan ini pertama kali diterbitkan Artikula pada: 24 November 2017

Disunting ulang untuk dilakukan beberapa penyempurnaan namun tidak mengubah substansi tulisan.

Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 

Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!

Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini! 

Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!


Like it? Share with your friends!

1
6 shares, 1 point

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
0
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
1
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
1
Wooow
Keren Keren
1
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
Hendri

Master

Hendri adalah mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan alumnus PKM Pusat Studi al-Qur'an.

2 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals