Alquran, Radikalisme, dan Terorisme

"..Islam dan Pancasila, Bagai Adam dengan Hawa, Bagai manusia dengan nyawa, Bagai guru dengan siswa, Bagai bayi dengan tawa.."5 min


1
18 shares, 1 point

Dewasa ini kita mengenal bermacam-macam atribut pada Islam, yakni Islam radikal, Islam fundamental, Islam inklusif, Islam eksklusif, Islam pluralis, Islam garis keras, Islam garis lurus, Islam salafi, Islam ekstrim, Islam Nusantara, Islam berkemajuan, dan lain sebagainya. Haidar Bagir pun menulis buku Islam Tuhan Islam Manusia (2017).

Menurut hemat penulis, Islam itu tiga versi. Pertama, Islam otentik-normatif-preskriptif, yakni Islam dalam Alquran dan Sunah Nabi Muhammad saw. Kedua, Islam teoritis-ideal-konseptual, yakni Islam buah pemikiran Muslim dan lainnya. Ketiga, Islam historis-faktual-aktual, yakni Islam dalam pengamalan hidup Muslim. Tugas muslim adalah membumikan Islam normatif-ideal-konseptual dalam kehidupan.

Alquran adalah petunjuk bagi segenap manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang hak dan yang batil (QS 2:185). Wahyu Alquran diturunkan oleh Allah swt Yang Mahaperkasa lagi Maha Pengasih (QS 36:5). Kitab ini diturunkan secara bertahap dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana kepada Nabi Muhammad saw dengan benar dan mengandung kebenaran (QS 39:1).

Allah swt Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih menurunkan Alquran dengan berangsur-angsur agar Nabi Muhammad saw membacakannya perlahan-lahan kepada manusia (QS 17:106, 41:2). Penurunan Alquran secara berangsur-angsur mengandung maksud untuk meneguhkan hati Nabi saw dengan kedatangan malaikat Jibril QS 25:32). Allah swt Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui, Pengampun dosa dan Penerima tobat; sangat keras pembalasan-Nya; Pemilik karunia. Tidak ada Tuhan yang kuasa dan berhak disembah melainkan Dia (QS 40:2-3).

Allah swt menurunkan Al Quran bukan agar Nabi Muhammad saw menjadi susah, karena ditolak oleh orang kafir atau dituntut melakukan aktivitas yang melampaui batas kewajaran. Akan tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut kepada Allah Pencipta bumi dan langit yang tinggi, Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas Arsy. Milik-Nya semua yang ada di langit, semua yang di bumi, serta semua yang di antara keduanya, bahkan semua yang di bawah tanah (QS 20:2-6).

Alquran tidak ada keraguan padanya dari Tuhan Pemelihara semesta alam, tetapi mengapa orang-orang yang tak beriman mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw mengada-adakannya? Sesungguhnya Alquran adalah kebenaran mutlak dari Tuhan Pemelihara manusia, supaya dia memberi peringatan kepada kaum yang dalam waktu relatif lama belum datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, agar mereka mendapat petunjuk (QS 32:2-3).

Alquran dari Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji tidak tersentuh kebatilan dari depan maupun dari belakangnya (QS 41:42). Siapa yang dibiarkan sesat oleh Allah swt berdasarkan kecenderungan dan pilihannya sendiri, maka tidak ada baginya satu pemberi petunjuk pun sesudah itu. Engkau akan melihat orang-orang yang zalim berkata ketika mereka melihat azab, “Adakah kiranya jalan kembali ke dunia untuk memperbaiki diri?” (QS 42:44).

Jantung Alquran adalah walyatalaththaf – hendaklah berlaku lemah lembut (QS Al-Kahfi 19), sedangkan tengah-tengah surat Al-Baqarah ialah wakadzalika ja’alnakum ummatan wasathan litakunu syuhada`a ‘alannasi wa yakunarrasul ‘alaikum syahida – Kami jadikan kamu umat pertengahan (moderat, berimbang, adil) (QS 2:143).

Dasar-dasar aktualisasi Islam dalam Alquran, pertama, (ditulis artinya): Siapa berpegang teguh pada agama Allah, maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk ke jalan yang lurus (QS 3:101).

Kedua, Wahai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati kecuali dalam keadaan muslim –tunduk patuh dan berserah diri kepada Allah (QS 3:102).

Ketiga, Berpegang teguhlah kamu semua pada tali agama Allah dan janganlah kamu bercerai-berai (QS Ali Imran 103). Keberadaan Muhammadiyah, NU, Persis, Al-Irsyad, Nahdhatul Wathan, Jam’iyyah Washliyah, MTA dan lain-lain bukan termasuk dalam kategori percerai-beraian umat Islam.

Keempat, Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebajikan, menyuruh yang ma’ruf, dan mencegah yang munkar(QS 3:104).

Kehadiran Nabi Muhammad saw identik dengan pesan Alquran: Tidaklah Kami mengutusmu, Nabi Muhammad saw, melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam (QS 21:107).

Karakter Nabi Muhammad saw digambarkan dalam Alquran: Berkat rahmat dari Allah engkau, Nabi Muhammad saw,  berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Jika engkau berlaku keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (QS 3:159).

Penggalan puisi Prof. Dr. KH Nadirsyah Hosen, MA berikut senafas dengan pesan Alquran tersebut.

Nabiku yang welas asih mengatakan bahwa aku diutus Allah bukan untuk melaknat tapi menebar rahmat. Ini Islam rahmatan lil alamin.

Nabiku yang welas asih memberi nasihat: jangan marah, jangan marah, jangan marah. Ini Islam rahmatan lil alamin.

Nabiku yang welas asih melarang membalas kejahatan dengan kejahatan lagi. Ini Islam rahmatan lil alamin.

Nabiku yang welas asih melarang kita memaki Tuhan dan sesembahan agama lain. Ini Islam rahmatan lil alamin.

Nabiku yang welas asih ajarkan, bahkan dalam kondisi perang pun, kita harus mematuhi etika dan tidak melampaui batas. Ini Islam rahmatan lil alamin.

Nabiku yang welas asih ajarkan untuk memilih perkara yang mudah dan tidak menyulitkan diri. Ini Islam rahmatan lil alamin.

Nabiku yang welas asih ajarkan bahwa muslim itu yang orang lain selamat dari lidah dan tangan kita. Ini Islam rahmatan lil alamin.

Nabiku yang welas asih ajarkan untuk menolong dan memberi tanpa berharap mendapat lebih banyak. Ini Islam rahmatan lil alamin.

Nabiku yang welas asih ajarkan untuk menebar salam kepada orang yang kita kenal atau tidak kita kenal. Ini Islam rahmatan lil alamin.

Nabiku yang welas asih ajarkan kita berjalan dengan rendah hati, jangan hiraukan mereka yang benci, dan hindari perdebatan. Ini Islam rahmatan lil alamin.

Nabiku yang welas asih melarang kita merusak kehormatan sesama muslim dengan ghibah, fitnah, dan kebohongan (hoax-red). Ini Islam rahmatan lil alamin.

Nabiku yang welas asih ajarkan untuk berbuat adil meski terhadap orang yang tidak kita sukai. Ini Islam rahmatan lil alamin.

Islam rahmatan lil alamin itu membuat semua nyaman dan aman, bukan membuat orang lain ketakutan dan merasa dilecehkan dan dizalimi.

Bahaya Radikalisme

Radikal artinya fundemental, mendasar, esensial, drastik; ekstrim, militan, keras, revolusioner; maju, progresif, reformis, terbuka. Radikalisme ialah paham yang ekstrim, berlebihan, dan melampaui batas. Pancasila adalah radikal, karena Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Revolusi mental adalah radikal. Jika tidak radikal, evolusi mental. “Irama suatu revolusi adalah menjebol dan membangun.” (Soekarno).

Pandangan beberapa pakar tentang radikalisme adalah sebagai berikut. “Radikalisme agama dan radikalisme sekuler merupakan ancaman serius bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.” (KH Ma’ruf  Amin, Republika 27-3-2017).

“Negara tidak mewaswadai bahaya radikalisme sekuler yang juga bertentangan dengan ideologi negera Republik Indonesia, Pancasila. Hingga saat ini aparat Negara tidak ada yang berteriak keras tentang perlunya mewaspadai paham radikalisme sekuler (liberal/atheis-red) yang merebak di Indonesia, dan tidak dibentuk badan khusus penanggulangan bahaya sekulerisme, dan tidak ada detasemen khusus yang ditugaskan untuk itu.” (Taufikurrahman Ruki, mantan ketua KPK).

Radikal

Tatkala kepongahan Namrud menapak titik radikal
Paganisme juga menapak titik radikal
Muncullah sang pendobrak Ibrahim yang radikal
Merobohkan kepongahan dan paganisme dengan cara radikal
Tanpa radikalisme kepongahan dan paganisme takkan terjungkal.

Tatkala kepongahan Fir’aun menapak titik radikal
Muncullah Musa melawannya dengan cara radikal
Fir’aun pun tenggelam dan terjungkal.

Ketika di Makkah jahiliyah dan paganisme menapak titik radikal
Muncullah Muhammad melawannya dengan cara radikal
Hingga ratusan berhala di sekitar Ka’bah terjungkal.
Kini pengkhianatan bangsa, penjajahan ekonomi juga menapak titik radikal
Maka kita harus melawannya secara radikal
Tanpa radikalisme pengkhianatan takkan terjungkal.

(M. Dawam Saleh)

Bahaya Terorisme

Isu terorisme merupakan produk zaman now. Istilah terorisme tidak ditemukan di dalam Alquran dan bahasa Arab. Tak ada sarjana muslim klasik yang pernah mendefinisikan terorisme. Akar terorisme adalah ketidakadilan. Definisi hukum terorisme dalam organisasi di dunia Islam dirumuskan pada 1998 oleh Konvensi Arab untuk Pemberantasan Terorisme.

Terorisme adalah segala bentuk ancaman atau aksi kekerasan, apa pun motif dan tujuannya, sebagai upaya untuk mencapai agenda kriminal individu atau kolektif. Terorisme adalah tindakan mengancam keamanan dan menghancurkan kepentingan publik, martabat manusia, dan esensi kehidupan sehingga memicu tindakan agresi dan mengakibatkan kerusakan di muka bumi (Islamic Research Academy, 2001).

Pandangan beberapa pakar tentang terorisme antara lain sebagai berikut. “Ibarat penyakit, terorisme itu seperti kanker ganas yang sudah menggerogoti ‘tubuh’ bumi ini. Karena itu perlu diagnosis yang akurat agar terapinya juga akurat. Perlu pendekatan komprehensif dari berbagai sudut pandang: teologi-keagamaan, ideologi, sejarah, sosiologi, politik, dsb.” (Sumanto Al Qurthuby Ph.D).

“Terorisme dan kekerasan atas nama agama merupakan sesuatu yang merusak kehidupan. Moderasi sebagai jalan ketiga setelah radikalisme dan deradikalisme, untuk memilah-milah mana radikalisme yang harus dihadapi dengan pendekatan persuasi dan mana yang perlu tindakan hukum. Moderasi menawarkan ‘blocking area’ yakni melakukan lokalisasi penanganan kasus radikalisme, sehingga tidak digeneralisasi atau diperluas cara penanggulangannya.” (Haedar Nashir).

“Para penganut ‘teologi maut’ mengabaikan prinsip dasar Alquran, yaitu mengambil nyawa manusia dengan cara melanggar hukum dan tidak adil, serta dipandang sebagai bentuk utama kerusakan (QS 17:33). Tindakan merampas hak hidup seseorang tanpa ada sebab yang sah merupakan dosa terbesar setelah menyekutukan Tuhan.” (A. Syafii Maarif).

Imam Al-Mawardi menulis, “Jika penguasanya zalim, tak seorang pun akan mampu berbuat adil, dan jika penguasanya adil, tak seorang pun berani berbuat zalim.” Sedangkan Abraham Lincoln berpesan, “Marilah kita percaya bahwa keadilan menciptakan kekuatan, dan dengan kepercayaan itu marilah kita berani menjalankan kewajiban kita sampai akhir zaman.”

Dalam koteks keindonesiaan, menurut hemat penulis, hubungan Islam dengan Pancasila adalah sebagai berikut.

Islam dan Pancasila
Bagai Adam dengan Hawa
Bagai manusia dengan nyawa
Bagai guru dengan siswa
Bagai bayi dengan tawa.

Islam dan Pancasila
Bagai api dengan panas
Bagai cabe dengan pedas
Bagai buku dengan kertas
Bagai amal dengan ikhlas.


Like it? Share with your friends!

1
18 shares, 1 point

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
3
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
1
Tidak Suka
Suka Suka
6
Suka
Ngakak Ngakak
1
Ngakak
Wooow Wooow
1
Wooow
Keren Keren
3
Keren
Terkejut Terkejut
1
Terkejut
Muhammad Chirzin
Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag. adalah guru besar Tafsir Al-Qur'an UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Anggota Tim Revisi Terjemah al-Qur'an (Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur'an) Badan Litbang Kementrian Agama RI.

One Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals