Kata ekspektasi mungkin tidak asing lagi di telinga kita pada saat ini. Banyak sekali orang-orang yang mem-posting kata tersebut baik di media sosial, media cetak, media elektronik dan lain sebagainya. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan ekspektasi? Secara umum, arti ekspektasi adalah suatu harapan atau keyakinan yang diharapkan akan menjadi kenyataan di masa depan dengan keinginan di mana untuk mencapainya dengan tindakan nyata.
Berbicara mengenai bulan Ramadhan, di mana bulan yang penuh berkah bagi umat muslim untuk menjalankan salah satu rukun Islam yakni dengan menjalankan ibadah puasa yang hukumnya wajib dilaksanakan, biasanya seseorang ketika menyambut kedatangan bulan puasa banyak sekali hal yang perlu disiapkan di antaranya adalah menjaga kesehatan agar nanti ketika di bulan puasa tidak terganggu oleh masalah kesehatan.
Kesehatan yang dimaksud adalah kesehatan fisik maupun nonfisik. Kesehatan fisik seperti menjaga pola makan, menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga dan lain-lain. Sedangkan kesehatan nonfisik adalah kesehatan yang berkaitan dengan mental, akhlak ataupun rohani. Di mana kesehatan seperti ini yang akan sangat berperan dalam diterimanya puasa seseorang tersebut atau tidaknya.
Banyak sekali harapan-harapan yang diinginkan pada bulan puasa. Harapan yang paling dominan adalah bagaimana puasa di bulan Ramadhan dapat sukses dan mencapai tingkatan yang muttaqin. Di samping itu tentunya banyak melalui tantangan-tantangan yang besar dari bulan Ramadhan. Seperti contohnya adalah berpuasa menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Seperti hadis yang berbunyi “jika malam telah datang dari arah sini dan waktu siang telah berlalu dari sini serta matahari telah tenggelam maka itulah saatnya orang yang shaum/berpuasa boleh berbuka” (Muttafaqun ‘alaih).
Dalam hal menahan lapar dan dahaga bagi seorang muslim di bulan puasa tentu adalah hal yang mainstream (biasa). Tetapi menahan yang di luar dari dalam dirinya seperti hal-hal yang berkaitan dengan perilaku, sikap, moral akhlak mungkin inilah yang menjadi tantangan yang lebih sulit dari sekadar menahan lapar.
Banyak dari setiap muslim yang hanya berpuasa sekadar menahan lapar dan dahaga tetapi tidak bisa menahan prilaku yang bahkan lebih dari orang yang tidak berpuasa. Misalnya masih tidak dapat mengontrol amarahnya, masih membuang sampah di sembarang tempat dan lain sebagainya.
Hal ini adalah di luar ekspektasi di bulan Ramadhan. Di mana seharusnya bulan Ramadhan menjadi ajang memperbaiki diri membentuk jati diri seorang muslim yang bertaqwa, mencegah perbuatan yang keji dan lebih mengoptimalkan kebaikan-kebaikan. Tapi pada realitanya masih di bawah yang dikategorikan sebagai seorang yang bertaqwa.
Mudah-mudahan di bulan Ramadhan tahun ini menjadikan kita selaku umat muslim semakin bersemangat dalam menjalankan harapan-harapan dari nilai-nilai Ramadhan itu sendiri. Sehingga kita dapat memberi contoh kepada sesama bahwa betapa pentingnya memaknai puasa dan mampu mengontrol hawa nafsu dan sikap moral kita serta mencapai pada derajat orang yang bertakwa.
0 Comments