Dalam kehidupan sehar-hari, tak jarang kita meninggalkan sikap optimis. Padahal optimis adalah sikap yang harus selalu diterapkan oleh umat manusia, terutama kita sebagai umat muslim. Dengan bersikap optimis, secara tidak langsung kita meyakini kekuasaan Allah Swt. terhadap sesuatu. Kita harus selalu percaya diri bahwa Allah Swt. akan memberikan yang terbaik untuk kita. Dengan kata lain, kita harus selalu memiliki sikap optimisme.
Optimisme jika dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, memiliki makna paham (keyakinan) atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan. Juga dapat diartikan sebagai sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal. Optimisme merupakan adopsi kata dalam bahasa Inggris yang kemudian dijadikan bahasa Indonesia. Asal kata optimisme adalah optimism yang berarti harapan baik, atau optimistic yang memiliki makna berharap baik.
Berbeda dengan asal katanya, optimisme dalam bahasa Arab sering disebut dengan at-tafa’ul atau al-fa’lu. seperti yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dalam kitabnya Sunan Abu Daud nomor 3.415 sebagai berikut:
لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَيُعْجِبُنِي الْفَأْلُ الصَّالِحُ وَالْفَأْلُ الصَّالِحُ الْكَلِمَةُ الْحَسَنَةُ
Artinya: “Tidak ada ‘adwa dan tidak ada thiyarah, aku tertarik dengan Al-Fa’l (optimisme) yang baik, dan optimisme yang baik adalah perkataan yang baik”. (H.R. Abu Daud, No. 3.415)
Melihat dari hadits di atas, optimisme atau dalam bahasa Arabnya yaitu Al-Fa’lu memiliki makna perkataan yang baik. Dengan demikian, perkataan yang baik merupakan suatu sikap optimisme yang diajarkan oleh Rasulullah. Kenapa perkataan baik?, Karena dengan awalnya perkataan kita yang baik, maka prasangkaan kita juga akan ikut baik. Dengan awal perkataan baik, maka dalam diri kita akan timbul sikap optimisme.
Jika kita hubungkan dengan kehidupan kita saat ini, pandemi covid-19 yang telah merebak ke Indonesia sejak awal tahun 2020 lalu, juga dapat kita jadikan sebagai pelajaran untuk bersikap optimis. Dengan adanya wabah corona ini, semua sektor kehidupan di dunia terganggu, tak terkecuali dalam keluarga kita. Pengahasilan yang dulunya sebelum pandemi menyerang, tidak ada permasalahan dalam hal keuangan. Ketika pandemi muncul, penghasilan kita pun berkurang.
Selain itu, yang biasanya kita dapat belajar bersama teman-teman, bertatap muka dengan guru dan dosen. Akibat adanya wabah virus corona ini, semua bermasalah. Kita tidak bisa bertemu dengan teman-teman, tidak dapat menggali ilmu dari guru dan dosen secara langsung, bahkan kita kemana-mana diharuskan untuk mengenakan masker. Kita juga dibatasi dalam beraktivitas di luar rumah, dan lebih parahnya, berjabat tangan dengan teman atau sanak saudara pun dilarang akibat wabah ini.
Namun, semua dapat kita jadikan sebagai pelajaran untuk selalu bersikap optimis. Caranya adalah dengan perkataan yang baik seperti dalam hadits riwayat Imam Abu Daud di atas. Dengan diawali perkataan yang baik, selanjutnya kita yakinkan kepada diri kita bahwa takdir Allah pasti akan berakhir baik. Selagi kita sebagai hambanya selalu berprasangka baik kepada-Nya. Dalam hadits telah disebutkan:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَقُوْلُ الله تَعَلَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ
Artinya: “Nabi saw bersabda, “Allah berfirman, ‘Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku”.
Dengan penjelasan hadits tersebut, dapat kisa simpulkan bahwa kita harus selalu memiliki prasangka yang baik terhadap Allah. Sebab seperti yang telah dijelaskan dalam hadits di atas bahwa “Allah sesuai dengan prasangkaan hamba-Nya kepada Nya”. Maka, sudah jelas bagi kita untuk selalu berprasangka baik terhadap Allah, salah satunya yaitu dengan bersikap optimis dalam segala hal.
Melalui sikap optimisme, kita diajarkan untuk selalu berprasangka baik kepada Allah. Karena tidak ada sikap optimisme tetapi kita berprasangka bahwa Allah tidak akan mengabulkan do’a kita, itu bukan sikap optimisme namanya. Jika kita optimis, maka kita juga sudah pasti berprasangka yang baik kepada Allah. Kita optimis bahwa usaha dan do’a kita akan dibalas oleh Allah dengan balasan yang baik.
Sikap optimis akan lebih baik dampaknya dari pada selalu bersikap pesimis. Seperti halnya pada masa anak-anak yang tidak pernah memikirkan masalah. Yang ada dalam fikiran mereka adalah bagaimana caranya bisa bahagia, yaitu dengan bermain dan bermain. Kita juga dapat mengambil pelajaran dari sikap tersebut. Yakni dengan cara selalu optimis bahwa selalu ada jalan dalam setiap permasalahan. Maka hidup kita akan sedikit lebih bahagia tanpa banyak tekanan.
Kesimpulannya adalah, selalu tanamkan dalam diri kita untuk memiliki sikap optimisme. Optimis dalam segala hal, baik itu ketika mendapat kebahagiaan ataupun kesedihan. Karena dengan sikap optimis, kita dapat menjalani lika-liku hidup dengan perasaan menerima dan bahagia. Hadits di atas juga dapat kita jadikan motivasi untuk selalu bersikap optimis, yakni Allah akan memberikan suatu kebahagiaan asalkan kita selalu berprasangka baik kepada-Nya, yakni dengan cara bersikap optimis.
Dengan bersikap optimis, diharapkan segala yang telah kita usahakan, akan dipermudah jalannya oleh Allah. Walaupun hasil yang kita dapatkan belum sesuai dengan keinginan, kita tetap harus bersikap optimis. Selalu bersikap optimis dalam segala hal dan keadaan, dengan harapan kita mendapatkan apa yang kita inginkan dengan jalan kerja keras tanpa mengenal putus asa. Karena Allah sesuai dengan prasangkaan hamba kepada-Nya.
Editor: Ahmad Mufarrih
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂
Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!
Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!
0 Comments