Bagi kita yang sudah menonton film Kung Fu Hustle dan Shaolin Soccer, yang mana keduanya di bintangi oleh Stephen Chow. Pasti pernah melihat salah satu simbol yang berbentuk bulat dan memiliki warna antara hitam dan putih.
Bagi sebagian orang mungkin belum mengetahui maksud dari simbol tersebut, mengingat simbol itu mungkin hanya bagian dari salah satu ilmu kungfu yang sedang digunakan untuk mengalahkan lawan.
Namun jika kita pahami maknanya lebih dalam ternyata simbol itu memiliki filosofi yang sangat erat kaitannya dengan keseimbangan dan keharmonisan hidup. Ya, simbol itu lebih dikenal dengan nama Yin dan Yang sebuah konsep dalam filosofi Tionghoa. Seperti diketahui secara umum bahwa setiap agama atau aliran kepercayaan memiliki filosofinya sendiri mengenai hidup dan kehidupan, hal itu juga tidak lepas dari kepercayaan orang-orang China.
Sebelum berbicara mengenai Yin dan Yang ada baiknya kita lihat secara umum tentang keyakinan orang-orang China dalam memahami kehidupan. Dalam kosmologi orang China, kekuasaan tertinggi di alam terletak pada langit atau sering disebut dewa langit Tiyan (Tuhan) yang sangat dihormati oleh orang China, yang dianggap menciptakan segalanya dan yang menentukan kebahagiaan serta nasib manusia.
Aturan-aturan yang ada di dunia berasal dari langit dan aturan tersebut harus dipatuhi sepenuhnya oleh manusia. Jika aturan itu tidak dipatuhi, maka akan terjadi ketidakteraturan dalam alam ini, seperti kerusuhan, pemberontakan, pembunuhan, dan lain sebagainya adalah contoh dari ketidakteraturan dalam alam.
Baca Juga: Menjaga Keseimbangan Hidup |
Menurut kosmologi orang China bahwa semua manusia mempunyai hubungan erat secara pribadi dengan kosmos. Oleh karena itu, manusia dan alam (alam yang lebih luas) dihubungkan oleh Tao. Tao sendiri menurut beberapa orang dipahami sebagai filsafat dan ada yang memahaminya sebagai agama. Di China sendiri, Tao yang dipahami sebagai filsafat disebut Tao Chia, dan Tao yang dipahami sebagai agama disebut dengan Tao Chiao. Chia artinya filsafat dan Chiao artinya agama.
Adapun Tao sebagai agama telah muncul di China pada abad ke-2 M. Namun sebelumnya Taoisme dipraktekkan secara turun-temurun oleh orang-orang China sejak Lao-Tse meninggalkan ajarannya untuk kepentingan orang-orang yang membutuhkannya atau orang yang haus dengan ajaran-ajaran dari guru tua yang bijaksana.
Taoisme adalah salah satu agama tertua di China dan ajaran-ajarannya diambil dari tradisi klasik termasuk Huang-Lao, suatu tradisi yang diajarkan setelah Huang-Di (cerita raja kuning). Dari Lao-Tse kemudian Taoisme diikuti oleh para pengikut-pengikutnya yang setia selama Dinasti Han yang berkuasa di bagian Barat China (206 SM-24 M) sampai dengan sekarang.
Namun demikian, secara umum orang China berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini ada dalam kesesuaian dengan Tao. Tao diterjemahkan sebagai “jalan” atau “cara”. Ajaran yang membuat alam dapat selaras dengan jalan hidup manusia. Sebagai sebuah prinsip Tao berasal dari keseimbangan, satu kesatuan yang harmonis dari unsur-unsur yang saling berlawanan. Sebagai sebuah proses, Tao juga menjadi suatu perubahan yang teratur dan bersiklus, seperti musim panas berubah menjadi musim dingin, dan musim dingin kembali berubah menjadi musim panas.
Berdasarkan keseimbangan kosmos tersebut, orang China menggolongkan alam semesta ini menjadi dua, yakni Yin dan Yang. Sebagaimana disarikan dalam buku berjudul “Mengenal Lebih Dekat Agama Tao” karya M. Ikhsan Tanggok yang menjadi referensi sebagian besar tulisan ini, menyatakan bahwa “Tao melahirkan satu dan satu melahirkan dua”, yang dimaksud dengan kata “dua” di atas adalah Yin dan Yang (Tanggok, 2006).
(lambang Yin dan Yang) Sumber Gambar: Wikipedia
Yin dan Yang adalah dua aspek yang saling berlawanan dan keduanya sama-sama mempengaruhi dan mendominasi segala aspek kehidupan. Yin bersifat gelap, pasif, perempuan, teduh, basah, dan negatif. Sedangkan Yang bersifat terang, aktif, laki-laki, panas, kering, dan positif (Tanggok, 2006).
Dengan adanya interaksi antara keduannya ini, maka lahirlah alam dan seisinya. Mereka saling melengkapi, namun hubungan mereka adalah berjenjang. Adapun maksud dari jenjang ini adalah delapan perangkat-triagam terdiri dari tiga garis (trigrams) yang menggabungkan garis-garis terpisah Yin (- -) dengan garis-garis tidak terpisah Yang (-) yang dianggap sebagai kekuatan-kekuatan kosmos. Sebagaimana gambar di bawah ini,
Masing-masing dari tiap garis di atas memiliki maknanya sendiri terkait dengan keseimbangan kosmos atau alam semesta. Interaksi dua kekuatan kosmos itu menghasilkan evolusi budaya, ide, dan sistem. Misalnya, heksagram pertama Qian, Tian di sini berarti yang mewakili langit atau ayah. Dengan kedua, yakni Kun atau bumi yang berarti ibu, masing-masing mewakili langit yang bersifat tegas dan bumi yang mau menerima (Sen, 2010). Adapun tiap-tiap maknanya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Meskipun Yin dan Yang merupakan dua aspek yang selalu berlawanan, namun jika mereka bersatu, mereka menjadi harmonis yang saling membutuhkan atau bergantung satu sama lainnya. Dan jika diperhatikan secara seksama teori mengenai konsep Yin dan Yang ini selaras dengan Islam. Sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an yang berbunyi; “Dan suatu tanda kebesaran Allah SWT bagi mereka adalah malam, kami tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam) kegelapan” (Surah Yasin: ayat 36-37).
Allah SWT hendak menjelaskan kepada kita bahwa segala sesuatu selalu ditetapkan secara seimbang yakni dengan diciptakan setiap sesuatu secara berpasangan-pasangan. Bahkan lebih jauh keselarasan antara teori Yin dan Yang serta Islam ini membawa pengaruh yang begitu besar dalam setiap aspek kehidupan, utamanya di dalam menciptakan kedamaian, keseimbangan, dan keharmonisan.
Baca Juga: Keharusan Menjaga Keseimbangan Alam dan Manusia dalam Beragama |
Salah satunya tentang keadilan melalui Surah Al-Ma’idah ayat 8, yang berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa”. Dari ayat ini dengan jelas adanya prinsip keseimbangan yang dimanifestasikan melalui sikap adil atau keadilan. Sebab jika hidup tidak dilandasi keseimbangan akan keadilan maka keteraturan dalam hidup bermasyarakat menjadi kurang harmonis.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Dom Helder Camara seorang pejuang perdamaian yang mengatakan sebuah teori bahwa yang menjadi sumber utama dari kekerasan adalah ketidakadilan. Melalui teori tersebut Dom ingin mengatakan bahwa. pertama, ketika ketidakadilan terjadi di negara terbelakang, maka anda akan menemukan ketidakadilan merupakan bentuk kekerasan. Sebagai gejala yang menimpa baik perseorangan, kelompok, atau negara akibat bekerjanya ketidakadilan sosial.
Kedua, Ketika ketidakadilan sudah merajarela sedemikian luas mendorong munculnya kekerasan baru, yakni pemberontakan di kalangan masyarakat sipil. Pemberontakan ini mendorong setiap orang yang tertindas, menderita, teralienasi, mengalami dehumanisasi martabat. Menuntut untuk memperjuangan dunia yang lebih adil. Dan ketika bentuk protes masyarakat semakin keras.
Ketiga, Di sinilah muncul kekerasan baru yaitu represi negara/penguasa sebagai bentuk tindakan ketertiban dan menekan pemberontakan sipil. Maka dari ketiga pola di atas Dom Helder Camara menyebutnya sebagai “Spiral Kekerasan”, di mana ketika kekerasan disusul dengan kekerasan, maka dunia jatuh ke dalam spiral kekerasan (Camara, 2000).
Tentu jika kita berkaca pada konsep teori Yin dan Yang kejadian di atas adalah salah satu bentuk dari terjadinya chaos atau ketidakteraturan atau ketidakseimbangan di dalam sebuah sistem masyarakat bernegara dan berbangsa.
Maka belajar pada konsep Yin dan Yang di tengah kondisi bangsa yang masih saja dipenuhi ketidakadilan demi memenuhi hasrat segelintir orang akan harta dan tahkta, mengeskploitasi sumber daya alam secara berlebihan yang mampu merusak keseimbangan alam. Dan prasangka buruk baik terhadap etnis, suku, dan agama.
Konsep Yin dan Yang ini kiranya dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan sebuah keharmonisan. Sebagaimana dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW tatkala membangun kembali Kabah.
Menurut Al-Qur’an, Kabah dibangun oleh Nabi Ibrahim sebagai rumah Tuhan pertama dalam tradisi Monoteisme. Di dalam Kabah itu, ada sebuah batu hitam (Hajar Aswad) yang diyakini sebagai permata dari surga. Sebuah batu yang melambangkan akad asal antara Tuhan dan manusia, serta melambangkan bahwa manusia harus hidup selaras dengan kebenaran dan memelihara dunia.
Pada tahun 605 M, ketika Nabi Muhammad berusia 35 tahun yang saat itu belum memiliki kekuataan politik secara signifikan. Masyarakat Mekkah membangun kembali Kabah, yang sebelumnya rusak akibat banjir. Berbagai klan mulai bahu-membahu untuk membangun kembali Kabah, hingga kemudian meletuslah pertikaian pendapat pada setiap klan yang ingin mendapat kehormatan sebagai pengangkat batu mulia tersebut dan meletakkannya di tempatnya.
Kebuntuan pun berlangsung selama lima hari dan masing-masing klan bersiap-siap bertarung untuk menyelesaikan konflik. kemudian, orang tertua dari yang hadir mengusulkan kepada kelompok-kelompok yang bertikai itu supaya mereka mengikuti apa yang disarankan orang berikutnya yang memasuki kompleks Kabah melalui gerbang “Bab al-Safa”. Dan orang pertama yang masuk melalui gerbang tersebut adalah Nabi Muhammad. Setiap orang pun gembira karena Nabi Muhammad yang mereka kenal sebagai al-amin, yang terpercaya lagi tulus. Mereka pun menerima keputusannya.
Apa yang dilakukan Nabi Muhammad pada saat itu adalah pertama-tama mendengarkan kasusnya, kemudian Nabi Muhammad meminta mereka membawakan sepotong jubah, yang kemudian dia bentangkan di atas tanah. Dia mengambil batu hitam dan meletakkannya di tengah-tengah kain itu. Lalu, dia berkata: “Marilah setiap klan memegang pinggiran jubah. Kemudian, kalian angkatlah bersama-sama”. Ketika mereka mengangkatnya mencapai ketinggian yang tepat, Nabi Muhammad mengambil batu itu dan meletakkannya di sudut. Dan pembangunan kembali Kabah dilanjutkan hingga selesai.
Dari tindakan ini dapat kita lihat bahwa nilai-nilai inti dari cerita ini jika dilihat dalam konsep Yin dan Yang. Maka Nabi Muhammad adalah orang yang berusaha menciptakan keseimbangan dan keteraturan dalam struktur masyarakat pada waktu itu. Di mana beliau dengan penuh kesabaran mendengarkan terlebih dahulu dari masalah yang terjadi. Kemudian dengan mengajak setiap klan untuk memegang pinggiran jubah, beliau menegaskan signifikansi dan martabat masing-masing klan yang bertikai.
Mereka seluruhnya setara, sebuah nilai inti pada penghormatan atas kemanusiaan seluruh kelompok. Dan ketika beliau mengajak mereka mengangkat jubah bersama-sama, tindakannya ini menyiratkan bahwa kehormatan tidak harus diperoleh dengan mengorbankan kehormatan pihak lain atau dengan menggunakan kekerasan, tetapi bisa dibagi bersama (Anand, 2015).
Oleh karena itu, dengan melihat kembali konsep Yin dan Yang ini. Maka setidaknya kehidupan yang kita harapkan penuh dengan keadilan, kedamaian, dan keharmonisan dapat terwujud tanpa mengorbankan pihak lain yang membuat kehidupan tidak harmonis.
Editor : Hadi Wiryawan
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂
Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!
Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!
0 Comments