Dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang mengkritik konsep ketuhanan orang-orang Kristen, seperti Q.S. An-Nisa’ ayat 171 dan Q.S. Al-Maidah ayat 73. Sebelum melanjutkan pembahasan, ada baiknya kita perhatikan kutipan kedua ayat tersebut terlebih dahulu.
وَلاَ تَقُولُواْ ثَلاَثَةٌ انتَهُواْ خَيْراً لَّكُمْ إِنَّمَا اللّهُ إِلَـهٌ وَاحِدٌ سُبْحَانَهُ أَن يَكُونَ لَهُ وَلَدٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَات وَمَا فِي الأَرْضِ وَكَفَى بِاللّهِ وَكِيلاً -١٧١–
…dan janganlah kamu mengatakan, “(Tuhan itu) tiga,” berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Dia dari (anggapan) mempunyai anak. Milik-Nya-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan cukuplah Allah sebagai Pelindung.
لَّقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللّهَ ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَـهٍ إِلاَّ إِلَـهٌ وَاحِدٌ وَإِن لَّمْ يَنتَهُواْ عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ -٧٣-
Sungguh, telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih.
Mengenai hal tersebut, telah populer dikalangan muslim bahwa yang dikritik Allah SWT. melalui ayat tersebut adalah konsep trinitas. Hal tersebut dapat diketahui melalui pendapat para mufassir dalam kitab tafsirnya. Dalam Tafsir Al-Qurtubhi misalnya, beliau menggunakan kata التَّثْلِيثِ, yang mana diterjemahkan oleh Ahmad Khotib sebagai trinitas. Quraish Shihab dalam tafsirnya juga menggunakan istilah trinitas. Sayyid Qutb dalam tafsirnya pun demikian.
Memang saya belum mengecek secara mendetail mengenai penggunaan kata trinitas di berbagai tafsir dari berbagai masa. Tapi setidaknya dapat diasumsikan bahwa istilah trinitas ini kerap dikaitkan dengan kedua ayat tersebut.
Mengenai pengertian trinitas sendiri, saya pribadi masih merasa kesulitan untuk memahami konsep tersebut. Untuk itu, saya mencoba menggalinya melalui teman saya yang mana memiliki teman beragama Kristen. Dari sini saya mendapatkan informasi bahwa konsep trinitas adalah sebagai berikut. “Bapa, Anak dan Roh Kudus adalah satu hakikat. Hanya ada satu Allah; Bapa adalah Allah, tetapi Bapa bukan Anak dan Roh Kudus; dan Roh Kudus adalah Allah, tetapi Roh Kudus bukan Bapa dan Anak”.
Memang kata-kata tersebut sulit untuk dipahami, untuk itu dia mengibaratkannya dengan makanan yang cukup masyhur dikalangan anak kos: “Sarimi, Supermi, Indomie satu hakikat sebagai Indofood” Jadi Sarimi, Supermi, dan Indomie adalah produk yang berbeda, tetapi mereka masih satu kesatuan sebagai Indofood. Selain itu, menurut Mas Lilik (seorang Katholik yang dikenalkan oleh dosen saya dalam sebuah forum diskusi), konsep trinitas dapat diibaratkan dengan konsep Asmaul Husna dalam Islam (saya pribadi kurang setuju dengan pendapat ini).
Kembali pada kedua ayat diatas, meskipun saya mengasumsikan kebanyakan dari para Mufassir mengaitkan ayat tersebut dengan konsep Trinitas, tetapi apakah konsep trinitas yang dipaparkan oleh para Mufassir sama dengan konsep trinitas yang dimaksud umat Kristiani? Al-Qurtubhi (w. 671 H) dalam tafsirnya mengutip beberapa pendapat mengenai trinitas, baik dari kalangan Islam maupun dari kalangan Kristiani.
Sebagai contoh, salah satu pendapat yang dikutip dari kaum Kristiani adalah sebagai berikut: “Sesungguhnya Allah adalah esensi yang satu, namun memiliki tiga uqnuum.” Yang dimaksud dengan tiga uqnum ini adalah wujud, kehidupan, dan pengetahuan, atau kadang juga disebut Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Ruhul Qudus. Selain itu, ia juga mengutip pendapat yang mengatakan bahwa kaum Kristiani tidak pernah mengatakan bahwa Tuhan mereka ada tiga, tetapi Tuhan mereka pada esensinya adalah satu. Pendapat yang dikutip oleh Al-Qurtubhi ini menurut hemat saya cukup mendekati dengan konsep trinitas di atas.
Sementara itu, Fakhruddin al-Razi (w. 1210 M) dalam tafsirnya menyebutkan bahwa konsep trinitas itu sama saja dengan mempercayai bahwa Tuhan itu ada tiga, karena Tuhan memiliki sifat dan zat berbeda di setiap pribadinya (Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Roh Kudus). Dari sini dapat diketahui bahwa al-Razi condong memahami trinitas sebagai tritheisme (adanya tiga Tuhan). Mengenai hal tersebut, umat Kristiani tampaknya menolak jika dikatakan bahwa mereka menyembah tiga Tuhan. Dengan kata lain, konsep trinitas yang dipahami al-Razi dan umat Kristiani tampaknya berbeda.
Sementara itu Quraish Shihab menafsirkannya sebagai berikut: Demi Tuhan, sesungguhnya yang telah kafirlah orang-orang yang berkata, yakni berkeyakinan bahwa Tuhan yang Mahaagung sesungguhnya Allah adalah salah satu dari tiga yang ketiganya adalah Tuhan, atau oknum dari tiga oknum Trinitas yang merupakan Tuhan, serupa dengan menyatunya cahaya, kehangatan dan bola pada matahari, atau sama dengan ruangan yang terdiri dari panjang, lebar, dan tinggi
Pernyataan Quraish Shihab tersebut menurut pemahaman saya seakan-akan mengakomodir dua pendapat. Yakni bahwa Tuhan ada tiga (Allah adalah salah satu dari tiga yang ketiganya adalah Tuhan), atau juga Tuhan adalah adalah esensi yang satu dari tiga (…atau sama dengan ruangan yang terdiri dari panjang, lebar, dan tinggi).
Adapun dari penafsiran para mufassir di atas, hal yang dapat saya tangkap adalah, terlepas apapun pendapat para mufassir mengenai trinitas (sesuai dengan konsep trinitas umat Kristiani atau tidak), mereka sama-sama menyatakan bahwa konsep trinitas tetap ditolak oleh Al-Qur’an. Atau dengan kata lain, mereka berpendapat bahwa konsep trinitas, apapun bentuknya, pada dasarnya sama saja dengan tritheisme.
Jadi, terlepas dari sesuai atau tidaknya konsep yang trinitas yang dimaksud Al-Qur’an dengan konsep trinitas yang dipahami umat Kristiani, pada intinya para mufassir tersebut sama-sama menafsirkan bahwa ayat tersebut mengkritik konsep ketuhanan Kristen. Wallahu A’lam.
0 Comments