Sedikit mengulas dan me-review kembali ingatan saya yang terdahulu. Di zaman pendidikan yang membatasi (atau lebih tepat dengan kata “yang mengkotak-kotakan”), khususnya di Indonesia. Ada Umum dan ada Agama. Umum mengajarkan Sains, sedangkan Agama mengajarkan religiusitas (Kalaupun ada yang mengajarkan Agama dan Umum dengan porsi yang sama, saya sangsi itu terdapat kecenderungan untuk melebihkan satu dari yang lain). Pengkotak-kotakan ini mungkin hasil yang diinginkan para sekuler (konsep yang entah diciptakan oleh golongan siapa) untuk memisahkan agama dengan sains. Di saat itu, saya pun sempat berasumsi dan justru ingin membuktikan asumsi saya bahwa sains dan agama itu berdampingan. Tidak terpisah.
Kembali ke masalah yang sempat saya putar ulang memori saya ke masa lampau. Di mana saya pernah mengatakan kepada seseorang bahwa saya mengambil fokus studi yang Umum untuk membuktikan sains itu sinkron pada ajaran agama. Mendengar pernyataan saya tersebut, dia mengatakan bahwa saya itu penganut paham Illuminati.
Sungguh mengejutkan. Saya pun benar-benar tidak paham apa maksudnya. Kenapa bisa begitu? Memangnya Illuminati, Zionis, Freemason, Kabbalah, Baphomet, (dan segala macam istilah yang mungkin anda membacanya ngeri-ngeri sedap melanjutkan bacaan anda terhadap tulisan ini) menjelaskan apa? Dari respon yang dulu saya dapatkan, saya merasa ada unsur yang tidak boleh agama urus dalam sains. Begitu juga sebaliknya.
Dan setelah saya runut ulang perjalanan hidup, saya tidak mendalami sekolah yang merujuk pada keagamaan (mungkin karena saya mencari Keseimbangan), sains yang ada pada era ini tidak ada yang berubah. Sains cenderung turun dan menjadi primitif bahkan fiktif. Yang maju pada era ini adalah teknologi. Teknologi adalah alat. Dasar dari teknologi memanglah sains karena perhitungannya adalah asas saintifik namun itu hanya sebagian kecil yang dipergunakan sebagai alat untuk mempelajari dan mengembangkan sains. Sains adalah ajaran murni untuk menyibak cakrawala dan alam semesta. Agama memberikan bukti penunjang dan tidak memberikan kedustaan. Ini perbuatan siapa? Justru Illuminati yang menginginkan hal ini. Mengaburkan sains dan menghancurkan agama. Untuk siapa? Hanya para pengikut Dajjal Al-Masih yang tahu.
Sains justru maju pada masa Babylonia. Pada masa itu beragam macam ilmu dari Matematika, Fisika, menemukan derajat bola 360 derajat, waktu, bahkan penghitungan gerhana sekalipun dapat dihitung secara akurat, dan akurasi memang tujuan dari sebuah sains. Agama juga mengabarkan dalam kitab sucinya untuk memvalidasi dan menunjang keakuratan penciptaan alam semesta dan sekitarnya yang ada di muka bumi.
Penemuan-penemuan yang dikabarkan sebagai sains modern justru disalahpahami oleh beberapa kalangan akademisi. Mungkin dikarenakan teknologi termasuk dalam kajian sains. Padahal sains itu hanya inti, teknologi hanya metodanya yang berbeda dengan pengujian yang lebih sederhana. Intinya, tidak ada sains yang berubah ke arah yang lebih maju pada era saat ini.
Kita lihat dan kita ketahui hingga sampai sekarang begitu banyak cabang bidang studi terpecah-pecah untuk terus mengembara menemukan pengembangan dan kemurnian terbaru untuk sains. Dan semuanya kembali merujuk pada zaman yang telah maju pada saat itu, masa Babylonia. Oleh ilmuwan-ilmuwan muslim terdahulu di masa abad Islam mempopulerkan dan merujuk pada masa itu juga dan tidak lepas dari pengaruh zaman tersebut.
Namun keinginan saya dan cita-cita saya mungkin pudar atau lebih tepatnya “dikacaukan” oleh gagasan para pengusung tatanan dunia baru. Yaitu dengan cara memutuskan satu tangan (sains) dan tinggal memutuskan satu tangan lagi (agama) dengan cara mematikan nalar bahwa Tuhan itu tidak ada dan semua agama bohong. Kita lihat, Islam adalah mangsa empuk untuk meruntuhkan kredibilitas agama di muka bumi. Tuhan digugat dan diminta lengser lalu melantik Tuhan yang baru (Ad Dajjal Al-Masih) untuk mewujudkan tujuan akhir mereka.
Jangan beranggapan saya sedang protes atau menyalahkan dan menyesali. Saya justru bersyukur dengan akal yang diberikan mampu saya gunakan dan tetap sadar akan posisi saya sebagai ciptaan di muka bumi ini sebagai apa. Yang telah terjadi sampai sekarang bisa jadi karena manusia-manusianya. Di samping itu, kebuntuan dan kelalaian lah yang menjerat manusia-manusianya sendiri sehingga mereka menjadi tidak dapat dinalar kembali sebagai ciptaan yang bisa menjaga kekhalifahannya di muka bumi. Kebuntuan apa itu? Siapa yang membuat mereka menjadi lalai?
Nah, dari sini saya mempertanyaan kembali apakah dengan penyatuan sains dan agama, atau lebih tepatnya apakah pencarian ayat Ilahi untuk terus tersanjung akan penciptaan alam semesta tetap merupakan agenda dan tujuan dari propaganda Illuminati? Dan saya tekankan bahwa hakikatnya tak ada yang berbeda antara sains dan agama.
Pendalaman terhadap sains akan mengantarkan pada Divine Intellegence atau lebih disebut dengan Kecerdasan Ilahiyyah. Dan itu yang seharusnya digenerasikan kepada umat-umat setelah Nabi Ibrahim, yang mana pada kala itu Ibrahim lah yang pertama kali merupakan seorang tokoh kosmologis sehingga menuntunnya pada Sang Pencipta yang Hakiki, Allah SWT. Jika boleh menambahkan, beliau lah sejatinya orang atheis dan agnostik sebab dengan demikian maka akan terus mencari hingga menemukan apa yang dicari.
Sebelum menutup tulisan ini, setidaknya renungi pertanyaan saya ini untuk anda, tak terlebih juga untuk saya sendiri. Ke dunia ini apa yang kau cari? Dari sini kita semua pasti sudah tahu, ke mana kita semua akan berlabuh di akhir nanti, di kematian kita nanti.
0 Comments