Literasi dan Islam: Sebuah Ikhtiar untuk Kemajuan Bangsa

Dengan membaca dan menulis, setidaknya kita dapat menambah dan menebar wawasan guna mencerdaskan bangsa, peka dan responsif, serta inovatif.4 min


Sumber gambar: mahasiswaindonesia.id

Kegiatan literasi menjadi suatu aktivitas yang tak terlepas dari sendi-sendi kehidupan manusia. Proses pendidikan yang sedang dijalani bergantung pada kesadaran literasi dan kemampuannya. Keberhasilan seseorang dalam literasi akan mempengaruhi keberhasilannya dalam menyelesaikan pendidikan, hal ini karena budaya literasi yang tertanam dengan sangat baik sehingga dapat mencapai keberhasilan dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat.

Keterampilan membaca menjadi keterampilan yang sangat penting untuk dikembangkan menjadi budaya serta kebutuhan setiap hari. Selain membaca, keterampilan yang tidak kalah penting untuk dilatih juga dibudayakan adalah menulis. Mengingat pentingnya penguasaan pada kedua keterampilan tersebut maka membudayakan membaca dan menulis diadakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

Mengenali Literasi

Sebelum lebih jauh, makna literasi perlu digamblangkan terlebih dahulu. Literasi merupakan istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini meniscayakan bahwa literasi tidak bisa terlepas dari kemampuan berbahasa. Selanjutnya, dalam bahasa Latin, istilah literasi disebut sebagai literatus, artinya adalah orang yang belajar, melek huruf, atau berpendidikan. (Uus Toharuddin, dkk., Membangun Literasi Sains Peserta Didik, 1) Menurut sumber yang lain, literasi dapat dimaknai sebagai berikut:

  1. National Institut for Literacy: Literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. 
  2. Education Development Center (EDC): Literasi adalah kemampuan individu menggunakan potensi yang dimilikinya dan tidak sebatas kemampuan baca tulis saja. 
  3. UNESCO: Literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks di mana dan dari siapa keterampilan tersebut diperoleh, serta bagaimana cara memperolehnya.
  4. Kamus online Merriam-Webster: Literasi adalah kemampuan atau kualitas melek aksara, di dalamnya terdapat kemampuan membaca, menulis, dan mengenali, serta memahami ide-ide secara visual. (wikipedia. Diakses pada 21 November 2022)

Literasi dalam Islam

Dalam Islam, literasi merupakan perintah pertama sejak awal pewahyuan kerasulan Nabi Muhammad SAW. Wahyu yang turun pertama kali (baca: QS. al-‘Alaq ayat 1-5) telah menuturkan betapa pentingnya berliterasi. Hal tersebut dapat dilihat dari perintah membaca (iqra’) yang teredaksikan pada ayat pertama. Ini mengindikasikan bahwa membaca merupakan suatu hal yang sangat penting dan menjadi sumber ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia.

Lantaran membaca manusia dapat mengerti segalanya. Hal yang sebelumnya belum diketahui akan dikuasai melalui membaca. Dalam tataran ini, sebuah pembacaan tidak hanya terbatas pada teks, namun juga dapat dilakukan pada aspek yang lain, seperti respon terhadap fenomena-fenomena sosial, keadaan sekitar, dan hal-hal yang melingkupi kehidupan di sekelilingnya (Itje Chodidjah, Modul dan Pedoman Pelatihan Fasilitator Gerakan Literasi Nasional, 1).

Sebagaimana yang telah dituturkan dalam Al-Qur’an dengan redaksi “afalā ta‘qilūn”, “afalā tatadhakkarūn”, “afalā tatafakkarūn”. Artinya, manusia dikaruniai akal dan pikiran untuk berpikir. Yakni, memikirkan segala hal yang terjadi sebagai introspeksi, evaluasi, berinovasi, dan hal positif lainnya.

Sebagian besar ulama sepakat bahwa perintah membaca (iqra’) yang ditujukan kepada Nabi Muhammad adalah membaca Al-Qur’an. Imam al-Qurṭubī menuturkan dalam tafsirnya, al-Jāmi‘ li Aḥkām al-Qur’ān, bahwa ada lafal yang dihilangkan dalam ayat pertama QS. al-‘Alaq, yakni maksud yang dikehendaki adalah iqra’ al-Qur’ān. (al-Qurṭubī, al-Jāmi‘ li Aḥkām al-Qur’ān, 119.).

Namun, perlu digarisbawahi di sini bahwa Al-Qur’an merupakan sumber rujukan utama dan terutama bagi umat Islam, di dalamnya memuat berbagai konten pengetahuan, baik hukum, alam, sosial, dan lainnya, (Muḥammad Ḥamzah, dkk., ‘Ulūm al-Tafsīr I, 22-32.) yang tidak ada keraguan sedikit pun padanya. Oleh karena itu, di samping manusia diperintah untuk membaca Al-Qur’an, manusia juga dituntut untuk membaca fenomena-fenomena sekitar sebagaimana yang telah dianjurkan dalam Al-Qur’an.

Paparan-paparan di atas, setidaknya telah menginformasikan kepada kita bahwa literasi pada dasarnya adalah sebuah perintah yang termaktub di dalam Al-Qur’an. Selain dalam redaksi iqra’, indikasi pentingnya berliterasi di dalam Al-Qur’an juga teredaksikan dalam bentuk kata yang lain, seperti al-qalam dan kataba (menulis), serta ayat-ayat yang menegaskan perintah memperdalam ilmu pengetahuan (Mansur, Konsep Literasi dalam Al-Qur’an, 8).

Ikhtiar Mengimplementasikan Kegiatan Literasi

Sebagai seorang pelajar, baik siswa bahkan mahasiswa, tidak akan pernah terlepas dari budaya literasi. Terbukti dari adanya pengajaran-pengajaran yang diterapkan dalam berbagai lembaga pendidikan. Tidak hanya terbatas pada tingkat perguruan tinggi, kegiatan literasi pun telah diterapkan dalam pondok pesantren, sekalipun yang berbasis salafi, baik dalam bentuk ceramah, diskusi, maupun dalam bentuk lainnya.

Akhir-akhir ini, program literasi telah dianjurkan dan digembor-gemborkan oleh pemerintah sebagai program yang harus diterapkan di sekolah bahkan tingkat perguruan tinggi. Hal ini senada dengan yang diutarakan oleg Muhadjir Effendi dalam sambutannya yang berdasar pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor 23 Tahun 2015, tentang Penumbuhan Budi Pekerti (Itje Chodidjah, Modul dan Pedoman Pelatihan Fasilitator Gerakan Literasi Nasional, vi).

Hal ini ditunjang dengan banyaknya bentuk bantuan seperti bantuan pengadan buku-buku untuk perpustakaan, perpustakaan keliling, taman baca, dan bentuk bantuan lainnya yang digelontorkan pemerintah. Adanya bantuan buku diharapkan siswa hingga mahasiswa dapat menambah wawasannya melalui membaca buku-buku yang ada. Di samping itu, program literasi ini didukung oleh adanya event-event perlombaan cipta karya puisi, artikel, cerpen, dan sebagainya. Event tersebut merupakan kelanjutan dari endapan pengetahuan yang didapat dari hasil membaca yang kemudian dituangkan dan diaplikasikan dalam bentuk tulisan.

Pelajar, pada khususnya, dan segenap generasi penerus bangsa memegang peran penting dalam kemajuan bangsa. Era milenial yang sarat dengan kemajuan harus diimbangi dengan pola pikir yang cerdas. Jika tidak, maka akan tergerus dengan perkembangan zaman yang semakin melaju dengan kencang. Salah satu upaya dalam turut serta memajukan bangsa dapat dilakukan dengan menanamkan budaya literasi. Tidak jarang pelajar telah mengambil perannya dalam hal penulisan, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Mengembangkan gagasan ilmu pengetahuan yang dipublikasikan melalui tulisan setidaknya dapat menambah wawasan dalam mencerdaskan bangsa, peka dan responsif, serta mampu berinovasi di berbagai sektor. Tingkat pengetahuan tinggi yang dibekali dengan keimanan yang kuat selama menjadi subyek pencari ilmu akan menciptakan kader yang unggul dan berkarakter.

Daftar Pustaka:

Chodidjah, Itje. Modul dan Pedoman Pelatihan Fasilitator Gerakan Literasi Nasional. Jakarta: Kemendikbud, 2017.

https://id.wikipedia.org/wiki/Literasi. Diakses pada 21 November 2022.

al-Qurṭubī, Abū ‘Abdullāh Syams al-Dīn. al-Jāmi‘ li Aḥkām al-Qur’ān, juz 20. Kairo: Dār al-Kutub al-Miṣriyah, 1964.

Ḥamzah, Muḥammad, dkk. ‘Ulūm al-Tafsīr I. Jakarta: DEPAG RI, 1997.

Toharuddin, Uus, dkk. Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora, 2011.

Mansur. “Konsep Literasi dalam Al-Qur’an: Telaah atas Penafsiran M. Quraish Shihab dan Hamka terhadap Surah al-‘Alaq: 1-5”. Etheses IAIN Madura. Januari, 2021. Dahuri, Rokhmin. Budaya Baca dan Kemajuan Bangsa. Jakarta: Republika, 2008.

Editor: Ainu Rizqi
_ _ _ _ _ _ _ _ _
 Catatan: Tulisan ini murni opini penulis, redaksi tidak bertanggung jawab terhadap konten dan gagasan. Saran dan kritik silakan hubungi [email protected]

Jadi, bagaimana pendapat Anda tentang artikel ini? Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya!

Anda juga bisa mengirimkan naskah Anda tentang topik ini dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini! 

Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!


Like it? Share with your friends!

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
1
Sedih
Cakep Cakep
2
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
3
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
0
Wooow
Keren Keren
0
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
Khoirul Faizin
Khoirul Faizin adalah mahasiswa Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya. Lahir pada 4 April 1994 di Lamongan. Ia juga sebagai tenaga pengajar al-Qur'an Hadis di MTs. Mamba'ul Ma'arif Banjarwati Paciran Lamongan.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals