Agama yang turun di muka bumi sebagai alat bagi manusia untuk mendedikasikan dirinya dalam rangka mencapai misi ketuhanan.
Salah satu misi keilahian yang semestinya dijalankan manusia ialah menyemai kasih sayang kepada sesama pemeluk agama. Pengejewantahan dari sifat Tuhan ar-rahim (Maha Penyayang) itu, hakikiatnya, melekat dalam diri setiap insan.
Spirit kasih sayang itu tidak muncul seketika saja dalam pribadi seseorang, melainkan bisa ditempuh dengan perjalanan ruhani yang ketat dengan Tuhan.
Tanpa hal tersebut, mustahil rasanya tercipta suasana harmonis di antara para pemeluk umat beragama.
Tugas manusia sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an sebagai khalifatul ‘ard, mesti dibarengi dengan spirit kasih sayang.
Penunjukan manusia sebagai perpanjangan tangan Tuhan di muka bumi suatu bentuk misi ketuhanan. Pedoman yang dengan kehadiran agama itu manusia dapat menjalankan tugas sebagai perwakilan Tuhan, memberikan ketenangan, kenyamanan, kedamaian, keindahan dan kasih sayang antar umat beragama.
Di samping itu agama dapat dijadikan alat untuk menebar kasih sayang dan semua pemeluk agama yang ada di muka bumi, namun bisa sebagai tanaman makan pagar di antara agama-agama ada, sebagai benalu untuk memperlebar jarak hubungan antara satu dengan yang lainnya.
Pemicunya bisa disebabkan dari beberapa faktor seperti ideologi, pengetahuan, politik, sosial dan lain sebagainnya. Benih- benih agama jika diselimuti dari sekian faktor-faktor tersebut, akhirnya agama tak ubahnya seperti penebar teror yang dapat mengancam keberlangungan beragama seseorang.
Setiap yang menjadi penghalang atau penghambat keberlangsungan beragama seseorang dalam perspektif demikian akan tampil di permukaan sebagai agama yang tidak menyejukkan agama digunakan sebagai bahan untuk memberikan serangan terhadap yang lainnya.
Ketika dihadapkan pada persoalan perbedaan keyakinan atau kepentingan yang lainnya, bukan menjadikan bumbu untuk merenggang keberadaan agama yang hadir, sebagian dari inti dari beragama merupakan keselamatan hakiki baik itu di dunia dan akhirat.
Keadaan yang melatarbelakangi dengan sentimen keyakinan dan memperebutkan kontestasi beragama tidak akan menjadi agama yang kasih sayang. Karena masih dibungkus dengan penuh kebencian yang menyebarkan virus di mana-mana, eksistensi agama akan kehilangan ruh sebagai kasih sayang untuk umat beragama.
Perlu menjadi catatan dan perlu direnungkan bahwasannya semua agama yang hadir di muka bumi akan menerbarkan misinya tentang kebaikan dan kasih sayang, tidak ada satu pun agama yang menebarkan kebencian pada hakikatnya semua agama sudah digariskan Tuhan untuk menyemai benih untung saling berkasih sayang, di suatu sisi agama yang ada memiliki corak perbedaan yang mendasar dari segi ibadah, keyakinan, dan ber-Tuhan sekalipun.
Aslinya bagian dari anugerah Tuhan untuk menggembleng dari setiap perbedaan-perbedaan tersebut tersentuh untuk membuktikan bahwa agama itu tidak sseradikal yang kita bayangkan atau mainstream dalam pola perilaku beragama itu sendiri.
Sejauhmana manusia mampu menjadikan agama sebagai alat penebar kasih sayang dalam dimensi kehidupan manusia. Itu tidak terlepas upaya-upaya yang dilakukan dan menyadari sebagai manusia ciptaan-Nya tidak menganggap yang lainnya memberikan sorotan yang tajam dengan umat yang beragama.
Aspek-aspek yang menjadi kasih sayang tersebut dalam ruang lingkup agama meliputi dari segi sosial, muamalah, berpolitik dan lain-lainnya.
Artinya cakupan tersebut tidak hanya berkutat di situ saja bahkan melebihi dari aspek-aspek tersebut sebagai mempererat tali silaturhahim di antara beberapa penganut agama yang berada di muka bumi. Apabila sudah merambah pada aspek yang memang mendatangkan kemaslahatan tentunya kehadiran agama menjadi “kasih sayang”.
Komunitas-komunitas beragama ketika dihadapkan pada persoalan-persoalan tersebut akan sebagai alternatif atau terobosan untuk memberikan jalan keselamatan dan kebahagiaan dalam memecahkan persoalan. Dinamikanya juga berbagai macam varian yang terjadi di tengah-tengah masayarakat mulai dari politik dan kepemimpinan nasional, atau lebih sederhananya perebutan kekuasaan di parlemen.
Sebenarnya ini berawal dari sentimen agama, yang kemudian diakomodir oleh beberapa oknum yang berlainan kendaraan politik. Tentu menjadi ladang yang subur untuk menjadi kendaraan politiknya untuk menyerang lawan politiknya. Baik itu disadari atau tidak disadari motifnya bisa berasal dari agama, tentunya jika sudah agama dibungkus dalam kredo politik akan menimbulkan dua sisi tanggapan yang postif atau negatif, sisi positif bagi suatu sisi lawan oknum yang menggunakan agama akan mengalami kepuasaan batin dan melemahkan keberadaan lawan politiknya, namun dalam hal negatif akan menjadi boomerang yang dapat menimbulkan perpecahan di antara umat yang beragama.
Tentu saja melihat salah satu contoh tersebut dalam diri kita pun akan bertanya-tanya, akal sehat pun akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang besar dan perlu perenungan yang sangat mendalam. Umat yang beragama dan bertuhan bijakkah dalam penggunaan agama yang dibungkus dalam politik dan menyerang di suatu sisi? Apakah agama tidak memiliki spirit untuk menebar kasih sayang dalam bentuk apa pun? Sejauh mana agama yang diyakini dan dipeluk hanya menebarkan kebencian dan menyerang lawan yang tak berdosa?
Pertanyaan-pertanyaan besar tersebut tentunya akan membutuhkan pikiran yang jernih dan jiwa yang sehat untuk menemukan solusinya. Tidak hanya berdasarkan pada kepuasan nafsu untuk membenturkan umat beragama yang ada.
Hal demikian akan memberikan gambaran yang jelas ketika agama disusupi oleh kepentingan lain dan hanya untuk konsumsi kepuasaan batin akan bermuara pada perseteruan yang panjang dan tidak berkesudahan di antara para pemeluknya.
Setidaknya ada beberapa poin penting dalam bingkai agama yang kasih sayang yakni, agama sebagai keselamatan, kedamaian,dan menebar kasih sayang. Agama bukan dipaksa-paksan dalam siatuasi yang menguntungkan bagi kalangan tertentu namun sebagai batu loncatan untuk memberikan alat kasih sayang dengan umat beragama yang hadir di muka bumi. Nadir agama akan tumbuh dan memberikan kesejukan bila ditempatkan pada porsi yang ideal dan tepat guna.
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Catatan: Tulisan ini murni opini penulis, redaksi tidak bertanggung jawab terhadap konten dan gagasan. Saran dan kritik silakan hubungi [email protected]
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂
Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!
Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!
0 Comments