Sosok perempuan enerjik yang selalu memukau audiens ketika sedang menyampaikan gagasan-gagasannya tentang gender, Bu Ruhaini atau Bu Eni begitu biasa beliau dipanggil. Penjelasan beliau tentang gender diawali dengan faktor apa saja yang menyebabkan adanya ketidakadilan atau diskriminasi sosial.
Menurut beliau, adanya keterbagian ras, etnis, agama, klas (ini berbeda dengan kata “kelas”. Jika “kelas” adalah ruangan, sedangkan “klas” adalah strata dalam masyarakat), jenis kelamin dan difabel atau disabilitas. Perbedaan-perbedaan ini menjadi sebab harus adanya sistem demokrasi yang dapat menjangkau keadilan sosial berupa hak keamanan, hak kesehatan, hak pendidikan, hak politik, hak ekonomi maupun hak budaya.
Ada beberapa target yang ingin diupayakan untuk sampai kepada sebuah keadilan gender. Bu Ruhaini membagi enam sifat yang harus dimiliki oleh setiap orang yaitu freedom, equality, solidarity, tolerance, respect for nature, dan share responsibility. Keenam sifat ini menjadi kunci ketercapaiannya keadilan gender di sebuah negara.
Dari adanya problem kesehatan, pendidikan dan ekonomi yang masih bias gender maka keenam sifat ini merupakan upaya yang harus dilakukan untuk sampai pada keadilan gender. Apa sebenarnya manfaat adanya keadilan gender?
Menurut Bu Ruhaini ada enam manfaat, yaitu mendorong produktivitas perempuan, meningkatkan kesempatan kerja perempuan, meningkatkan kualitas kesehatan keluarga, menurunkan angkata kematian ibu, bayi dan anak, meningkatkan umur harapan hidup laki-laki dan perempuan dan meningkatkan kemampuan sumber daya alam.
Indikator Makro Gender
Ada dua indikator yang dapat dijadikan ukuran untuk melihat keadilan gender. Pertama, Gender Development Index (GDI) yaitu untuk mengukur kesenjangan gender dilihat dari bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Kedua, Gender Empowerment Measure (GEM) yaitu untuk mengukur kesenjangan gender dalam hal keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan.
Dalam indikator GDI terbagi menjadi tiga indeks yaitu indeks kesehatan, indeks pendidikan dan indeks perekonomian. Indeks kesehatan dilihat dengan rata-rata usia harapan hidup. Untuk indeks pendidikan dapat dilihat dengan angka melek huruf orang dewasa dan rata-rata lama pendidikan. Terakhir, indeks perekonomian dengan melihat adanya sumbangan pendapatan.
Dari ketiga indeks tersebut dapat mengukur sampai mana keadilan gender ditegakkan. Kemudian dalam GEM ada dua indeks yang dijadikan ukuran yaitu indeks politik dan indeks ekonomi.
Menurut data yang dijelaskan oleh Bu Ruhaini terlihat masih adanya kesenjangan cukup tinggi antara kualitas hidup laki-laki dan perempuan. Melalui data pada tahun 2003, Gender Development Index (GDI) Indonesia menempati peringkat ke 87 dari 140 negara yang diukur di dunia. Jika melihat dari GEM juga akan terlihat bahwa perempuan masih jauh di bawah angka laki-laki. Maka dari itu, bagaimana mewujudkan demokrasi dan pembangunan yang berbasis gender?
Demokrasi dan Pembangunan Berbasis Gender
Banyak kategori-kategori sosial di luar gender. Namun gender merupakan “faktor pembeda” yang menimbulkan kesenjangan sosial. Mulai dari muatan nilai dan norma budaya yang menghambat kesetaraan akses, partisipasi dan keterlibatan pengambilan keputusan yang mengakibatkan ketidakadilan pada perolehan manfaat pembangunan.
Perempuan masih sangat terbatas dalam hal-hal ini. Baik dalam pengambilan keputusan, penempatan kerja dan pembagian jumlah laki-laki dan perempuan dalam akses politik juga masih terbatas.
Menurut Bu Ruhaini, meskipun ada kemajuan yang cukup pesat dalam kesetaraan gender dewasa ini namun diskriminasi berbasis gender masih terjadi pada seluruh aspek kehidupan di seluruh dunia. Sifat dan tingkat diskriminasi masih sangat bervariasi di berbagai wilayah atau negara.
Terlihat bahwa belum adanya wilayah di negara dunia ketiga di mana perempuan telah menikmati kesetaraan dalam hak-hak hukum, sosial dan ekonomi. Kesenjanagan gender dalam kesempatan dan kendali atas sumber daya, ekonomi, kekuasaan dan partisipasi politik masih terjadi di berbagai tempat. Inilah tugas kita semua, tidak hanya tugas perempuan namun juga tugas laki-laki untuk saling bersinergi menuju kesetaraan dan keadilan.
Adanya pembangunan berbasis gender maka diharapkan pengembangan sumber daya juga berbasis gender. diawali dengan mendorong pertumbuhan ekonomi guna memperbesar kesetaraan sumber daya dan partisipasi. Peningkatan pendapatan dan penurunan tingkat kemiskinan akan cenderung mengurangi ketidaksetaraan gender dalam pendidikan, kesehatan dan gizi.
Daya produksi atau produktivitas yang meningkat dari lapangan kerja, dengan begitu dapat mengurangi kesetaraan gender dalam pekerjaan. Selanjutnya, dengan adanya investasi pada infrastruktur seperti air bersih, energi, dan transportasi dapat membantu mengurangi ketidaksetaraan beban kerja.
Kesetaraan Gender, Kualitas Hidup dan Produktivitas
Rentang waktu 1960-1990, meningkatnya akses dan partisipasi perempuan dalam bersekolah berdampak pada kualitas hidup dan pertumbuhan cukup signifikan di Asia Tenggara, sub-Sahara Afrika, Timur Tengah dan Afrika Utara. Di Bangladesh, pinjaman-pinjaman kecil kepada wanita mempunyai dampak yang lebih besar terhadap rumah tangga dibandingkan pinjaman yang diberikan kepada pria.
Di sub-Sahara Afrika persamaan gender yang lebih besar berupa masukan dari pertanian meningkat sampai 20%. Lalu bagaimana strategi peningkatan kesetaraan gender?
Menurut Bu Ruhaini, adanya rekonstruksi kultural, komitmen politik dan birokrasi untuk mencapai kesetaraan gender dalam pengambilan keputusan publik dan mendorong pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan partisipasi dan keterjangkauan sumber daya dan manfaat.
Ada 6 langkah menuju kesetaraan gender. Pertama, kenali penyebab adanya bias atau ketimpangan gender, kemudian lakukan analisis gender, lalu bangun komitmen untuk bertindak memberantas ketimpangan gender. Keempat, terapkan mekanisme keadilan gender dan dilanjutkan dengan adanya evaluasi apakah sudah terjadi perubahan dari analisis gender sebelumnya. Langkah terakhir sebelum menuju kesetaraan gender yaitu dengan merumuskan mekanisme pelibatan perempuan dalam segala aspek kehidupan.
Maka dari itu, kesetaraan gender akan tercapai. Pada hakikatnya, perempuan juga manusia yang diciptakan bersamaan dengan laki-laki (al-Hujurat: 13). Hal ini sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang dijadikan slogan Maarif Institute yaitu egaliter, toleransi, non-diskriminasi dan inklusif.
One Comment