Dalam benak banyak orang gender sering bersebrangan dengan konstruksi masyarakat terutama dalam memandang relasi rumah tangga laki-laki dan perempuan. Padahal dengan pemahaman yang baik maka kita akan dapat mengambil sisi positif dari konstruksi sosial. Dengan harapan tidak perlu lagi ada permasalahan di antara keduannya.
Konstruksi Gender dalam Relasi Rumah Tangga
Dalam relasi rumah tangga, konstruksi masyarakat tentang peran laki-laki dan perempuan berposisi sebagai alternatif yang mencoba membagi peran dalam rumah tangga.
Hal ini sangat penting karena suami dan istri masing-masing memiliki tanggung jawab. Untuk itu perlu adanya pembagian tugas agar tidak tumpang tindih.
Seperti contoh dalam urusan mencari nafkah, yang umumnya menjadi tanggung jawab suami. Dan untuk mengurusi rumah menjadi tanggung jawab istri. Hal ini sangat menguntungkan karena tidak ada tumpang tindih antara suami dan istri dalam menjalankan urusan rumah tangga.
Dapat dibayangkan jika suami dan istri sama-sama sibuk mencari nafkah maka urusan dometik rumah menjadi tidak terurus. Seperti bersih-bersih rumah, memasak, dan Anak jika telah memiliki anak.
Konstruk Masyarakar sebagai Alternatif
Namun kembali lagi ini adalah alternatif dari masyarakat agar kehidupan rumah tangga bisa berjalan dengan baik. Karena hanya sebatas alternatif, konstruksi ini dapat berubah sesuai degan kesepakatan keluarga tersebut.
Dari ulasan singkat di atas, terlihat bahwa tidak ada masalah tentang konstruksi gender dari masyarakat. Namun hal ini sering menjadi kendala jika konstruksi menjadi kaku dan mulai membatasi peranan laki-laki maupun perempuan dalam ruang publik.
Baca juga: Gender: Dari Kesetaran dan Keadilan Menuju Pendekatan Tafsir |
Sehingga menjadikan hak tidak dapat terdistribusikan dengan baik, apalagi jika pelanggaran hak itu berlandaskan diskriminasi jenis kelamin.
Kendala ini dapat selesai dengan memberikan wawasan kepada masyarakat bahwa untuk berperan dalam dunia publik tidak berurusan dengan jenis kelamin. Melainkan dari keterampilan dan kompetensi masing-masing individu.
Pandangan Gender dan Konstruksi Sosial
Dengan pernyataan di atas, maka kalangan feminis akan menolak karena menganggap konstruksi masyarakat umumnya mendiskriminasi kaum perempuan.
Karena terlihat bahwa perempuan terbatasi untuk ikut berperan dalam ruang publik. Bahkan, terkadang kalangan gender juga melihat timpangnya relasi antar laki-laki dan perempuan sebagai penindasan.
Pernyataan ini tidak sepenuhnya benar, karena terkadang perempuan sendiri tidak siap untuk berkompetisi merebutkan posisi untuk ikut berperan dalam ruang publik. walaupun memang masih ada beberapa kalangan yang melihat perempuan tidak seharusnya ikut campur dalam urusan publik.
Perlu kembali mengigat, Konstruksi ini merupakan sebuah alternatif untuk pembagian tugas yang lebih fokus untuk mengurusi pembagian antara laki-laki dan perempuan dalam konteks rumah tangga.
Bahkan dapat berkemungkinan ketika pemahaman kepada perempuan bahwa posisinya tertindas akan membawa efek negatif. Seperti selalu memberontak ketidak terjadi pembagian tugas sehingga distribusi tugas menjadi sulit.
Fleksibel Gender harus Terjadi dalam Relasi Rumah Tangga
Padahal seharusnya pembagian itu dapat bersifat fleksibel sesuai dengan kesepakatan suami dan istri. Dan tanggungjawabnya tanggungjawab bersama.
Hanya saja agar tanggungjawab tersebut bisa terlaksana dengan baik maka harus ada pembagian tugas yang di dalamnya tidak ada yang unggul dan tidak ada yang rendah.
Model pembagian peran istri yang bekerja dan suami mengurus rumah juga bisa menjadi alternatif. Pun sebaliknya ketika istri memilih sendiri untuk mengurusi rumah maka tentu itu tidak berarti salah dan hina. Tentu ini tergantung kesepakatan dan mempertimbangkan kesetaraan dalam keputusan.
Baca juga: Gender dan Demokrasi Perspektif Dr. Ruhaini Dzuhayatin |
Pemahaman yang demikian ini menjadikan kehidupan rumah tangga lebih nyaman karena suami dan istri bisa bekerja sama untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan kehidupan berkeluarga.
Karena kehidupan rumah tangga adalah kehidupan terbangun antara suami dan istri, maka harus ada komunikasi yang seimbang antara keduanya.
Dapat dipahami juga Posisi antara suami dan istri dalam rumah tangga sebenarnya setara hanya saja ada perbedaan peranan yang dimainkan baik oleh suami ataupun istri yang menjadikan ada kalanya salah satu di antaranya terlihat dominan dan seakan memiliki kedudukan yang lebih unggul dari pasangannya.
Wallahualam bisawab.
0 Comments