Pembahasan mengenai “Tarekat” (Thariqah) kiranya sudah tidak asing lagi bagi warga Islam di Indonesia. Bahkan pandangan miring dan tudingan kerap dituduhkan terhadap tarekat itu sendiri yang mengakibatkan sejumlah penolakan terlontar secara banal kepadanya. Akan tetapi, roda sejarah berbicara sekaligus bersaksi bahwa tudingan dan penolakan terhadap tarekat tidak pernah mampu melemahkan daya tariknya atau memudarkan daya pikatnya sebagai jalan menempuh kebenaran kepada Sang Pencipta.
Dapat diakui bahwa tarekat merupakan sebuah fenomena yang langgeng dalam sejarah Islam. Ia mampu menghadapi berbagai pergejolakan, aneka gelombang perubahan yang menubuh pada tarekat harus terus diapresiasi mulai dari zaman klasik Islam hingga zaman serba modern. Oleh sebab itu penulis ingin sedikit mengungkap makna kata “Thariqah” dalam kajian semantik al-Qur’an.
Baca Juga: Kajian Semantik Kata Tahun (‘Aam dan Sanah) dalam Al-Qur’an: Serupa Namun Tak Sama |
Semantik al-Qur’an sendiri merupakan sebuah metode yang meneliti tentang makna-makna dan konsep-konsep yang terdapat pada kata di dalam al-Qur’an dengan mempelajari langsung sejarah penggunaan kata tersebut, bagaimana perubahan maknanya, dan pembentukan konsep yang terkandung di dalam kata tersebut. Lantas apa makna tarekat itu sendiri dalam kajian semantik al-Qur’an?
Tarekat berasal dari kata “Thariqah” yang secara harfiah berarti “jalan”. Terdapat banyak kosa kata yang dapat diartikan dengan jalan, seperti sabil, shirat, manhaj, atau minhaj, dan lain sebagainya. Tarekat yang berasal dari bahasa Arab, yaitu “thariqah” yang memiliki banyak pengertian, satu di antaranya seperti yang dikemukakan di atas, yakni jalan.
Maksud jalan di sini merupakan jalan menuju kebenaran. Dari segi terminologi, pengertian tarekat dapat diistilahkan sebagai suatu jalan atau rumusan doktrin, metode dan teknik serta syarat tertentu yang dapat dipercaya bisa membawa seseorang pada pencapaian tujuan tasawuf (upaya mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan).
Penyebutan kata “thariqah” dalam al-Qur’an terdapat sebanyak sembilan kali dalam lima surat, yaitu: Q.S. al-Nisa’/4: 168-169; Q.S. Thaha/20: 63,77 dan 104; Q.S. al-Ahqaf/46: 30; Q.S. al-Mu’minun/23: 17; Q.S. al-Jin/72: 11 dan 16. Semua ayat tersebut bermuara pada suatu makna, yaitu: sebuah jalan yang dilewati, baik jalan kebaikan dan lurus maupun jalan kesesatan. Pengertian ini secara utuh dapat dilihat pada Q.S. al-Nisa’/4: 168-169, yang memberi makna thariqah sebagai jalan menuju kebaikan (petunjuk Allah) dan jalan menuju kejahatan.
Dalam tafsir al-misbah kata “thariq” dalam Q.S. An-Nisa’ ayat 168-169 yang berbunyi:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَظَلَمُوا لَمْ يَكُنِ اللَّهُ لِيَغْفِرَ لَهُمْ وَلَا لِيَهْدِيَهُمْ طَرِيقًا إِلَّا طَرِيقَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ
وَكَانَ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali tidak akan mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada mereka, kecuali jalan ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
Pada kedua ayat tersebut dijelaskan bahwa orang-orang yang menghalangi dari jalan Allah Swt benar-benar berada pada jalan yang sesat, dan Allah Swt tidak akan mengantar mereka ke suatu jalan kecuali ke neraka jahannam. Dari ayat sebelumnya juga telah mafhum kiranya untuk dimaknai bahwa jalan ke neraka jahannam untuk orang-orang yang menghalangi jalan-jalan Allah Swt.
Dalam tafsir al-Misbah menjelaskan bahwa makna dari Allah Swt tidak akan mengantarkan mereka ke jalan, kecuali ke neraka jahannam, mengandung suatu makna bahwa Allah Swt tidak akan mengantarkan mereka ke jalan kebahagiaan yakni jalan yang lurus (Q.S. Al-fatihah : 6) (Shihab, 2012: 284).
Pada Q.S. Al-Mu’minun: 17 kata “thariq” mempunyai makna yang berbeda.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعَ طَرَائِقَ وَمَا كُنَّا عَنِ الْخَلْقِ غَافِلِينَ
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit); dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami).”
Pada ayat ini sangat menarik, ketika kata thariq yang jamaknya thoroiq, diartikan dengan kata jalan atau lintasan pada langit. Jadi kata “thariq” pada ayat ini sudah di luar konteks petunjuk atau hidayah, melainkan lebih mengarah kepada hal yang lebih umum.
Baca Juga: Tarekat Sebagai Tameng Ideologi Pancasila |
Dalam tafsir al-Misbah, Ibnu A’syur memahami kata tersebut dalam arti ‘jalan’. Namun menurutnya yang dimaksud adalah garis yang dibuat manusia sebagai imajinasi dari tempat peredaran tujuh planet. Ayat tersebut seakan-akan menyatakan bahwa “Dan kami telah menciptakan di atas kamu planet-planet dan dengan jalan-jalannya (lintasan). (Shihab, 2012: 243).
Pada Q.S. Al-Jin: 11 terdapat kata “thoroiq qidada” atau jalan yang berbeda bermakna perselisihan dan perbedaan pandangan satu sama lain (Shihab, 2012: 380).
وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَٰلِكَ ۖ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا
Artinya: “Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.”
Dari Q.S. Al-Jin: 16 ini sangat gamblang maksud dari istiqomah pada jalan yang lurus tersebut adalah agama Islam, (Shihab, 2012: 383).
وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا
Artinya : “Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).”
Dari penjabaran kata thariq di atas dapat ditarik suatu pemahaman bahwa kata thariq masih sangat umum sekali, dalam arti bisa digunakan dalam keadaan apapun, bisa bermakna jalan yang sesungguhnya, lintasan, atau bisa juga petunjuk jalan kebenaran (agama Islam).
Editor: Ainu Rizqi
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂
Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!
Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!
0 Comments