Kisah-kisah dalam Al-Qur’an sangat beragam, diantaranya mengenai keimanan, dakwah, akhlak, pendidikan, politik, militer, jihad, peradaban, kemanusiaan dan sebagainya. Salah satu diantara kisah yang menarik adalah mengenai mau’izah (nasihat). Seperti kisah Luqman yang memberikan nasihat ketika mendidik dan mengasuh anaknya.
Pastilah nama Luqman tidak asing lagi bagi kita semua. Namanya tidak hanya diabadikan dalam ayat Al-Qur’an, tetapi juga dijadikan sebagai salah satu nama surah. Surah ini menceritakan nasihat Luqman kepada anaknya.
Baca juga: Quranic Parenting: Pola Asuh Anak Perspektif Al-Qur’an |
Kisah Luqman sebagai sebuah isyarat dari Allah supaya setiap orang tua melaksanakan pola asuh kepada anak-anaknya seperti yang telah dilakukan Luqman. Mendidik anak merupakan tugas mulia orang tua sepanjang masa. Orang tua harus paham tata cara mendidik anak, karena ia merupakan kewajiban besar yang harus dipikul.
Beberapa nasihat Luqman kepada anaknya yang harus dipraktikkan, di antaranya :
1. Bersyukur (Q.S. Luqman: 12)
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
Kata “syukur” diambil dari kata “syakara” yang memiliki arti pujian atas kebaikan serta penuhnya sesuatu. Syukur manusia kepada Allah dimulai dengan menyadari betapa banyaknya nikmat Allah yang telah dicurahkan kepada kita, disertai dengan kepatuhan kita sebagai seorang hamba terhadap Tuhan-Nya dan memuji-Nya.
2. Pendidikan Aqidah (Q.S. Luqman: 13)
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.
Menurut Ibnu Katsir, ayat ini diabadikan dalam Al-Qur’an untuk menjadi pengetahuan mengenai Islam yang baik di sepanjang sejarah. Ayat ini berisi larangan orang tua terhadap putranya untuk tidak mempersekutukan Allah dengan apapun.
Dari ayat diatas, kita dapat meneladaninya dengan mengajarkan anak-anak mengenai Ketuhanan; tidak boleh menyembah selain Allah Swt. Selain memperkenalkan kepada yang menciptakan mereka, juga memperkenalkan Rasul-Nya, kitab suci dan sebagainya.
Ayat ini mengajarkan kepada orang tua bahwa salah satu tugas orang tua adalah selalu memberikan nasihat kepada anak-anaknya, sehingga mereka dapat menempuh jalan yang benar dan jauh dari kesesatan. Ditambah terkait ketuhanan, karena menyekutukan Allah merupakan dosa besar.
Dalam hal ini, kita mengetahui pentingnya permasalahan Tauhid untuk diajarkan kepada anak-anak saat ini. Sikap orang tua seperti ini menggambarkan ketulusan orang tua demi masa depan anak-anaknya.
Maka, pendidikan akidah memang lebih ditekankan melalui hubungan orang tua dan anak yang harmonis. Mendidik keluarga dengan wawasan tauhid kepada anak dapat dipraktikkan melalui bentuk tausiyah (nasihat).
3. Pembinaan Kepribadian serta Sosial (Q.S Luqman: 14)
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.
Menurut Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah, beliau berpendapat bahwa ayat ini membicarakan mengenai baktinya seorang anak kepada ayah dan ibunya yang berada di posisi kedua setelah Allah Swt.
Terutama berbakti kepada Ibu yang telah mengandungnya selama 9 bulan dengan tidak berdaya dan bersusah payah. “وَهْنًا عَلَىٰ وَهْن”Katabermaksud bahwa seorang ibu semakin hari semakin susah dan sulit ketika mengandung anaknya, perutnya yang semakin membesar dan beban yang dibawa semakin berat pula.
Kesadaran sosial juga harus dilakukan, apalagi menyangkut kedua orang tua. Ini menunjukkan suatu keharusan bahwa orang tua harus diperlakukan dengan baik dalam kehidupan kita. Wasiat Luqman setelah kesyirikan kemudian berbakti kepada orang tua sebenarnya sebagai ketegasan wasiat yang pertama. Kita harus menaati kedua orang tua, namun apabila mereka berbuat kesyirikan maka tidak boleh menaati keduanya.
Inilah tahapan pendidikan dan penanaman sebuah kesadaran dalam diri anak berupa ketauhidan yang kuat. Unsur ini akan berubah menjadi akhlak yang selalu mengerjakan dan mengajak kebaikan. Melakukan pembinaan akhlak melalui proses transformasi nilai dan budaya (ta’dib).
Baca juga: Tipologi Anak dan Kiat Mendidiknya dalam Al-Qur’an |
4. Pembinaan Ibadah dan akhlak (Q.S. Luqman: 16-19)
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.
Ibadah yang dimaksud dalam ayat ini ialah mendirikan salat serta menghindari perbuatan keji dan kemungkaran. Luqman berwasiat kepada anaknya agar selalu melaksanakan salat. Apabila shalat itu diridhai Allah, maka perbuatan keji dan perbuatan mungkar dapat dicegah. Selain itu, salat juga membuat pendirinya tidak akan goyah dengan ancaman-ancaman yang datang kepadanya.
Apalagi dengan kesedihan yang menimpanya, tidak menjadikannya berputus asa dalam kehidupan di dunia. Maka, pembinaan ibadah untuk anak dimulai dari dalam keluarga, seperti mengajak mereka untuk melakanakan shalat berjamaah serta membimbing tata cara shalat yang benar.
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُور
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.
Pada ayat ini, Luqman menganjurkan anaknya untuk berbuat dan berbudi pekerti yang baik. Luqman mengajarkan anaknya untuk tidak bersifat angkuh dan sombong ketika bertemu dengan orang lain, tidak boleh memalingkan wajah dan tidak menegur satu sama lainnya.
Semua perilaku ini dapat diteladani oleh anak-anak dari orang tuanya, maka orang tua haruslah memberikan suri tauladan yang baik kepada anak. Dalam ayat ini, orang tua dapat melakukan pembinaan jiwa sosial anak, melalui proses ta’lim dan tarbiyah (keilmuan dan pembiasaan).
Semoga kita menjadi orang tua yang senantiasa mendidik dan membimbing anak-anak kita dengan perbuatan yang Allah perintahkan. Karena kesuksesan anak, tingkah laku anak-anak kita nanti juga disebabkan oleh didikan orang tua. Maka, didiklah anak-anak dengan baik dan penuh keridhaan-Nya.
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Bagaimana pendapat Anda tentang artikel ini? Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya!
Anda juga bisa mengirimkan naskah Anda tentang topik ini dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!
One Comment