Telah disepakati bersama bahwasanya waktu sangatlah berharga, sebagaimana slogan “time is money”, “al-waktu ka al-syaif”. Maka, perlu kiranya menjadikan waktu sebagai poin utama dari beberapa kewajiban yang perlu diperhatikan. Sebab, salah satu kunci kesuksesan seseorang adalah dengan mengatur waktunya semaksimal mungkin.
Adapun yang menjadi pedoman umat Islam dalam mengatur waktu, telah dijelaskan melalui beberapa redaksi ayat dan hadis secara gamblang. Salah satu di antaranya adalah ayat “dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok” (Q.S. Al-Hasyr : 18). Begitu pun hadis “dari Ibnu Abbas, Rasulullah memberi nasihat kepada seseorang, jagalah lima hal: masa mudamu sebelum tuamu” (H.R. Hakim). Oleh karena itu, berikut akan dipaparkan beberapa tips manajemen waktu dalam sudut pandang Islam yang dapat dipraktikan oleh siapapun.
Baca Juga: Waktu Terlalu Berharga untuk Dihargai |
Pagi Berkah
Manajemen waktu yang pertama adalah memaksimalkan waktu pagi hari. Sebab suasana pagi masih nampak alami, sejuk, tenang, polusi belum menyebar, terdengar kicauan burung, serta kita disambut dengan mentari pagi. Sebagaimana kebiasaan yang dilakukan Rasulullah dalam beberapa riwayat, yang dapat kita contoh untuk dilakukan di pagi hari
عن عبد الله بن عبد الرحمن بن ابزى, عن ابيه, قال: كان انبي اذا اصبح, وكلمة الاخلاص, ودين نبينا محمد, وملة ابينا ابراهيم حنيفا مسلما وما كان من المشركين
“Dari Abdurrahman bin Abza r.a, dia berkata, dari ayahnya, dia berkata, Rasulullah jika memasuki waktu pagi, beliau berdoa, kami memasuki pagi dengan fitrah Islam, dan dengan kalimat ikhlas, dan dengan agama Nabi kami (Muhammad), dan dengan agama bapak kami (Ibrahim a.s.) yang lurus lagi berserah diri, dan dia bukan dari orang-orang yang musyrik” (Sunan Ad Darimi, 2688 / Jawami’ul Kalim, 2605).
عبد الله بن بريدة, عن ابيه, قال رسول الله: في الانسان ثلاث مائة وستون مفصلا, علي كل مفصل صدقة, قالوا: يارسول الله فمن يطيق ذلك؟ قال: تنجي الاذى, والا فركعتي الضجى
“Dari Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, dia berkata, Rasulullah bersabda, dalam diri manusia ada 360 persendian, setiap sendi harus disedekahi. Para sahabat bertanya, wahai Rasulullah! Siapakah orang yang mampu melakukan itu? Beliau bersabda, bisa, lakukan dengan menyingkirkan duri. Jika tidak ada, shalatlah dua rakaat dhuha (H.R Ibnu Hibban, 2540 / Jawami’ul Kalim, 2602).
Jika pagi hari digunakan semaksimal mungkin, seperti berdoa dan bersedekah sebagaimana anjuran Rasulullah, maka aktivitas berikunya dapat berjalan dengan rapi. Sebagaimana doa Rasulullah bagi umatnya, “Ya Allah, berkahilah umatku dalam aktivitas mereka di pagi hari” (H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Kerja Penuh Pahala
Kemudian, manajemen waktu selanjutnya yakni bekerja dengan tujuan beribadah. Artinya, menjadikan pekerjaan sebagai washilah beribadah merupakan bukti nyata keimanan seseorang, sebagaimana firman Allah Swt,
قل ان صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العلمين
“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam” (Qs. Al-An’aam: 162).
Baca Juga: Hidayah Tak Beralaskan Ruang dan Waktu |
Perlu diperhatikan, bahwasanya tidak ada pekerjaan sekecil apapun yang non-faedah, walau tak seorangpun memberi penghargaan kepada kita. Maka tetaplah bekerja, yakinlah bahwa kerja kita membawa manfaat. Sekalipun akan terjadi kiamat, dan kita masih bisa melakukan aktivitas kerja, maka lakukanlah, jangan tinggalkan hal tersebut karena akan kiamat. Begitulah cara kita bekerja, sebagai orang beriman yang yakin adanya pahala dari Allah Swt, SebagaimanaRasulullah bersabda:
“Jika terjadi hari kiamat, dan di tangan salah seorang dari kalian masih ada bibit tanaman, jika ia mampu menanamnya sebelum kiamat benar-benar terjadi, maka tanamlah” (H.R. Ahmad).
Sore Menanti
Waktu sore, saat keadaan tubuh letih, setelah seharian penuh untuk bekerja, maka perlu kiranya beristirahat sejenak untuk melepas penat. Namun, beristirahat waktu sore hari dapat melalaikan seseorang jika dilakukan secara berlebihan. Sehingga, perlu kiranya diperhatikan apa yang disabdakan oleh Rasulullah dalam menghadapi waktu sore hari
“Dari Abdullah Ibnu Mas’ud, dia berkata, Rasulullah jika memasuki waktu sore hari, beliau membaca, kami memasuki sore dan segala kekuasaan milik Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada tuhan selain Allah Yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Hasan berkata, Zubaid menceritakan kepadaku bahwa dia menghafalnya dari Ibrahim dengan tambahan, Ya Allah, aku mohon kepada-Mu dari kebaikan malam ini dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang ada pada mala ini dan kejahatan sesudahnya. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan, kesengsaraan pada masa tua. Ya Allah, aku belindung kepada-Mu dari siksa neraka dan siksa di dalam kubur” (H.R. Muslim, 2724 / Jawami’ul Kalim, 4906).
Jika waktu sore digunakan semaksimal mungkin, seperti berdoa sebagaimana doa Rasulullah tersebut, maka berbahagialah dengan khabar yang disampaikan Rasulullah:
“Barang siapa masuk waktu sore dalam keadaan letih karena bekerja dengan kedua tangannya, maka ia masuk waktu sore dalam keadaan memperoleh ampunan Allah” (H.R. Thabrani dalam al-mu’jam al-ausath).
Malam Mulia
Penghujung dari seluruh rangkaian aktivitas keseharian adalah waktu malam. Waktu yang menjelaskan bahwa kondisi tubuh sudah sampai pada titik terlemah. Maka, yang dapat dilakukan adalah membaca buku, mendengarkan murottal, dan berbagai kegiatan lain yang dapat menunjang ketenangan jiwa. Disamping itu, bercengkerama dengan keluarga tercinta adalah momentum yang pas dilakukan di waktu malam hari. Dan, berbahagialah dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah
“Rasulullah bersabda, barang siapa bermalam dalam keadaan letih karena mencari rizki yang halal, maka ia bermalam dalam keadaan Allah ridha terhadapnya” (H.R. Ibnu Abid Dunya).
Selain dari itu, lebih baik lagi jika tidur di awal malam, dengan tujuan untuk menghidupi waktu sepertiga malam terakhir
ومن اليل فتهجد به نافلة لك عسي ان يبعثك ربك مقامامحمود
“Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji” (Q.S. Al-Isra’: 79).
ان عائشة زوج انبي كانت تقول : من خشي ان ينام حتى يصبح, فايوتر قبل ان ينام, ومن رجا ان يستيقظ اخر اليل, فليؤخر وتره
“Dari Aisyah r.a, istri Rasulullah. Siapa yang bisa bangun akhir malam, hendaklah mengakhirkan witirnya” (Imam Malik dalam al-Muwatta’, 273 / Jawami’ul kalim, 272).
Demikianlah, tips manajemen waktu dalam sudut pandang Islam, dimulai dari pagi yang berkah dan diakhiri dengan malam yang mulia. Mungkin masih banyak tips lain yang dapat dilakukan, yang sesuai dengan konteks kehidupan masing-masing individu. Oleh karena itu, mari saling berbagai dan bercerita melalui karya tulis!
Refrensi:
H.R. Ahmad
H.R. Hakim, sanadnya shahih dari Ibnu Abbas
H.R. Ibnu Abid dunya
H.R. Ibnu Hibban, 2540 / Jawami’ul Kalim, 2602
H.R. Muslim, 2724 / Jawami’ul Kalim, 4906
H.R. Thabrani dalam al-mu’jam al-ausath
Imam Malik dalam al-Muwatta’, 273 / Jawami’ul kalim, 272
Qs. Al An’aam: 162
Q.S. Al-Hasyr : 18
Q.S. Al-Isra’ : 79
Sunan Ad Darimi, 2688 / Jawami’ul Kalim, 2605
Editor: Ainu Rizqi
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂
Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!
Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!
0 Comments