Kekuatan Sebuah Niat

Hadis mengenai niat tersebut tentunya sangatlah mengispirasi kita untuk memberi niat atau mengubah niat setiap perbuatan yang kita lakukan6 min


1
1 share, 1 point

Adapun di dalam kehidupan seseorang tentunya setiap orang tidak akan luput dari aktivitas-aktivitas sehari-hari. Baik aktivitas tersebut menguras tenaga atau tidak. Ataupun aktifitas tersebut merupakan ibadah atau non-ibadah. Aktivitas-aktivitas tersebut juga bisa merupakan kegiatan yang merupakan rutinitas sehari-hari bisa juga merupakan aktivitas yang hanya dilakukan sekali-kali atau sederhananya bukan kegiatan rutinitas sehari-hari.

Aktivitas yang menguras tenaga pada umumnya terlihat memiliki manfaat lebih daripada aktivitas yang tidak menguras tenaga. Aktivitas yang menguras tenaga contohnya seperti bekerja, belajar dan lain-lain. Sedangkan aktivitas yang tidak menguras tenaga contohnya seperti bersantai-santai, tidur, menonton televisi dan lain-lain. Begitu juga dengan aktifitas yang berupa ibadah atau non-ibadah. Aktivitas yang berupa ibadah mengandung nilai pahala lebih dari pada aktivitas non ibadah.

Aktivitas ibadah adalah aktivitas yang berhubungan dengan Tuhan sedangkan aktivitas non-ibadah adalah aktivitas yang hubungannya tidak langsung dengan Tuhan. Aktivitas Ibadah itu seperti Sholat, Puasa, Haji dan lain-lain. Sedangkan aktivitas non-ibadah itu aktivitas-aktivitas selain ibadah seperti makan, tidur, berolah raga dan lain-lain.

Di dalam Islam ada pembagian nilai suatu pekerjaan (aktivitas) berdasarkan hukumnya. Ada empat hukum yang ditetapkan di dalam Agama Islam. Yaitu Wajib, Sunnah, Mubah, dan Haram.

Wajib itu adalah suatu perkara yang jika dilakukan mendapat pahala dan jika ditinggalkan akan mendapatkan dosa. Sunnah adalah perkara yang jika dilakukan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak mendapatkan apa-apa. Mubah dapat diartikan dengan boleh. Artinya mubah adalah suatu perkara yang jika dikerjakan tidak mendapatkan apa-apa dan jika ditinggalkan juga tidak mendapatkan apa-apa. Sedangkan haram adalah suatu perkara yang jika dilakukan mendapat dosa dan jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala.

Penilaian-penilaian yang disebutkan di atas, baik itu mengenai masalah manfaat atau nilai dari suatu pekerjaan atau aktivitas, sebenarnya tidak bisa dijadikan patokan yang mutlak terutama untuk aktivitas-aktivitas non-ibadah. Di dalam sabda Nabi Muhammad saw, beliau menyebutkan bahwasannya segala sesuatu itu tergantung niatnya.

“Sesungguhnya amal itu dengan niat. Sesungguhnya bagi setiap orang tergantung pada yang ia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya pada Allah dan rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya untuk kepentingan dunia, atau yang hijrahnya karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang harapkannya.

Itu artinya setiap pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kesehariannya pastilah diawali dengan niat baik itu niat secara sengaja atau tidak disengaja. Baik itu niat yang diucapkan dimulut atau yang diucapkan di dalam hati.

Jika suatu pekerjaan itu berdasarkan niatnya, berati jika seseorang melakukan suatu pekerjaan dengan niat yang baik, maka pekerjaan tersebut akan dinilai baik namun jika pekerjaan tersebut diniati dengan niat yang buruk maka pekerjaan tersebut akan dinilai tidak baik. Jadi niat dalam suatu perbuatan itu sangatlah penting seperti yang sudah disebutkan di dalam Sabda Nabi Muhammad saw.

Di dalam hadis Nabi Muhammad saw yang menyebutkan bahwasannya segala sesuatu itu tergantung dari niatnya itu juga masih menyebutkan hal lain. Yaitu barang siapa yang berhijrah untuk Allah Swt dan Rasul-Nya, Maka ia akan berhijrah pada Allah Swt dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang berhijrah karena dunia maka ia akan mendapatkan dunia tersebut.

Jika dikaitkan antara permasalahan niat dan hijrah maka akan diperoleh bahwasannya niat yang dimaksud itu sebaiknya niat karena Agama bukan untuk dunia. Namun bukan berati niat untuk dunia itu selalu menimbulkan efek negatif. Karena tidak semua pekerjaan yang diniati karena dunia itu memiliki nilai buruk. Jika pekerjaan tersebut membawa manfaat maka tetap diperbolehkan.

Contoh mengenai masalah niat, misalkan ada seseorang yang bekerja mencari uang dengan cara berdagang. Ia berniat uang yang dihasilkan itu nantinya sebagian digunakan untuk menafkahi keluarga dan sebagian untuk diberikan kepada orang yang kurang mampu. Maka orang tersebut akan mendapatkan nilai lebih dari pekerjaannya.

Yang seharusnya orang tersebut hanya memiliki satu nilai dari pekerjaannya, karena ia memiliki niat positif seperti uang hasil kerjanya akan diberikan kepada orang yang kurang mampu maka nilai yang ia dapatkan adalah lebih.  Terutama jika orang yang kurang mampu tersebut dapat menggunakan uang yang ia beri untuk sesuatu yang berguna.

Adapun perkara yang wajib dalam agama seperti sholat, zakat, Puasa ,Haji dan lain-lain. Juga sama halnya dalam masalah niat. Walaupun ia adalah perkara yang wajib jika perkara-perkara tersebut dibarengi dengan niat yang buruk, misalnya Ia sholat karena riya’ (pamer). Jadi Ia sholat agar dilihat oleh orang lain sebagai orang yang alim atau bagus dalam sholat. Maka orang tersebut akan mendapatkan dosa. Karena seperti yang telah diketahui bahwasannya Riya’ itu adalah perbuatan yang dilarang di dalam Agama

Begitu juga dengan perkara yang dilakukan karena terpaksa meskipun sejatinya perkara tersebut adalah perkara yang memiliki nilai positif . Misalnya disuatu lembaga pesantren ada sebuah peraturan diwajibkannya untuk sholat malam atau yang biasa disebut dengan sholat Tahajjud. Adapun sholat tahajjud tentunya adalah sutu yang agak sulit dilakukan. Para santri harus bangun malam disaat orang-orang sekitar pada tidur. Tentunya hal tersebut adalah hal yang cukup menyulitkan.

Namun karena di dalam pesantren sholat tahajjud adalah suatu kewajiban maka para santri mau tidak mau harus melakukannya. Secara otomatis kebanyakan para santri melaksanakan sholat tahajjud karena takut akan hukuman yang akan didapatkan jika mereka tidak melaksanakan kewajiban sholat tahajjud tersebut. Karena para santri terpaksa dalam pelaksanaan sholat tahajjud tersebut maka tanpa disadari mereka sholat tahajjud karena terpaksa.

Kesimpulannya banyak dari mereka yang berniat sholat tahajjud karena terpaksa bukan karena diniati ibadah. Padahal sholat tahajjud itu nilai pahalanya sangat besar, sangat disayangkan apabila sholat tahajjud tersebut dilakukan bukan karena ibadah namun karena terpaksa.

Adapun perkara yang asalnya tidak memiliki nilai apapun. Atau biasa kita sebut dengan perkara yang mubah juga demikian halnya. Misalnya tidur. Tidur jika dilihat dari sisi hukum atau dari sisi lainnya tentu nilainya tidak ada. Tidur tidak bernilai pahala juga tidak bernilai dosa. Namun jika sebelum tidur seseorang tersebut berniat bahwasannya ia tidur agar mendapat tenaga untuk melaksanakan kegiatan berikutnya atau ia berniat tidur untuk menghindari suatu maksiyat maka tidurnya tersebut bernilai ibadah.

Namun jika seseorang dalam tidurnya tidak berniat apa-apa maka ia tidak mendapatkan apa-apa. Jika ia tidur dikarenakan untuk menghindari suatu kewajiban misal dalam suatu lembaga pendidikan ada salah satu murid yang kabur atau membolos dan tidak ikut belajar ia bersembunyi dan tidur agar tidak diketahui maka tidurnya tersebut bernilai dosa. Dosa tersebut dikarenakan niatnya untuk meninggalkan pelajaran padahal seperti yang sudah diketahui belajar itu wajib bagi setiap muslim mulai dari lahir sampai ke liang lahat.

Oleh karena itu alangkah ruginya seseorang yang tidak meniatkan pekerjaan yang ia lakukan sehari-hari dengan niat yang baik. Niat yang baik itu adalah niat yang memiliki nilai ibadah seperti niat agar semakin dekat dengan Allah SWT, niat mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW, niat menjauhi larangan-larangan Syari’at Allah. Termasuk juga melakukan sesuatu untuk mempermudah jalannya suatu perkara.

Contohnya ada seseorang yang suka menyingkirkan sampah yang berserakan di tengah jalan. Ia melakukan hal tersebut diniati untuk memudahkan orang-orang yang melewati jalan tersebut. Pahala yang ia dapatkan juga bertambah lagi apabila ternyata jalan tersebut merupakan jalan umum yang biasa dilewati para pelajar untuk ke sekolahnya. Maka mempermudah orang dalam mencari ilmu adalah suatu hal yang sangat positif.

Contohnya lagi dalam berteman. Seseorang yang berteman karena Allah tentunya tidak akan mudah sakit hati. Semisal jika ia sudah berteman baik dengan seseorang. Kemudian orang tersebut secara tiba-tiba meninggalkannya tanpa alasan yang jelas terlebih lagi jika orang tersebut tiba-tiba memusuhinya, karena orang tersebut sudah memiliki niat berteman karena Allah maka Ia tidak akan merasa sakit hati.

Orang yang berniat karena Allah tidak akan merasa sakit hati ketika ia disakiti. Hal tersebut dikarenakan apa yang terjadi ia kembalikan kepada Allah sehingga tidak ada rasa sakit dihati.Orang tersebut secara tidak langsung juga sudah belajar untuk menjadi orang yang sabar dalam menghadapi suatu masalah.

Dari contoh-contoh diatas dapat diketahui betapa pentingnya niat dalam melakukan suatu pekerjaan. Baik pekerjaan itu merupakan pekerjaan yang jika dilihat dengan kasat mata terlihat biasa saja ataupun pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang pada asalnya memiliki nilai tinggi. Sekali lagi disebutkan bahwasannya niat yang baik itu adalah niat yang memiliki nilai ibadah. Nilai Ibadah artinya nilai tersebut berhubungan dengan Agama.

Apa yang sudah dianjurkan oleh Nabi Muhammad di dalam hadisnya, yakni berupa setiap sesuatu itu harus diniati dengan niat yang baik seperti niat ibadah atau niat karena agama, itu merupakan suatu hal yang seharusnya dilakukan oleh setiap orang islam yang termasuk umat Nabi Muhammad SAW. Niat karena Ibadah Atau Agama sudah jelas akan didapatkan manfaatnya bagi seseorang yang melakukan suatu pekerjaan dengan niat tersebut. Seperti yang sudah disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW Dalam hadisnya yang sudah disebutkan diatas.

Barang siapa yang berhijrah karena Allah SWT dan Rasulnya maka Ia akan berhijrah kepada Allah dan Rasulnya. Barang siapa Hijrah karena Dunia maka ia akan hijrah karena dunia tersebut. Memang jika dilihat dari segi teks hijrah adalah suatu perbuatan berpindah dari tempat satu ke tempat lain.

Namun esensinya Jika dikaitkan dengan permasalahan niat maka akan menghasilkan suatu pengertian bahwasannya semua perkara yang diniati karena Allah dan Rasulnya atau secara globalnya adalah karena agama maka orang tersebut akan mendapatkannya. Yaitu mendapatkan hal-hal yang berkaitan dengan Agama. Seperti pahala dan kemanfaatan lainnya. Termasuk juga yang sudah di contohkan sebelumnya jika segala sesuatu itu diniati karena Allah maka kebaikan akan datang kepadanya baik itu berupa kesabaran atau hal-hal lain yang tentunya berupa kebaikan.

Hadis mengenai niat tersebut tentunya sangatlah mengispirasi kita untuk memberi niat atau mengubah niat setiap perbuatan yang kita lakukan. Terutama pada perbuatan yang kita lakukan sehari-hari. Dimulai dari perkara yang kecil terlebih dahulu. Seperti Makan dan bersantai. Makan yang kita lakukan sehari-hari biasanya kita lakukan hanya karena kita lapar dan butuh tenaga.

Bahkan jika kita makan karena hawa nafsu seperti kita makan makanan yang mahal-mahal yang secara otomatis itu berati membelanjakan harta secara berlebihan maka makan yang asalnya boleh-boleh saja menjadi memiliki nilai yang buruk

Adapun bersantai jika dilihat sekilas tentunya tidak ada manfaatnya. Namun jika kita niatkan untuk beristirahat sementara waktu agar mengembalikan stamina supaya nantinya dapat melakukan aktivitas dengan baik maka itu boleh.

Namun tetaplah bersantai itu tidak boleh berlebihan karena bersantai-santai dalam waktu lama dapat membuang-buang waktu sedang setiap waktu yang kita jalani di dalam hidup kita akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Oleh karena itu jika bersantai-santai sudah dirasa cukup maka segeralah kembali untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang memiliki nilai positif.

Kemudian kegiatan yang memiliki nilai yang cukup besar yang biasa kita lakukan sehari-hari seperti ibadah. Adapun permasalahan ibadah ini sebenarnya tidak hanya didapatkan dari perkara yang sudah jelas itu adalah ibadah. Seperti sholat, puasa, dan lain-lain. Namun kegiatan lain seperti mandi misalnya.

Jika mandi diniati untuk menjaga kebersihan seperti yang ada pada hadis Nabi Muhammad SAW, bahwasannyaa menjaga kebersihan itu adalah sebagian dari iman, maka mandi yang ia perbuat meiliki nilai Sunnah Nabi Muhammad SAW sehingga sama saja ia melaksanakan perkara yang disunnahkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Rutinitas lain adalah membersihkan rumah. Membersihkan rumah tidak hanya dilakukan untuk bersih-bersih saja. Namun juga bisa diniati untuk membantu meringankan beban orang lain. Beban tersebut bisa saja berupa kenyamanan. Rumah yang bersih akan tampak indah untuk dipandang. Kenyamanan yang didapatkan akan menambah semangat untuk melakukan aktivitas-aktivitas di rumah. Termasuk juga kenyamanan dalam beribadah. Beribadah ditempat yang nyaman akan menambah kekhusu’an dalam ibadah tersebut.

Yang terpenting adalah memahami esensi dari hadis Nabi Muhammad SAW mengenai permasalahan niat, dengan baik dan benar serta melakukan apa yang sudah disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW di dalam hadis tersebut supaya setiap perbuatan yang kita lakukan itu bernilai ibadah yang dapat diterima Oleh Allah SWT.

Pada akhirnya apa saja yang kita perbuat itu sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW sehingga kita menjadi orang-orang yang senantiasa mengamalkan apa yang diajarkan oleh nabi melalui sabda atau hadis beliau serta kita menjadi orang-orang yang selalu berada dalam jalan yang lurus.


Like it? Share with your friends!

1
1 share, 1 point

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
1
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
3
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
2
Wooow
Keren Keren
3
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
Milla Fuady

Warrior

Student of Islamic State University Maulana Malik Ibrahim Malang

One Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals