Ada pemahaman yang muncul di kalangan masyarakat bahwasanya yang namanya mundur pasti dianggap kalah. Sebenarnya tidak selamanya yang namanya mundur itu dianggap kalah. Karena di dalam beberapa fenomena dapat kita lihat bahwa ada mundur dalam hidup ini namun ia tak dianggap kalah. Hal ini bisa kita lihat dari beberapa fenomena misalnya: pertama, dalam hubungan persaudaraan, perbedaan pendapat yang memunculkan pertengkaran dan perselisihan adalah hal yang sering terjadi.
Namun, mencari perdamaian dari pertengkaran itulah yang harus dilakukan antara satu sama lain. Pasti ada salah satu dari saudara yang mundur dari perkelahian demi terciptanya perdamaian, mundur dari keegoisan yang sedang memuncak dan mundur karena tak ingin berlarut dalam pertengkaran, ini suatu yang sangat menyenangkan, berdamai dengan hati agar tidak merugikan satu sama lain.
Kedua, hubungan dalam persahabatan, kita bisa melihat fenomena yang terjadi persahabatan antara dua orang anak manusia di saat satu sama lain saling membela pendapatnya, sehingga menimbulkan keteganggan yang amat luar biasa, bahkan rela menjatuhkan satu sama lain demi membenarkan yang disampaikan, tak sedikit persahabatan hancur karena perbedaan pendapat.
Seringkali persahabatan menjadi taruhannya, sehingga menimbulkan permusuhan, dan bahkan saling dendam karena tidak mampu untuk saling meredam, kadang dari perbedaan pendapat ini dapat memunculkan perperangan hingga sampai kepada kekerasan fisik.
Oleh karenanya, di dalam persahabatan dibutuhkan saling pengertian, karena tanpa itu semua persahabatan akan hancur layaknya gelas yang jatuh dan tidak akan utuh, sahabat yang mampu mundur dan melepaskan segala keegoissan dan menyelesaikan masalah dengan penuh kesabaran adalah hal yang amat luar biasa dilakukan, karena mempertahankan persahabatan itu lebih dibutuhkan dari pada menambah permusuhan.
Ketiga, bicara soal cinta, bicara soal pemberian tuhan paling nikmat. Nikmat dalam arti tuhan berikan kita hati untuk menetapkan pada seseorang yang dicintai, yang selalu ada, dikalah susah maupun senang. Tapi ketika yang dicintai sudah berpaling kecurigaan datang, dan hati mulai tak karuan, kegelisahan muncul, pikiran mulai menyimpulkan, apalagi semua yang dipikirkan benar dan menjadi kenyataan, mungkin cinta akan membekas menjadi luka, yang disebut dengan kecewa.
Kecewa karena sudah tidak seperti dulu lagi, kecewa karena yang dulunya sering berkomunikasi kini tidak sama sekali, kecewa itu yang sering dirasakan setiap anak manusia yang sedang dilanda kegalauan, ini banyak terjadi dikalangan pemuda pemudi, yang kadang menangis sampai berbulan-bulan hanya karena meletakkan hati pada tempat yang salah, ketika semua itu terjadi percayalah, Allah sangat tidak menyukai yang berlebih-lebihan, perbaikilah hati, intropeksi diri, karena Allah memberikan hati bukan untuk terlalu mencintai makhluknya, maka mundurlah seacara perlahan jika hati sudah mulai tidak menyenangkan lagi.
Karena mundur tak selamanya kalah, dalam artian mundur bukan secara sembarangan, mundur demi kebaikan, dengan mundur bisa menjaga hubungan persaudaraan, sahabat, dan bahkan dalam cinta. Dengan menjaga hal demikian kita sudah terlihat sebagai kebanggaan, bangga mampu mendinginkan yang terbakar, bangga mampu menebarkan senyuman yang sempat hilang, bangga yang tadinya menangis menjadi senang, bangga karena bisa membalut luka dengan cinta dan kasih sayang.
Karena Allah sangat mencintai perdamaian, Allah berfirman dalam Q.S. an-Nisa [4]: 128 yang artinya: “dan perdamaian itu lebih baik”. Maksud ayat ini adalah: ketika terjadi pertengkaran dan pertikaian, maka perdamaian menjadi suatu yang sangat terpuji. Jika perselisihan adalah keburukan, pertengkaran dan pertikaian adalah aib, maka sebaliknya, perdamaian dan usaha mendamaikan adalah sebuah rahmat.
Meski perbedaan pendapat pada manusia adalah hal yang telah digariskan oleh Allâh. Perdamaian yang terwujud pada manusia akan menjadikannya indah, namun jika hilang maka berbagai buruk tidak akan terhindarkan.
0 Comments