Youtube dan Kuasa Agama: Sabda Michel Foucault

Dengan sifat ketergantungan terhadap youtube sebagai saluran alternatif pengetahuan secara tidak langsung telah menjadikannya sebagai 'wali masyarakat'. 4 min


-1
-1 points

Belum lagi habis bangsa Indonesia merayakan kemerdekaannya jagat media sosial melalui youtube sudah dihebohkan oleh perkataan seorang ustad mengenai salah satu simbol agama tertentu, yakni salib. Telah menyinggung sendi-sendi keberagamaan bangsa Indonesia yang dalam prosesnya tengah lepas landas menuju bangsa yang maju. Dengan berbagai program pemerintah yang ingin memajukan masyarakatnya melalui jargon membangun sumber daya manusia yang unggul, justru masih dilukai oleh sentimen-sentiman keagamaan yang dalam prakteknya sudah harus mulai dikikis.

Dengan melihat kenyataan yang demikian, tentu hal ini mampu membuat sikap masyarakat menjadi pesimis dan kontradiktif dengan program pemerintah yang ada. Di tengah kemajuan bangsa yang sedang menuju revolusi 4.0 melalui platform media-media sosial seperti, pengembangan start up youtube, justru telah menjadi bagian dari dominasi kuasa baru yang efeknya melahirkan sikap-sikap intoleransi di satu sisi.

Hadirnya konten-konten media youtube di tengah globalisasi dunia di satu sisi telah membawa harapan besar bagi anak bangsa untuk mengembangkan kreativitasnya. Namun, di sisi lain hadirnya tidak pelak telah membentuk hegemoni yang membuat masyarakat menjadi tidak bisa berpikir kritis alias sikap ‘nerimo’. Hal itu terjadi dikarenakan tidak diimbanginya kemajuan teknologi yang melawati batas-batas negara dengan perkembangan pemikiran (mental) masyarakatnya. Tidak adanya ruang dialog yang seharusnya menjadi perhatian serius pemerintah sebagai bagian dalam gotong-royong semua stakeholder dalam membangun bangsa telah menguak luka lama di tengah-tengah masyarakat, yakni masalah intoleransi.

Perkataan ustad melalui youtube tentang simbol agama tertentu telah menjadi bukti masih adanya dominasi kuasa terkait pengetahuan tentang agama. Dikarenakan tidak adanya ruang dialog telah menjadikan masyarakat menggantungkan pengetahuannya secara instan melalui youtube, salah satunya.

Memang tidak bisa disalahkan 100% sikap masyarakat yang belajar melalui youtube sebagai media sosial alternatif selain google. Mengingat mobilisasi masyarakat yang kian tinggi telah memangkas peluang untuk memahami langsung realitas secara mendalam dan solid. Jadilah youtube sebagai primadona, yang sejatinya merupakan sebuah ruang yang berjarak. Berikutnya, berkembanglah sebuah budaya sosial yang menyuburkan sikap instan, parahnya lagi mematikan nalar.

Dengan sifat ketergantungan terhadap youtube sebagai saluran alternatif pengetahuan secara tidak langsung telah menjadi dominasi pengetahuan tersendiri. Sehingga dalam hal ini youtube pun telah menjadi ‘wali masyarakat’. Maka tidak jarang berbagai pihak mulai dari kepala negara, artis dan tokoh-tokoh agama banyak memanfaatkan youtube sebagai wadah penyebaran pengetahuan dan kritik secara pasif. Fenomena ini pun telah digambarkan jauh-jauh hari oleh salah seorang filsuf asal Perancis, yakni Michel Foucault tentang kepengaturan.

Foucault demikian akrab disapa merupakan seorang filsuf Perancis, sejarawan, kritikus, sosiolog, serta psikolog. Foucault merupakan penulis yang cukup banyak melahirkan karya-karya di bidang humaniora yang berpengaruh di abad ke-20. Salah satu karyanya yang fenomenal adalah power and knowledge. Berbicara kepengaturan tidak lepas dari adanya dominasi kuasa, sebagaimana yang dijabarkan oleh Foucault. Menurutnya terkait kekuasaan dalam konteks sekarang sejak abad ke-18 sudah tidak bisa dipahami lagi sebagai kepemilikan, akan tetapi sudah bergeser kepada bagaimana kekuasaan itu beroperasi atau dengan cara apa kekuasaan itu dioperasikan.

Sejak dulu kekuasaan selalu dimaknai sebagai sesuatu yang dimiliki oleh individu atau kelompok tertentu untuk mengontrol orang lain yang digambarkan melalui hierarki relasi kuasa. Atau kekuasaan terhadap yang lain dalam relasi yang mendominasi dengan yang didominasi atau yang powerful dengan powerless. Namun, hadirnya Foucault telah memberi warna lain terkait kekuasaan. Menurutnya kekuasaan itu tersebar di mana-mana yang bukan sesuatu bisa didapat, diraih, digunakan, atau dibagikan sebagai sesuatu yang dapat digenggam atau bahkan dapat juga punah, tetapi kekuasaan dijalankan dari berbagai tempat dari relasi yang terus bergerak. Selain itu, kekuasaan juga bukan relasi struktural hierarkis yang mengandaikan ada yang menguasai dan yang dikuasai. Dan pengetahuan sebagai bentuk kekuasaan.

Dari pengertian yang diajukan Foucault di atas dapat dipahami bahwa kekuasaan hanyalah sebuah strategi yang berlangsung di mana-mana dan di sana terdapat sistem, aturan, susunan dan regulasi. Kekuasaan ini tidak datang dari luar, melainkan kekuasaan menentukan susunan, aturan dan hubungan dari dalam dan memungkinkan semuanya terjadi. Dan salah satu bentuk yang terkait dengan perkataan seorang ustad mengenai salib yang diyakininya sebagai tempat jin kafir berdiam diri. Adalah adanya dominasi tentang struktur pengetahuan yang disebut dengan episteme, yakni suatu bentuk pengetahuan yang otoritatif pada suatu masa tertentu atau bentuk pengetahuan yang telah dimantapkan sebagai pemaknaan terhadap situasi tertentu pada masa tertentu. Bentuk struktur pengetahuan yang legitime inilah bagian dari kekuasaan yang menyebar dan memengaruhi praktik-praktik sosial individu, baik cara berpikir, berbicara, maupun bertindak sebagai sebuah rezim pengetahuan. Dalam perjalanannya struktur pengetahuan ini pun disebut dengan wacana.

Penjelasan UAS di youtube berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya mengenai salib telah membentuk wacana tersendiri bagi jamaah yang mendengarkan ceramahnya, yakni memandang salah dan jelek simbol-simbol agama lain. Diskursus pengetahuannya tentang agama hendak ditunjukkan dengan tegas sebagai sebuah kebenaran, dengan ilmu pengetahuannya tersebut. Ditularkan untuk menetapkan apa yang benar dan mengeliminasi apa yang dipandang palsu. Di mana penjelasan ilmiah yang satu berusaha menguasai dengan menyingkirkan penjelasan ilmiah yang lain, yakni pandangan masyarakat tentang pentingnya toleransi tanpa menyakiti perasaan agama lain. Dengan tidak berbicara kasar dan buruk terhadap perilaku seseorang.

Hal ini tentu sangat miris bagi perkembangan toleransi beragama di Indonesia. Sosok UAS yang mengetahui banyak soal agama telah digandrungi berbagai lapisan masyarakat di Indonesia. Sehingga dengan segala penjelasannya terkait agama telah menjadi episteme tersendiri bagi pengikutnya. Justru dengan ucapannya tersebut terkait salib telah melukai sebagian saudara kita penganut agama lain. Apalagi sebagaimana yang telah disebutkan di atas, hal ini sangat-sangat berbahaya bagi masyarakat yang mempelajari agama hanya lewat youtube. Mengingat penjelasan-penjelasan UAS terkait simbol agama lain telah menunjukkan efek dari beroperasinya kekuasaan dalam bentuk rezim wacana. Klaim kebenaran agama satu terhadap agama lain secara tidak langsung telah memengaruhi praktik-praktik sosial keagamaan di masyarakat.

Operasi kekuasaan melalui rezim wacana yang disalurkan lewat youtube dan disebar sedemikian masif secara tidak disadari, telah menguasai cara pandang orang mengenai agama lain. Selain itu, wacana UAS terkait salib secara mental pun telah mengubah praktik sosial di masyarakat. Hal ini seperti, adanya konsep kecantikan yang telah menghasilkan salon, diet dan cara makan, pakaian dan kursus-kursus. Begitu pun konsep klaim kebenaran satu agama terhadap agama lain telah menimbulkan penyeragaman dan diskriminasi.

Sekali lagi, hal ini tidak lepas dari kesenjangan yang terjadi di masyarakat terkait perkembangan teknologi di sisi lain dan tingkat pemahaman keagamaan di satu sisi. Karena sudah termanjakan oleh adanya saluran pengetahuan yang instan melalui youtube telah membuat masyarakat berjarak dengan realitas. Karena bagaimana mungkin seseorang yang belum pernah mempelajari salib beserta ajaranya mampu mengklaim bahwa ajaran itu adalah sesat dan menyesatkan. Hanya lewat penjelasan sepotong-potong yang disalurkan melalui media youtube tanpa ada dialog yang lebih dalam. Sehingga secara tidak langsung ilmu pengetahuan yang terwujud dalam teknologi gampang digunakan untuk memaksakan sesuatu kepada masyarakat.

Masyarakat pun pada akhirnya tanpa mampu berdialog menjadi mudah diatur dan diarahkan untuk bertindak tanpa berpikir lebih dahulu. Oleh karena itu, kepengaturan yang dijalankan melalui kekuasaan pengetahuan wacana yang menyebar ini telah mudah mengarahkan manusia pada tindakan intoleransi terhadap agama lain. Youtube dalam konteks sekarang tak ubahnya seperti rumah sakit jiwa. Dalam hal pengavlingan antara yang sehat dan yang sakit, yang normal dan tidak normal. Pengavlingan yang tidak setara ini pun menurut Foucault juga merupakan bentuk dominasi.

Menurut Foucault jika zaman Renaissance dahulu antara kegilaan dan penalaran erat kaitannya, bahkan tak jarang masyarakat mampu menerima gagasan brilian orang-orang yang dicap gila. Karena kegilaan adalah kebebasan imajinasi yang menjadi bagian Renaissance. Namun, setelah tahun 1650-1800 dialog antara kegilaan dan penalaran mengalami pembungkaman. Orang gila yang dulu dianggap memiliki ide-ide brilian mulai disingkirkan, ke dalam penjara, rumah sakit jiwa, dan ditertibkan oleh lembaga-lembaga sosial. Kegilaan dianggap sebagai orang yang memiliki kekosongan pikiran dan menyimpang.

Hal ini tak beda jauh dengan adanya youtube, dahulu pada sejak zaman Nabi toleransi terhadap agama lain telah menjadi kebiasaan masyarakat dengan menghargai keyakinan orang lain. Namun, dengan adanya teknologi yang serba instan ini masyarakat begitu mudahnya menerima apa-apa yang disampaikan seseorang melalui media youtube tanpa mau belajar langsung, berdiskusi dan membaca realitas yang ada dengan


Like it? Share with your friends!

-1
-1 points

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
1
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
1
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
0
Wooow
Keren Keren
1
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
R. Dimas Sigit Cahyokusumo
Sang Pembelajar

3 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals