Kemajuan teknologi dalam bidang informasi membawa sebuah perubahan dalam masyarakat. Salah satunya adalah perkembangan media sosial yang menjadikan pola perilaku masyarakat banyak mengalami pergeseran dalam budaya, etika, maupun norma-norma yang ada.
Perkembangan media sosial pun digunakan, oleh berbagai kalangan usia hampir semua masyarakat, sebagai sarana guna memperoleh dan menyampaikan informasi kepada publik. Indonesia sendiri, seperti dilansir dalam katadata.co.id yang diakses pada 9 Maret 2020, menduduki peringkat kelima sebagai pengguna internet terbesar di dunia.
Sebagaimana media lainnya, penggunaan media sosial pun memiliki dua sisi, positif dan negatif, tergantung bagaimana para pengguna memanfaatkannya. Hal ini pula lah yang menyebabkan mengapa berita-berita yang tersebar di media sosial juga beragam, tidak selalu berupa berita yang positif namun juga berita negatif/bohong, yang kita kenal dengan hoaks.
Maraknya berita-berita hoaks merupakan salah satu efek negatif dari penggunaan media sosial sehingga dengan mudah dapat diakses oleh masyarakat. Hoaks sendiri dikenal dalam tradisi Barat sebagai “deceive somebody with a hoax” yang artinya memperdayai orang banyak dengan berita bohong (Wiktionary, diakses 26 Mei 2020).
Berita-berita hoaks yang banyak disebarkan biasanya merupakan isu yang sedang trending dan memicu masyarakat untuk membacanya. Salah satunya adalah berita mengenai virus Covid-19 yang sedang mengguncang dunia saat ini. Bagaimana tidak, di Indonesia saja misalnya, sejak kasus positif virus Corona pertama kali terdeteksi pada hari Senin bulan Maret lalu -setidaknya begitulah yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo, jumlah kasus positif Corona terus semakin bertambah hingga saat artikel ini ditulis (26 Mei 2020), seperti dilansir dari merdeka.com, pasien positif sudah tercatat mencapai 23.165 orang. Sementara itu, jumlah pasien yang meninggal berjumlah 1.418 orang.
Baca juga: Darurat Hoaks dan Pentingnya Berpikir Kritis |
Merujuk pada detiknews, tercatat 104 isu-isu hoaks terkait Covid-19 di Indonesia yang sudah menyebar di jagat sosial media. Saat ini sudah ada 89 orang yang telah menjadi tersangka akibat penyebaran berita hoaks tersebut.
Berita yang kita terima terkait Covid-19 terkadang sampai menimbulkan kepanikan dan kegaduhan yang menghebohkan masyarakat. Banyaknya berita-berita yang menimbulkan kegaduhan dari sosial media. Sehingga membuat kelompok, atau sebagian masyarakat merasa dirugikan akan hal ini.
Berita-berita hoaks terkait virus korona juga kian merebak. Salah satunya, ada pihak yang tidak bertanggung jawab mengatas namakan UNICEF, dan menyarankan agar masyarakat meminum alkohol. Mereka menyebutkan bahwa alkohol dapat membunuh segala virus, termasuk virus Covid-19. Tak ayal, berita hoaks lainnya pun muncul. Seperti informasi yang menyebutkan bahwa ganja dapat menangkal virus corona, dan bawang merah yang telah dikupas dapat menyedot virus dalam tubuh manusia sehingga membuat beberapa masyarakat mempraktekkannya dan mempercayainya (detikinet, diakses 26 Mei 2020, 23.50 WIB).
Tak hanya itu, pelaku penyebar hoaks beranisial IGN HRT menyebutkan Wapres Ma’ruf Amin terpapar Corona. Sehingga menyebabkan ia ditahan oleh Tim Ditreskrimsus Polda Bali. Akibat perbuatannya pelaku dijerat dengan pasal 14 UU No 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana dengan ancaman hukuman maksimal 10 tahun penjara. (detik.com)
***
Sebagai umat muslim yang baik, sudah sepantasnya kita tidak langsung mempercayai berita-berita yang datang kepada kita. Petunjuk ini sesungguhnya sudah ada dalam kitab umat muslim, yaitu dalam Al-Qur’an dan juga Hadis Rasulullah saw. khususnya solusi untuk kita semua dalam menghadapi berita hoaks atau kebohongan yang sedang membumi di sosial media.
Sudah sepatutnya kita harus selektif dan kritis dalam menanggapi setiap informasi-informasi yang tercantum dalam sosial media. Seperti dalam QS. An-Nur ayat 11 Allah berfirman “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Dan Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yng besar”.
Dalam Tafsir Maqashidi, dijelaskan bahwa berita-berita kebohongan yang datang kepada kita pada dasarnya datang dari masyarakat sendiri yang membuat berita tersebut. Ayat di atas juga mengancam bagi para penyebar hoaks akan mendapatkan balasan dari apa yang telah mereka kerjakan di dunia ini. Karena berita hoaks dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat, serta dapat memecahbelah antar golongan.
Baca juga: Sebutan Al-Qur’an untuk Wartawan Penyebar Hoaks |
Dalam sejarah Islam, berita-berita hoaks bukanlah hal yang baru di tengah masyarakat. Ia sudah ada sejak zaman Rasulullah saw. Bahkan Aisyah r.a, seorang istri nabi sendiri juga terkena imbas akan berita hoaks ini.
Kala itu, Aisyah dan rombongan menuju kepulangannya dari selesai dalam berperang dengan Bani Musthaliq. Dalam perjalanannya dari peperangan, mereka berhenti di sebuah tempat. Aisyah keluar untuk sesuatu keperluan, kemudian beliau kembali ke tempatnya. Kemudian tiba-tiba beliau merasa kehilangan kalungnya. Lalu kembali pergi lagi untuk mencari kalungnya itu. Sementara rombongan berangkat, dengan befikir Aisyah masih dalam sekedupnya dan tidak kemana-mana.
Setelah Aisyah mengetahui sekedupnya telah berangkat tanpanya dan meninggalkannya, beliau duduk di tempatnya dan berharap rombongan akan kembali. Pada saat itu, kebetulan lewatlah seorang sahabat Nabi, Shafwan Ibnu Mu’aththal dan terkejut melihat Aisyah sedang tidur sendirian. Shafwan pun mempersilahkan Aisyah mengendari untanya.
Shafwan berjalan menuntun unta sampai mereka tiba di Madinah, orang-orang melihat sambil membicarakan dengan pendapat masing-masing. Mulailah timbul desas-desus negatif, dan kaum munafik membesar-besarkannya.
Maka dari itu, cerita Aisyah juga sama halnya dengan berita-berita hoax pada saat ini. Siapapun bisa berargumentasi, dan mengkritisi tanpa tahu penyebab dan kejadian yang sebenarnya.
Sebagai Muslim yang cerdik dalam penggunaan sosial media seharusnya kita dapat melihat beberapa kerancuan terhadap berita-berita yang tersebar mengenai Covid-19. Salah satu indikasinya seperti, berita yang dimunculkan tersebut tidak dapat dikonfirmasikan oleh fakta-fakta covid-19 yang sedang terjadi, misalnya tidak tercantum tempat, tanggal dan hari terjadinya peristiwa, ataupun sebagainya.
Banyaknya berita-berita yang tersebar tidak memiliki asal muasal yang jelas mengharuskan kita untuk lebih teliti dalam menerima berita-berita. Ketika sumber-sumber yang dib eritakan tidak tercantum misalnya, maka berita ini bisa dianggap hoaks, atau tidak valid. Maka dari itu, para pengguna sosial media haruslah cerdas dalam menggunakan sosial media, dengan cara lihatlah situs-situs terkait informasi Covid-19 dari halaman terpercaya, dan jauhkan berita-berita virus ini dari blog-blog yang tidak jelas di sosial media.
Tips Terhindar dari Hoaks
Ada beberapa pesan dari Al-Qur’an yang bisa dipetik agar kita bisa terhindar dari berita-berita hoaks. Seperti, QS. Al-Hujurat ayat 6, di sana disebutkan bahwa apabila ada orang fasik yang memberitakan seesuatu yang dapat menimbulkan kegaduhan maka haruslah kita menelitinya terlebih dahulu jangan langsung menerimanya apalagi ikut-ikutan dalam menyebarkan hoaks karena secara tidak langsung kita juga membantu memperluas kebohongan tersebut.
Kemudian, dalam QS. An-Nur ayat 15, terkait berita hoaks juga yaitu bahwa segala sesuatu berita yang tersebar lewat mulut akan memiliki timbangan besar di hadapan Allah kelak, maka ketika terdengar berita itu diperlukan sikap tabayyun (klasrifikasi) agar kita mencari terlebih dahulu asal muasal berita ini dan jangan langsung mempercayainya, sebelum faktanya terungkap.
Pada QS. Al-Isra ayat 36 juga Allah telah menjelaskan ke[ada kita bahwa dilarangnya untuk mengikuti seseorang apabila dia tidak mengetahui pengetahuan tentangnya. Kita jangan sembarangan mengikuti pendapat dan tips-tips terkait Covid-19 ini kecuali yang bersumber dari ahlinya seperti dokter, perawat, atau tim medis yang mempunyai ilmu mengenai virus ini. Apalagi tidak sedikit yang ikutan berargumen terkait berita-berita, dan tips-tips Covid-19, sedangkan ia tidak mengerti apa yang ia berikan.
Maka dari itu, Apabila kita menggunakan sosial media seharusnya kita memakai adab sesuai dengan akhlak-akhlak Al-Qur’an seperti: menjauhi perkataan bohong, mengadu domba, dan bergosip. Sebaliknya, kita harus membiasakan untuk memvalidasi serta mengklarifikasi kebenaran suatu informasi sebelum membagikan kabar-kabar dari sosial media, menjaga kehormatan pemerintah, tidak mudah percaya dan menelan berita secara gamblang, serta melakukan tabayýun dan berhenti ikut-ikutan dalam membagikan (share) berita-berita yang tidak jelas asal-usulnya sehingga tidak merugikan pihak-pihak tertentu.
Sebagai seorang mukmin kita harus ingat bahwa segala sesuatu yang kita perbuat termasuk memberitakan dan membuat berita-berita hoaks merupakan dosa yang akan kita tanggung kelak di akhirat.
Semoga tips ini bisa menjadi pengingat diri agar penggunaan sosial media bisa benar-benar bernilai positif dalam hal apapun dan agar tidak merugikan masyarakat apalagi sampai membuat berita-berita hoaks dalam masa pandemi covid-19 ini. Maka, walaupun #DiRumahAja selama ini, gunakanlah sosial media tetap bernilai positif dan lakukanlah hal-hal yang bermoral. []
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Catatan: Tulisan ini murni opini penulis, redaksi tidak bertanggung jawab terhadap konten dan gagasan. Saran dan kritik silakan hubungi [email protected]
Jadi, bagaimana pendapat Anda tentang artikel ini? Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya!
Anda juga bisa mengirimkan naskah Anda tentang topik ini dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannyadi sini!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.iddi sini!
0 Comments