Cara Bertoleransi yang Benar

yang dibutuhkan dalam toleransi adalah sikap saling menghargai terhadap pilihan orang lain dan eksistensi golongan lain3 min


1
gambar: dreamstime.com

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang sangat plural dan bahkan multikultural. Keragaman kultur yang terdiri atas berbagai etnis, bahasa, agama, budaya, dan lain sebagainya tersebut dirumuskan dalam bentuk semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, yang artinya sekalipun berbeda-beda namun tetap satu jua: sebuah slogan yang sungguh indah.

Namun dalam perjalanannya, ada saja gesekan-gesekan dari skala kecil hingga skala yang bisa mengancam kesatuan keragaman yang ada di bawah langit Nusantara. Perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya perbedaan agama, baik intra maupun antar agama, seringkali menjadi pemantik munculnya “suara sumbang” yang merusak irama keragaman yang menghubungkan segenap anak bangsa.

Baca juga: Kerukunan dan Toleransi Beragama

Memang sih, konflik-konflik yang pernah terjadi di Indonesia pada dasarnya bukan saja disebabkan oleh latar agama, sebaliknya faktor-faktor lain seperti sosial, ekonomi, dan politik justru banyak berperan menggerogoti keragamaan yang ada. Namun, agama seringkali dijadikan oleh oknum-oknum tertentu sebagai simbol bahkan sebagai motor penggerak untuk terjadinya konflik antar umat beragama.

Klimaks dari hubungan yang tidak baik antar pemeluk agama di Indonesia ini dapat dilihat dari terjadinya kasus gubernur DKI Jakarta Basuki Tcahya Purnama (Ahok) yang dipenjarakan terkait dugaan penistaan agama, dan belum lama ini diikuti oleh video ustad Abdul Somad (UAS) yang viral terkait dugaan penyinggungan simbol agama lain. di mana kedua kasus ini dinilai banyak orang sebagai konflik berlatar belakang agama, yakni antara pemeluk agama Islam dan Kristen.

Baca juga: Toleransi dan Keteladanan Rasulullah

Di dalam sebuah masyarakat, agama menjadi salah satu faktor penunjang kehidupan terutama dalam kehidupan spiritual. Walaupun tidak menutup kemungkinan di kemudian hari agama menjadi tradisi yang bercampur dengan kebiasaan lama yang telah hidup dalam suatu masyarakat. Kebiasaan tersebut diwarisi secara turun-temurun sehingga tidak mudah untuk dihilangkan begitu saja. Di sisi lain, agama juga datang  dengan membawa nilai-nilai baru yang menuntut penganutnya menaati sebuah perintah dan menjauhi larangannya.

Bagi masyarakat yang bisa memahami keberadaan agama dari segi sosio-historis, ajaran agama yang telah melahirkan tradisi baru dalam masyarakat tersebut merupakan bukti bahwa agama tidak menolak tradisi secara keseluruhan. Sebaliknya agama bisa memberikan ruang kepada nilai-nilai lokal yang dianggap baik.

Baca juga: Toleransi dan Pendidikan Moderat dalam Keluarga Kiai

Pada saat ini, citra tentang agama (khususnya agama penulis: Islam) yang sering tampak di mata dunia adalah kekejaman, fanatisme, kebencian, dan kekacauan. Semua itu dihubungkan dengan tindak kekerasan yang sering disinyalir terkait dengan gerakan Islam beraliran keras atau radikal.

Munculnya citra demikian sebagian disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang Islam di kalangan nonmuslim dan sebagian disebabkan oleh gagalnya muslim untuk menjelaskan diri mereka dan mencontohkan kepada nonmuslim bagaimana bisa membudayakan toleransi dalam kehidupan sehari-hari.

Toleransi menjadi jalan terciptanya harmonisasi antar umat beragama, apabila kata tersebut diterapkan pada orang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Artinya, pada waktu seseorang ingin membangun harmonisasi antar umat beragama, ia harus terlebih dahulu bertanya pada diri sendiri, “apakah saya telah melaksanakan kewajiban untuk membudayakan toleransi dalam kehidupan sehari-hari?” Dengan demikian, setiap orang akan berusaha membudayakan toleransi dalam rangka membangun harmonisasi antar umat beragama khususnya di Indonesia.

Islam sebagai sebuah agama mengajarkan kepada umat manusia untuk selalu menghormati serta toleransi terhadap sesama manusia dan menjaga kesucian serta kebenaran ajaran Islam. Islam merupakan agama yang mengajarkan hidup toleransi terhadap semua agama. Islam juga memberikan tunjuk-ajar kepada umatnya tentang pentingnya memelihara persatuan dan kerukunan, baik internal maupun eksternal umat beragama.

Islam juga mengajarkan kepada umatnya untuk selalu toleransi sesama umat seagama dan antar umat beragama, serta saling mencintai dan menyayangi antar sesama pemeluk agama. Selanjutnya, Islam juga menanamkan nilai-nilai kesabaran dan kebebasan berpendapat.

Agama Islam tidak pernah mengajarkan kepada umatnya untuk memaksa penganut agama lain untuk mengikuti agama Islam, sebagaimana firman Allah Swt yang artinya :“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat” (QS. al- Baqarah: 256).

Selanjutnya firman Allah Swt dalam Al-Qur’an : “Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa memaksa mereka” (QS. Al-Ghosyiyah: 21).

Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Islam sangat mengakui eksistensi agama lain Sikap toleransi beragama bukan berarti harus membenarkan keyakinan pemeluk agama lain atau harus meyakini bahwa semua agama merupakan jalan yang benar dan direstui. Namun, yang dibutuhkan dalam toleransi adalah sikap saling menghargai terhadap pilihan orang lain dan eksistensi golongan lain, tidak perlu sampai membenarkan sendiri sebuah kepercayaan, karena kebenaran hanyalah milik masing-masing pemeluk agama.

Adab ketika berbeda yaitu, masing-masing kita saling menjelaskan lebih dulu masalahnya. Sehingga, apabila kita sama-sama telah sampai pada suatu kesimpulan, maka mari kita kerjakan, Jika tidak, hendaklah masing-masing mengamalkan sesuai pendapatnya atau meminjam istilah Mukti Ali “agree in disagreement“, setuju untuk tidak setuju.

Baca juga: Antara Aqidah, Fanatisme dan Toleransi

_ _ _ _ _ _ _ _ _
Catatan: Tulisan ini murni opini penulis, redaksi tidak bertanggung jawab terhadap konten dan gagasan. Saran dan kritik silakan hubungi [email protected]

Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂

Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!

Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini! 

Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!


Like it? Share with your friends!

1
M. Rafi

M. Rafi, S. IP adalah seorang Mahasiswa Alumni Ilmu Pemerintahan angkatan 2013, yang telah menyelesaikan masa studinya selama 3 (tiga) tahun 10 (sepuluh) bulan di Universitas Riau Pekanbaru, saat ini melanjutkan studi Pascasarjana di Program Studi S2 Magister Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Berasal dari Desa Renak Dungun Kecamatan Pulau Merbau Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Facebook : [email protected]/IG : @rafy060695 Riwayat Prestasi/Keikutsertaan dalam bidang penulisan : 1. Juara 1 Menulis Makalah Ilmiah Qur’an (M2IQ) Pada MTQ Tingkat Kec. Pulau Merbau dari tahun 2017-2019 2. Juara 4 Menulis Makalah Ilmiah Qur’an (M2IQ) Pada MTQ Tingkat Kab. Kepulauan Meranti pada tahun 2017 3. Juara 3 Menulis Makalah Ilmiah Qur’an (M2IQ) Pada MTQ Tingkat Kab. Kepulauan Meranti pada tahun 2018 4. Pernah menjadi salah satu Presenter Call For Paper dalam acara International Conference On Democracy Accountabillity and Governance (ICODAG) di Universitas Islam Riau (UIR) pada tanggal 23-25 November 2017.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals