Di tengah berbagai permasalahan bangsa, kita tentu selalu menaruh harapan pada dunia pendidikan. Harapannya, dengan pendidikan yang bermutu, anak-anak kita akan menjadi pemimpin bangsa yang ke depan dapat membawa Indonesia kearah yang lebih baik.
Harapan itu, menurut saya, sangat masuk akal. Percuma kita membenahi segala bidang kehidupan, tetapi mengabaikan pendidikan.
Kita semua agaknya pasti sepakat bahwa pendidikan yang bermutu adalah kunci utama untuk menjadi bangsa yang berkarakter, yakni bangsa yang maju budaya serta peradabannya. Namun pertanyaannya, apa metode yang tepat untuk memperbaiki pendidikan kita saat ini?
Baca juga: Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM): Hantu dalam Dunia Pendidikan di Indonesia
Banyak ahli pendidikan yang mengharapkan, supaya Indonesia melakukan reformasi pendidikan. Namun, seringkali konsep tentang reformasi pendidikan tetap tidak jelas.
Reformasi pendidikan yang diajukan seringkali justru mengubah pendidikan menjadi semakin tidak kritis. Yang kemudian terjadi adalah pendidikan menjadi semakin otoriter, sehingga membunuh kebebasan dan kesempatan bertanya peserta didik, serta menciptakan ketidakpedulian terhadap segala permasalahan yang terjadi.
Untuk itu, menurut hemat penulis, kita perlu memperluas pemahaman kita tentang pependidikan kita dengan pedagogi kritis dari Hendry Giroux.
Mengenal Pedagogi Kritis ala Hendry Giroux
Henry Giroux lahir pada 18 September 1943. Ia adalah pemikir Amerika Serikat yang kemudian pindah ke Kanada. Ia adalah salah satu pendiri pedagogi kritis (Critical Pedagogy). Di dalam pedagogi kritis, ia mengaitkan ilmu pendidikan, kajian budaya, kajian politik, kajian media dan teori kritis.
Giroux juga pernah ditempatkan sebagai salah satu dari lima puluh pemikir pendidikan yang paling berpengaruh di dunia modern. Sepanjang karirnya, ia telah menulis lebih dari 60 buku, dan berbagai artikel yang telah diterbitkan di berbagai media.
Dalam teori pedagogi kritis yang dibangunnya, Giroux hendak memperluas makna pedagogi menjadi paradigma kehidupan, yakni pandangan yang dianut oleh seseorang secara mendalam di dalam melihat hubungannya dengan dunia dan orang lain.
Paradigma yang ia ajukan bersikap kritis. Artinya, ia mempertanyakan hubungan-hubungan kekuasaan yang terletak di dalam masyarakat, sehingga menghasilkan pola masyarakat tertentu.
Untuk mencapai sikap kritis itu, menurutnya perlu dibarengi oleh dua hal, yakni keluasan wawasan dan kepekaan moral.
Baca juga: Pendidikan di Persimpangan Makna: Antara IQ dan EQ
Pertama: wawasan yang luas.Yakni kemampuan untuk melihat sebuah persoalan dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan lainnya. Dasarnya adalah kesadaran akan kesalingterhubungan dari segala sesuatu.
Kedua, perlu juga dibarengi dengan kepekaan moral, yakni kemampuan untuk membuat penilaian baik dan buruk terhadap suatu peristiwa dengan dasar-dasar yang masuk akal.
Dengan perpaduan antara sikap kritis, keluasan wawasan serta kepekaan moral, pedagogi kritis akan bisa menjadi inspirasi bagi pendidikan untuk mendorong keterlibatan sosial,dan membawa perubahan di dalam masyarakat.
Di berbagai belahan dunia, kini pendidikan dilihat sebagai barang mewah. Pendidikan bermutu menjadi amat mahal, sehingga hanya segelintir orang kaya yang bisa menikmatinya. Pendidikan untuk umum kerap kali jatuh pada birokasi dan formalisme agama yang membunuh kebebasan dan kreativitas.
Pedagogi kritis dapat ditempatkan sebagai sebuah tanggapan kritis atas keadaan ini. Pedagogi kritis hendak membuka semua bentuk penindasan budaya dan ekonomi yang membuat sekolah menjadi tempat bagi si kaya semata.
Di dalam sekolah semacam ini, nilai-nilai konsumtivisme dan kompetisi menjadi nilai-nilai utama, sementara nilai solidaritas dan pentingnya komunitas terpinggirkan.
Baca juga: Meneguhkan Pendidikan Berbasis Budaya
Pedagogi kritis, menurut Giroux, melihat sekolah sebagai tepat perjuangan dan pemicu perubahan sosial. Ia bergerak di antara dua titik, yakni kritik (critique) terhadap keadaan masyarakat, sekaligus harapan (hope) untuk perubahan ke arah yang lebih baik.
Kritik adalah bagian penting dari pedagogi kritis. Dalam arti ini, kritik adalah sebuah penyelidikan menyeluruh terhadap sebuah fenomena sosial, termasuk budaya, institusi, ideologi dan pola hubungan sosial yang ada.
Secara sederhana dapat dikatatakan, menurut Giroux, pedagogi kritis hendak melakukan kritik terhadap segala bentuk penindasan yang terjadi di dalam masyarakat, baik dalam bentuk penindasan ekonomi, politik, pendidikan maupun budaya.
Contoh paling nyata adalah soal kritik terhadap pendidikan. Seringkali, pendidikan dilihat sebagai tempat membentuk manusia sesuai dengan kebutuhan perusahaan.Oleh sebab itu tidak heran jika budaya yang dikembangkan adalah budaya kepatuhan dan ketakutan. Pedagogi kritis hendak mempertanyakan hal ini, sekaligus melihat kemungkinan terjadinya perubahan mendasar ke arah kebebasan, keadilan, kesetaraan dan harapan.
Dari kaca mata ini, sekolah bukanlah tempat persiapan karyawan-karyawan perusahaan, melainkan sebagai ruang publik demokratis, sehingga nilai-nilai keadilan, kebebasan, kesetaraan dan harapan dibentuk dan dilestarikan.
Baca juga: Realitas Desentralisasi Pendidikan Indonesia
Pedagogi kritis juga memiliki sisi lain, yakni sisi harapan dan kemungkinan. Dasar dari harapan dan kemungkinan ini adalah demokrasi itu sendiri yang berpijakpada kesetaraan dan kebebasan. Dua hal ini pula, yakni kebebasan dan kesetaraan,yang seringkali dikorbankan di dalam penerapan pedagogi tradisional.
Pedagogi pendidikan mendorong anak berpikir kritis dengan kebebasan dan tanggung jawab. Pedagogi tidak boleh menjadi anak sekedar penerima pasif dari materi ajar yang berpijak pada kepatuhan buta.
Dengan ketrampilan berpikir kritis, yang berpijak pada kritik dan harapan, sekolah akan menjadi tempat untuk melatih kepekaan terhadap penderitaan dan bersikap solider terhadap orang lain.
Di dalam pandangan ini, pendidikan juga dilihat sebagai sesuatu yang amat penting di dalam pengembangan demokrasi.
Demokrasi tidak akan dapat terbentuk tanpa adanya budaya pendidikan yang mampu mendorong semua warga untuk berpikir kritis, reflektif, berwawasan luas, mampu membuat penilaian moral yang seimbang, serta bertindak dengan memperhatikan tanggung jawab sosial.
Kondisi pendidikan Indonesia
Di Indonesia, pedagogi neo-liberal telah merasuki pendidikan kita. Pendidikan pun disempitkan menjadi semata pengajaran kemampuan-kemampuan untuk menang di dalam kompetisi bisnis. Nilai-nilai luhur pendidikan, seperti kemanusiaan, sikap kritis, kepekaan moral, keterlibatan sosial dan demokrasi, pun terpinggirkan.
Di dalam alam pikir neoliberalisme, uang dan ekonomi menjadi satu-satunya ukuran bagi semua bidang kehidupan manusia.
Di Indonesia, pendidikan juga dijajah oleh formalisme agama, yakni pemahaman agama yang terjebak pada ritual dan aturan-aturan buta, tanpa pemahaman akan inti dari agama tersebut.
Di dalam pendidikan kita juga telah tersebar paham fundamentalisme agama dan fundamentalisme ekonomi yang membuat pendidikan di Indonesia kehilangan nilai-nilai luhurnya.
Baca juga: Menakar Kembali Pendidikan Agama di Sekolah
Peserta didik dibentuk menjadi orang yang patuh buta terhadap kekuasaan. Ia cerdas dan kreatif di dalam mematuhi perintah yang diberikan oleh para penguasa politik dan pemilik modal. Ia pun hanya peduli pada penumpukan kekayaan semata, dan menjadi tidak peduli terhadap beragam permasalahan sosial yang mengancam keutuhan hidup bersama. Dengan kata lain, pendidikan telah kehilangan roh sejatinya, dan menjadi semata pengajaran kepatuhan buta terhadap penguasa.
Dengan melihat keadaan Indonesia sekarang ini, pemikiran Giroux tentang pedagogi kritis jelas amat dibutuhkan. Pedagogi yang menekankan sikap kritis terhadap hubungan-hubungan kekuasaan yang membentuk masyarakat.
Sikap kritis yang dibarengi dengan wawasan luas serta kepekaan moral yang menuntut pada tindakan nyata yang membawa perubahan sosial ke arah yang lebih baik. Baik dalam arti ini adalah kebaikan bersama, dimana setiap orang bisa hidup secara bebas dalam kemakmuran dan keadilan bersama.
Pedagogi kritis bergerak melampaui pedagogi tradisional yang bersifat netral dan menuntut kepatuhan buta terhadap penguasa politik maupun ekonomi yang sudah ada.
Dengan melihat keadaan Indonesia, sertabeberapa ide dasar dari pedagogi kritis, maka dapatlah disimpulkan, bahwa pedagogi kritis amat cocok diterapkan di Indonesia. []
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Bagaimana pendapat Anda tentang artikel ini? Apakah Anda menyukainya atau sebaliknya? Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom bawah ya!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!
One Comment