Seni Memahami Ala Ibnu Abbas dalam Konteks Bijak Bermedia Sosial

Saat para sahabat hampir sepakat tentang suatu arah persoalan tertentu, maka uniknya Ibnu Abbas beberapa kali memiliki jalan pikiran yang berlainan arah3 min


1
1 point
Gambar ini hanya ilustrasi semata (sumber: klikmu.co)

Ibnu Abbas Lahir pada tahun 619 M / 68 H di Kota Suci Makkah dan wafat pada 687 M di usia 71 th.Sebenarnya tidak ada Tafsir yang benar-benar terhimpun utuh dari sosok sepupu Rasul ini, namun para akademisi Islam beberapa abad setelah beliau wafat mengupayakan penelusuran sanad tafsir dan akhirnya tersusunlah kitab tafsir berjudul Tanwirul Miqbas min Tafsiri Ibnu Abbas. Tafsir tersebut dihimpun oleh Abu Thohir Muhammad bin Yakub Al Fairuz Zabadi (1329–1414 M).

Lalu apa menariknya tafsir ini sampai-sampai beberapa abad masih membuat  begitu banyak akademisi Muslim penasaran?

Mungkin jawabannya adalah karena karakteristiknya yang sering bertolak belakang dari mayoritas. Saat para sahabat hampir sepakat tentang suatu arah persoalan tertentu, maka uniknya Ibnu Abbas beberapa kali memiliki jalan pikiran yang berlainan arah, bahkan sering tak terduga dan terkesan “nyeleneh”.

Contoh penafsiran yang paling terkenal adalah saat Umar memanggil seluruh sahabat terbaik dan menyuruh mereka menafsir Surat An-Nasr yang berisi kemenangan Islam. Semuanya menafsir surat tersebut sebagai kabar gembira kemenangan Islam. Lalu apa pendapat Ibnu Abbas?

Sahabat Umar pun memanggil Ibnu Abbas yang saat itu masih remaja. Beliau memintanya menafsiri Surat An-Nasr. Lalu saat Ibnu Abbas mengemukakan penaafsirannya, para sahabat yang tadinya bahagia berubah menjadi bersedih hati.

Baca juga: Filosofi Perdebatan Para Mufassir

Menurut Ibnu Abbas, surat An-Nashr yang berisikan tentang kemenangan Islam adalah tanda hendak berakhirnya tugas Nabi Muhammad sebagai nabi yang secara langsung lahir dan membenahi umat. Surat tersebut menandakan akan wafatnya Rasulullah.

Di atas adalah sedikit gambaran luasnya tafsir. Tidak hanya metode baku kebahasaan ataupun metode kontekstualisasi sosial budaya, namun dalam beberapa kasus, ayat Al-Qur’an mengandung begitu banyak kemungkinan tafsir.

Ibnu Abbas tentu memiliki metode tersendiri. Kedekatannya dengan Nabi secara nasab maupun secara keseharian membuatnya mampu dan memiliki kompetensi membaca Nabi secara luar dan dalam.

Salah satu kisah yang terkenal adalah saat Nabi menyuruh Ibnu Abbas membuka mulut lebar-lebar dan meludahi mulutnya lalu mendoakannya agar diberikan ilmu dalam menafsir dan mentakwil. Maka dari itu, beberapa ulama meyakini bahwa sosok Ibnu Abbas merupakan barometer Ilmu tafsir isyari (sufi).

Baca juga: Bagaimana Menafsirkan Al-Qur’an?

Kedekatannya dengan Nabi juga pernah begitu bersejarah hingga menjadi salah satu rujukan hukum fiqih tentang shaf salat. Saat dalam perjalanan Nabi turun untuk salat dan Ibnu Abbas menjadi makmum. Sebagaimana kebiasaan sebelumnya, bahwa makmum berdiri di belakang imam, maka Ibnu Abbas pun berdiri di belakang Nabi.

Melihat hal tersebut, Nabi kemudian menariknya dan mensejajarkan Ibnu Abbas antara ujung kakinya dengan mata kaki Nabi. Semenjak peristiwa itu, hingga Sekarang pun, ketika jamaah terdiri dari dua orang maka kita hampir selalu meniru peristiwa itu. Meskipun mungkin saat itu, maksud Nabi adalah karena faktor keamanan Ibnu Abbas yang masih kecil ketika salat dalam perjalanan ketika di luar pengawasan pandangan beliau.

Seni Memahami Metode Tafsir Ala Ibnu Abbas

Mendengar istilah seni memahami mungkin pikiran kita langsung tertuju oleh buku karya F. Budi Hardiman yang berisi tentang Hermeneutika dari Schleiermacher hingga Derrida. Namun bukan itu sebenarnya yang bisa didalami dari metode tafsir Ibnu Abbas. Ada metode lain selain tekstualitas dan kontekstualitas, yakni living kontinuitas.

Baca juga: Diskusi Hermeneutika dan Tafsir Al-Quran

Ibnu Abbas meski memiliki pengetahuan tentang uslub dan gramatikal bahasa Arab klasik, namun keberhasilannya membaca maksud penyampaian Nabi adalah karena keberhasilannya membaca sosok Nabi yang ia dapatkan dari kehidupan sehari-hari secara luar dan dalam. Tidak hanya kedekatan fisik, namun kedekatan rohaniyah.

Seperti seorang anak yang mendengar sebuah motor berhenti di depan rumah, maka anak itu akan tahu jika itu adalah bapaknya yang memiliki gaya dan kebiasaan tersendiri tiap harinya. Maka tafsir yang dilakukan oleh sahabat biasa dan sahabat khusus yang tiap hari di sisi Rasul tentu berbeda. Begitu halnya tafsir yang dirumuskan dan ditulis oleh ulama-ulama pada era yang dekat dengan kenabian akan berbeda dengan tafsir era sekarang.

*

Lalu apa kaitannya dengan realitas saat ini dan apa yang bisa kita ambil dari metode tafsir Ibnu Abbas?

Semua orang kini memiliki akses untuk tahu, mengenal, dan mengikuti kegiatan atau aktivitas orang lain. Dengan perkembangan dunia maya, semua informasi dapat keluar-masuk ke dan dari genggaman tangan kita.

Baca juga: Siapa yang Pantas Disebut Sebagai Mufassir?

Ketika profil dan perilaku seseorang telah berada pada dunia keterbukaan, maka tak dapat dihindari bahwa di antara kita ada yang menjadi “penafsir” yang menafsiri perilaku orang lain tanpa mengenal secara lebih dalam, bahkan mungkin ada pula yang sengaja mencari kesalahan untuk menghakimi.

Di dalam kondisi ini, perilaku Ibnu Abbas dalam menafsir mungkin perlu menjadi opsi, bahwa sehebat apapun metode tafsir tekstualitas dengan sebanyak apapun data, ternyata tidak selalu yang nampak adalah gambaran dari yang sebenarnya. []

 _ _ _ _ _ _ _ _ _

Bagaimana pendapat Anda tentang artikel ini? Apakah Anda menyukainya atau sebaliknya? Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom bawah ya! 

Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!


Like it? Share with your friends!

1
1 point

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
1
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
2
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
0
Wooow
Keren Keren
1
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
Muhammad Barir
Muhammad Barir, S.Th.I., M.Ag. adalah redaktur Artikula.id. Ia telah menulis beberapa karya, diantaranya adalah buku Tradisi Al Quran di Pesisir.

2 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals