Amar Makruf Nahi Mungkar Harus Dilakukan dengan Cara Makruf dan Lemah Lembut

Pelaksanaan amar makruf nahi mungkar dalam semua kondisi harus dilakukan dengan cara yang lembut3 min


1
1 point
Sumber gambar: muslim.or.id

Salah satu perintah Allah yang terkait dengan amar makruf nahi mungkar diabadikan dalam Âli ‘Imrân (3): 104. Menurut H. Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Buya Hamka), ayat tersebut menghendaki adanya sekelompok Muslim dalam kalangan umat Islam yang harus bergerak di bidang dakwah, yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan (amar makruf nahi mungkar) (Tafsir al-Azhar, jilid 2: 866).

Di sisi lain, sebagian ulama tafsir memahami perintah Âli ‘Imrân (3): 104 tersebut ditujukan kepada setiap Muslim agar melaksanakan tugas dakwah sesuai kemampuan masing-masing (M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 2, 2002: 173). Menurut Habib Quraish Shihab, apabila maksud dakwah di sini adalah dakwah yang sempurna, maka tentu hanya bisa dilakukan oleh sebagian Muslim yang memiliki kemampuan. Sebab, tidak mungkin setiap Muslim mampu melaksankan tugas dakwah yang sempurna tersebut (hlm. 173).

Dengan demikian, tugas dakwah yang sempurna ini bisa dilaksanakan oleh sebagian Muslim yang tergabung dalam satu kelompok tertentu. Dalam hal ini, ulama tafsir lain menyebutkan bahwa perintah Âli ‘Imrân (3): 104 itu ditujukan kepada sebagian Muslim yang mengandung dua macam perintah. Pertama, perintah kepada seluruh umat Islam agar membentuk kelompok khusus yang memiliki tugas melaksanakan dakwah; kedua, perintah kepada kelompok khusus tersebut agar berdakwah secara sungguh dan kontinu (hlm. 173).

Baca Juga: Amar Makruf Nahi Mungkar Kunci Menciptakan Masyarakat Ideal

Namun demikian, dalam praktiknya terkadang sebagian Muslim melaksanakan dakwah atau amar makruf nahi mungkar dengan kekasaran dan kekerasan. Makanya, tidak heran apabila ada kelompok minoritas dan tempat tertentu dipersekusi, diserang, dan di-sweeping atas nama dakwah atau amar makruf nahi mungkar. Bahkan terkadang kelompok Muslim ekstremis membunuh dan mengebom orang lain atas nama dakwah atau amar makruf nahi mungkar.

Semua Manusia Butuh Keramahan dan Kelembutan

Imam Ibn Kaśîr menyebutkan istilah “al-amr bi al-ma‘rûf wa an-nahy ‘an al-munkar bi al-ma‘rûf” (menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dengan kebaikan atau cara yang baik) sebagai bagian dari makna “wa qûlû li an-nâs ḥusnâ” (bertutur kata baik kepada sesama manusia secara lemah-lembut) dalam al-Baqarah (2): 83 (Tafsîr al-Qur’ân al-‘Aẓîm, 2000: 155).

Dahulu ketika para sahabat Imam Ibnu Mas‘ud melihat kebiasaan buruk suatu kaum yang tidak disukai, maka mereka berkata: “Kurangilah kebiasaan buruk kalian sedikit demi sedikit, semoga Allah merahmati kalian; kurangilah kebiasaan buruk kalian sedikit demi sedikit, semoga Allah merahmati kalian” (Ibnu Rajab, Jâmi‘ al-‘Ulûm wa al-Ḥikam fî Syarḥ Khamsîna Ḥadîśân min Jawâmi‘ al-Kalim, 2008: 709). Hal ini menandakan bahwa mereka lebih suka menggunakan kelembutan daripada kekerasan dalam menghadapi keburukan.

Menurut “Mawsû‘ah Naḍrah an-Na‘îm”, amar makruf nahi mungkar seharusnya dilaksanakan dengan cara lemah lembut. Sebab, cara ini (lemah lembut) lebih dekat untuk memperoleh apa yang dicita-citakan dalam amar makruf nahi mungkar (1998, III: 526). Menurut Imam Aḥmad bin Ḥanbal (tokoh utama mazhab Ḥanbalî), semua manusia membutuhkan keramahan dan kelembutan dalam melaksanakan amar makruf nahi mungkar, bukan kekasaran dan kekerasan. Berbeda apabila menghadapi seseorang yang secara nyata menyatakan diri sebagai fasik, maka dia tidak perlu dihormati (Jâmi‘ al-‘Ulûm wa al-Ḥikam, hlm. 709).

Oleh karena itu, Imam Ibnu Rajab menyebutkan bahwa pelaksanaan amar makruf nahi mungkar dalam semua kondisi harus dilakukan dengan cara yang lembut (hlm. 709). Hal senada juga disampaikan oleh Sayyid Muḥammad bin ‘Alawî al-Mâlikî. Menurutnya, kelembutan dan keramahan dan menjauhi kekasaran dan kekerasan adalah asas yang sangat utama bagi diterimanya sebuah kebenaran dan ketundukan terhadap kebenaran itu. Dalam hal ini, Rasulullah saw. bersabda bahwa kelembutan adalah hiasan sesuatu, dan sesuatu itu menjadi cacat jika kelembutan hilang darinya (at-Taḥżîr min al-Mujâzafah bi at-Takfîr, hlm. 102).

Baca Juga: Jihad Zaman Now

Makanya, Sayyid Muḥammad bin ‘Alawî al-Mâlikî menegaskan agar umat Islam menggunakan kelembutan dan keramahan dan menjauhi kekasaran dan kekerasan ketika melaksanakan amar makruf nahi mungkar dan menasihati orang lain. Selain itu, mereka juga harus menggunakan cara (siasat) yang lebih baik ketika melaksanakan amar makruf nahi mungkar (hlm. 102).

Dengan demikian, seorang pendakwah (baik habib, syarifah, kiai, ibu nyai, gus, ning, ustaz, ustazah, maupun cendekiawan) harus menggunakan kelembutan, keramahan, dan cara terbaik ketika melaksanakan amar makruf nahi mungkar (berdakwah). Sebab, penerimaan dan ketundukan seseorang terhadap kebenaran ajaran-ajaran agama (Islam) yang disampaikan oleh orang lain (pendakwah) sangat bergantung kepada kelembutan, keramahan, dan cara yang digunakan ketika menyampaikan dakwah tersebut. Dalam hal ini, Buya Hamka menegaskan bahwa dakwah dengan cara pemaksaan tidak akan berhasil, karena tidak akan mampu meluluhkan keyakinan orang lain (hlm. 3990). Wa Allâh A‘lam wa A‘lâ wa Aḥkam…

Editor: Ainu Rizqi
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂

Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!

Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini! 

Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!

 


Like it? Share with your friends!

1
1 point

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
0
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
0
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
0
Wooow
Keren Keren
0
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
Nasrullah Ainul Yaqin
Alumni Pascasarjana Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Kajian Maqasid dan Analisis Strategik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals
situs toto toto 4d toto 4d toto 4d idnslot slot88 toto 4d toto 4d togel viral dana toto scatter hitam