Islam Indonesia dan Vietnam Bermula dari Kerajaan Champa

Kerajaan Islam yang lahir pertama kali di Asia Tenggara adalah Champa. Kerajaan ini berada di Negara Vietnam.3 min


1
1 point

Ketika saya memasuki negara Vietnam, tepatnya Hanoi, nyaris tidak ada perbedaan antara Indonesia dan negera di Indochina ini. Tentunya jika dicari-cari juga tentu ada, yakni penduduknya adalah berkulit putih karena keturunan China. Persamaan yang ada  tidak saja waktunya yang tidak berbeda di antara keduanya juga kondisi alam, tradisi dan budaya yang ada. Demikian juga pada bagaimana kebiasaan keseharian dan suasananya di jalan raya.

Rasa penasaran saya selanjutnya adalah melihat tradisi Islam di negeri ini yang di kotanya hanya trdaat satu Masjid, yakni An Noor. Sehingga penelusuran kesejarahan diperlukan dalam hal ini. Upaya ini setidaknya merajut kembali tali silaturrahim di antara dua negara dan keturunannya sampai anak cucu nantinya.

Mulanya, kunjungan ini direncanakan ke Filipina, namun ada sesuatu hal maka pindah ke Vietnam. Sebuah negara yang perjalanan dari Yogyakarta dengan pesawat dapat transit dua kali yakni Jakarta dan Singapura yang kira-kira enam sampai tujuh jam perjalanan dengan pesawat. Terimakasih disampaikan kepada Rektor UIN Sunan Kalijaga dan LPM yang telah memperjalankan saya dalam kegiatan di Vietnam ini.

Kerajaan Islam yang lahir pertama kali di Asia Tenggara adalah Champa. Kerajaan ini berada di Negara Vietnam. Dalam bahasa negara tersebut kerajaan dikenal dengan Chiêm Thành yang sudah ada sejak abad kedua masehi. Namun, keberadaan kerjaan Islam tersebut sudah hilang dan musnah serta tidak ada peninggalan apapun yang dapat dilihat sebagaimana peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia atau negara lainnya di Asia Tenggara.

Keberadaan masyarakatnya sekarang masih dapat dijumpai di Cham Village. Mereka ini masih menggunakan Bahasa Cham dan sebuah masyarakat yang berasal dari Melayu Polynesia dan India. Daerah ini berada di Vietnam Selatan dan hampir berbatasan dengan Kamboja. Mereka di daerah sungai Mekong Propinsi An Giang tepatnya daerah Chau Dog. Daerah inilah yang merupakan jalur perdagangan dan sekaligus jalur Islamisasi wilayah Nusantara antara lain dengan pernikahan.

Dalam sejarahnya, ksistensi kerajaan Champa dimulai tahun 192 M. Asal mula  kerajaan tersebut adalah kerajaan Lin Yi yang beragama Hindu. Namun, seiring dengan penyebaran Islam antara abad ke 10 dan 11 masehi, kerajaan ini mulai terpengaruh dengan Islam. Hal tersebut setidaknya sebelumnya pernah menjadikan kerajaan beragama Budha tahun 875 M. Pada masa tersebut pemerintahan berada di Inderapura yang telah meninggalkan bangunan yang sangat bersejarah seperti candi-candi.

Pengaruh Islam di sana bermula dari sejumlah saudagar yang berasal dari India, Persia dan Pedagang Arab. Sehingga mereka mempengaruhi Raja Che Bong Nga yang diislamkan oleh Sayyid Husein. Hal tersebut menjadikan perubahan orientasi keberagaman masyarakat sebagaimana keberagamaan masyarakat tergantung pada rajanya. Hal tersebut sama halnya dengan Islam berkembang di Indonesia salah satunya asalah Islamnya raja kerajaan.

Setelah memeluk Islam raja tersebut berubah nama menjadi Raja Zainal Abidin. Beliau berkuasa 1360 dan wafat pada 1390 bersamaan dengan peperangan. Silsilah keluarga Champa ini menyambung juga ke kerajaan Chermin di Kelantan Malaysia. Ketika ibu kota kerajaan di Jiddah diserang maka dialihkan ke Champa 1467 M.

Hal yang menarik dalam perpindahan ini adalah melahirkan keterkaitan kekeluargaan dengan Walisongo. Hal tersebut adalah keluarga dari Kerajaan Malaysia Sultan Maulana Syarif bin Abdullah dengan nama asal Wan Bo Tri Tri menikah dengan Nyi Mas Rara Santang keturunan Prabu Siliwangi melahirkan Sunan Gunung Djati dan keluarga Champa dari Vietnam melahirkan Sunan Giri Gresik. Putri Candra Wulan ada versi lain bernama Darawati dari Champa menikah dengan Brawijaya V atau Ibrahim Zainuddin al-Akbar Asmarakandi. Atas dasar itulah tahun 1427 sampai 1428 imigran asal Vietnam Muslim sudah menuju daerah Majapahit. Di antara mereka adalah Sunan Ampel dan puteranya.

Berbeda dengan Islam di Indonesia yang tumbuh dan berkembang sampai sekarang, keturunan keduanya masih ada dan melahirkan ulama nusantara. Perpindahan ulama dari Champa inilah menjadikan Islam di Indonesia berkembang sampai sekarang. Situs puteri Champa masih dapat disaksikan dengan beragam versi baik di Gresik maupun di Mojokerto.

Keberadaan Islam di negara Vietnam ini tidak berlangsung lama. Hal inilah yang kemudian keberadaan Islam akhirnya hilang tanpa bekas di negeri Indochina ini. Akhirnya dalam tahun 1960 keberadaan masyarakat dari Champa ini sudah punah. Sehingga jika ditelusuri sekarang tidaklah ada ritus-ritus yang bersejarah yang ditemukan lagi. Demikian juga wisata yang dikunjungi para wisatawan, tidak satu pun dapat menelusurinya.

Kehancuran Kerajaan Champa dipicu oleh Bangsa Khmer yang dikenal dengan Kamboja. Negara tersebut telah bermusuhan sejak lama atau dalam istilahnya menjadi musuh bebuyutan. Hal tersebut dikarenakan mereka bangsa Khmer saling bermusuhan  dengan Champa. Setidaknya akibat peperangan tersebut, maka sering terjadi pemindahan ibu kota. Perpindahan ibu kota dari Inderapura ke Vijaya sejak tahun 982 M yang terus berlanjut sampai tahun 1145 dan beralih kembali pindah lagi ke Panduraga. Sehingga di tahun 1471 M mulailah kehancuran Champa. Pada saat itu, 60 ribuan masyarakat tewas dan sisanya banyak yang imigrasi ke Kamboja, Malaka, Aceh, dan wilayah lain seperti Sumatera.

Pengaruh kerajaan Chmpa ini juga sampai di Indonesia, yaitu di Kerajaan Kutai yang merupakan kerajaan pertama di Indonesia. Kerajaan tersebut dipimpin Raja Mulawarman yang merupakan cucu dari Kerajaan Champa yaitu Kudungga.

Selain itu, kerajaan Champa juga terkait dengan Sriwijaya Palembang yaitu abad ke delapan masehi. Pada saat itu, kerajaan Champa hadir di Indonesia melalui kerajaan Singosari pada masa Kertanegara yang mempunyai ekspedisi ke Champa. Sejarah inilah yang melahirkan perkawinan antara anak bangsa di kedua negeri yang menghasilkan ulama yang berjasa dalam kemerdekaan Indonesia.


Like it? Share with your friends!

1
1 point

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
1
Cakep
Kesal Kesal
1
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
4
Suka
Ngakak Ngakak
1
Ngakak
Wooow Wooow
0
Wooow
Keren Keren
1
Keren
Terkejut Terkejut
3
Terkejut
Dr. H. Muhammad Alfatih Suryadilaga, S.Ag. M.Ag. (alm.)
Almarhum Dr. H. Muhammad Alfatih Suryadilaga, S.Ag. M.Ag. adalah Wakil Dekan Bidang Akademik Fak. Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga (2020-2024). Beliau juga menjabat sebagai Ketua Asosasi Ilmu Hadis Indonesia (ASILHA) dan Ketua Yayasan Pondok Pesantren al-Amin Lamongan Jawa Timur. Karya tulisan bisa dilihat https://scholar.google.co.id/citations?user=JZMT7NkAAAAJ&hl=id.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals