“Qul inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi rabbil ‘alamin – Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup, dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan Pemelihara alam semesta.” (QS 6:162).
Ya Tuhan, anugerahilah kami rahmat dari hadirat-Mu dan berikanlah kepada kami dalam perkara kami jalan yang benar. (QS Al-Kahfi/18:10)
“Khairunnas anfa’uhum linnas – Sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (Rasulullah saw).
“Khairunnas man thala ‘umruhu wa hasuna ‘amaluhu wa syarrunnas man thala ‘umruhu was a`a ‘amaluhu – Sebaik-baik manusia ialah yang panjang umur dan dan baik amalnya, dan seburuk-buruk manusia ialah yang panjang umur dan buruk amalnya.” (Rasulullah saw).
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (Al-Baqarah/2:183).
Apabila para hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, jawablah, sungguh Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa kepada-Ku. (Al-Baqarah/2:186).
“Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni – Ya Allah, sungguh Engkau Maha Pemaaf, mencintai kemaafan, maka ampunilah aku.”
Puasa dengan qiyamullail, i’tikaf, dan shadaqah mengantarkan pada ketakwaan, ketaatan, kesungguhan beribadah, ikhlas, tobat, muraqabatullah, khauf, raja`, dan ridha.
Inti puasa ialah tazkiyatun nafsi, membersihkan jiwa dari segala kekurangan dan menjernihkan kalbu dari segala kekeruhan, serta menyiapkan diri menuju kesempurnaan insani.
Pengaruh puasa berbeda-beda menurut kadar kesungguhan dan kejujuran seseorang dalam menghadap Allah swt dan menangkap pesan Rasulullah saw.
Tiga peringkat puasa (juga shalat, zakat, haji, ilmu, iman, amal, akhlak): awam, khawash dan khawashul khawash. (Imam Al-Ghazali).
Puasa awam: menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri. Khawash: menahan diri plus amalan utama. Khawashul khawash: puasa para nabi dan orang shaleh.
“Sebaik-baik amalan menyongsong Ramadhan ialah memperbanyak istighfar. Sebab, dosa menghalangi taufiq Allah swt untuk ketaatan.” (Muhammad Mukhtar As-Syinqiti).
“Siapa yang menghiasi dirinya dengan banyak istighfar, Allah swt akan memudahkan rezeki dan urusan serta menjaga kekuatan jiwa dan raganya.” (Ibnu Katsir).
“Isilah doamu dengan permohonan maaf dan ampunan kepada Allah swt, niscaya semua keperluanmu akan dipenuhi tanpa engkau memintanya.” (Ibnu Qayyim Al-Jauziyah).
Doa menuntun usaha. Untuk setiap permohonan Tuhan menyiapkan kebaikan.
Para Nabi dan Rasul mengemban misi memerdekakan manusia dari kegelapan hidup menurut bahasa dan lingkungannya masing-masing.
Ulama pewaris ilmu, amanat, tanggung jawab, kepemimpinan, dan keteladanan para nabi.
Misi agama ialah memerdekakan manusia dari perbudakan dan membebaskan mereka dari kemiskinan, kebodohan, dan penderitaan, serta kesengsaraan hidup.
Masyarakat madani adalah masyarakat berkeadaban dan berkemajuan, dimulai dari keluarga, dilanjutkan pada lingkup RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, dan seterusnya.
Ciri utama masyarakat madani ialah amar ma’ruf, nahi munkar, iman kepada Tuhan swt dan amal shalih dalam segala aspek kehidupan menuju masyarakat ideal.
Kemungkaran, sekecil apa pun, bila dibiarkan akan meluas dan merepotkan semua orang dalam masyarakat dan perlahan-lahan akan menghancurkan.
Masyarakat ibarat sebuah kapal yang berlayar di lautan. Setiap penumpang bertanggung jawab atas keselamatan sampai tujuan.
Hal paling buruk yang menimpa umat adalah ketika suara kebenaran menjadi begitu rendah, sedangkan teriakan-teriakan kebatilan begitu tinggi. (Yusuf al-Qaradhawi)
Setiap agama memiliki nilai kasih sayang, persaudaraan, keadilan, kerja sama, tanggung jawab, perdamaian, dan toleransi serta menghargai keimanan agama lain.
Prinsip belas kasih di dalam jantung seluruh agama mengimbau kita untuk memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan.
Belas kasih menembus batas-batas politik, ideologi, dan agama sebagai jalan menuju pencerahan, menghapus penderitaan sesama manusia dan berlaku adil.
Pemimpin mendukung agama sebagai kekuatan untuk mewujudkan perdamaian dan mengembangkan peran konstruktif para pemeluknya.
Tiap bangsa mempunyai konsepsi, cita-cita, cara berjuang dan kepribadian sendiri yang terwujud dalam kebudayaannya, perekonomiannya, wataknya. (Bung Karno).
Tidak ada bangsa yang dapat mencapai kebesaran jika bangsa itu tidak percaya kepada sesuatu yang memiliki dimensi moral guna menopang peradaban besar. (John Gardner).
Negara melindungi dan mengembangkan kehidupan beragama, sedangkan agama memainkan peran publik berkaitan dengan penguatan etika sosial.
Peran agama dan Negara tidak perlu dipisahkan, melainkan dibedakan. Keduanya saling mengerti batas otoritas masing-masing, yakni toleransi kembar (twin tolerations).
Nilai-nilai kemanusiaan universal hukum Tuhan, hukum alam, dan sifat-sifat sosial manusia fundamen etika-politik kehidupan bernegara dalam pergaulan dunia.
Bangsa Indonesia mengakui dan memuliakan hak-hak dasar warga dan penduduk negeri dengan landasan etik sebagai prasayarat persaudaraan universal, yakni adil dan beradab.
“Jantung Al-Quran: Walyatalaththaf – Berlaku lemah lembutlah! (QS 18:19)
“Berhenti, tak ada tempat di jalan ini.
Sikap lamban berarti mati.
Siapa bergerak, dialah yang maju ke depan.
Siapa berhenti, sejenak sekali pun, pasti tergilas.”
(Mohammad Iqbal)
Kesadaran adalah matahari.
Kesabaran adalah bumi.
Keberanian menjadi cakrawala.
Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata.
(WS Rendra)
Hidup sekali, hidup yang berarti.
Satu teladan lebih berpengaruh daripada sepuluh nasihat.
Kejujuran, keadilan, dan kerendahan hati adalah mata uang yang laku di mana-mana.
Orang hebat ialah siapa saja yang mampu mengubah dirinya menjadi lebih baik.
Siapa yang mampu tapi tak mau ia telah merendahkan Tuhan.
Bunga melati tumbuh di taman, membuka hati bertambah teman.
Baca tulisan-tulisan Muhammad Chirzin lainnya: Kumpulan Tulisan Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag.
0 Comments