Kiaiku adalah Seorang Pengusaha

Kiaiku adalah seorang pengusaha yang menggunakan keutungan usahanya untuk menafkahi keluarga dan pondok5 min


Pendahuluan

Tulisan singkat ini akan menguraikan seorang tokoh bernama Kiai Haji Mohammad Baqir Adelan. Penulis tertarik untuk mengulas beliau karena kiaiku ini memilih jalan menjadi seorang pengusaha guna menghidupi keluarga dan mengembangkan pondoknya.

Penulis sebenarnya tidak memiliki kapasitas untuk bercerita panjang lebar tentang beliau, mengingat beliau wafat ketika penulis masih berusia belia tepatnya 7 tahunan.

Namun sejak kecil memang penulis telah banyak berinteraksi dengan beliau sebagai guru dari ayah penulis. Bahkan nama penulis adalah pemberian dari beliau. Ingatan semasa kecil tentang interaksi dengan beliau yang masih terngiang dalam benak adalah ketika momentum hari raya idul fitri 2005 pada saat itu sekitar tanggal 3 Syawal.

Ayah penulis mengajak keluarga untuk Kluputan ke ndalem beliau. Pada saat itu penulis yang masih kecil, ngiler dengan permen semacam lolipop yang berada di depan beliau. Atau lebih tepatnya berseberangan dari penulis.

Pada saat itu penulis hanya menggumam dalam hati dan sungkan untuk mengucapkannya. Tapi tak lama kemudian beliau mengambil toples permen tersebut dan beranjak dari duduknya. Kemudian beliau menghampiri penulis dan menawarkan permen tersebut. Penulis pun dengan malu-malu mengambil permen itu.

Pengalaman itu menjadi perjumpaan yang berkesan karena pada bulan Mei 2006 beliau kemudian wafat. Cerita tentang beliau banyak penulis dapatkan dari ayah dan guru-guru sewaktu bersekolah dan mencicipi mondok di yayasan milik beliau. Tepatnya saat menempuh jenjang pendidikan MTs dan MA.

Baca juga: Pesantren Sebagai Meeting Point

Biografi Singkat

Kiai Haji Mohammad Baqir Adlan lahir pada tanggal 30 Agustus 1934 di Desa Kranji, Paciran, Lamongan, Jawa Timur. Beliau adalah Putra ke-6 dari pasangan K.H. Adlan bin Abdul Qodir dan Nyai Hj. Sofiyah.

Sebagai anak yang terlahir di lingkungan pondok pesantren, beliau sejak masa kecil telah terbiasa untuk mengenyam pendidikan agama dari keluarga sendiri.

Pengembaraan ilmu yang beliau jalani mengantarkan kematangan intelektual serta perjumpaan dengan beberapa ulama masyhur. Beliau sempat mengaji langsung dari Kiai Amin yang merupakan paman beliau dan seorang pahlawan nasional, K.H. Bisyri Syansuri, dan K.H. Wahab Hasbullah.

Bibit dalam Diri Kiaiku untuk Menjadi Seorang Pengusaha

Sejak kecil, kiaiku yang merupakan seorang pengusaha ini telah memiliki jiwa wirausaha. Hal ini terbukti dari aktivitas beliau berjualan makanan ringan di depan asrama santri. Beliau menjalankan rutinitas tersebut tanpa rasa canggung, walaupun beliau adalah putra pengasuh pesantren.

Jiwa wirausaha ini kembali beliau tempa ketika mondok di Denanyar. Beliau yang kala itu nyantri, diberi ongkos orang tuanya untuk memnuhi kebutuhan di pondok. Namun uang itu beliau gunakan untuk modal jualan gabah.

Berkat keuletannya, beliau kemudian mengembangkan usahanya dengan menjual tembakau linting. Usaha ini beliau jalankan bersama kakaknya dan beliau cap Sapu Tangan. Dengan berkembangnya usaha beliau, orang tuanya tidak lagi kerepotan untuk ngirim uang selama mondok di Jombang.

Konon orang tua beliau hanya memberikan sangu ketika awal berangkat. Kemudian hari-hari selanjutnya hingga beliau selesai mondok, beliau mencari sendiri.

Awal Kiprah Beliau

Setelah pulang pada tahun 1958, karena abahnya meminta beliau untuk membantu mengurus pondok. Hari-hari beliau penuh kesibukan untuk fokus beraktivitas di Pondok Kranji dan juga berkiprah di masyarakat. Selain aktif dan juga mengurusi Nahdlatul Ulama.

Setelah enam tahun lamanya di rumah, tepatnya pada tahun 1964 beliau menikah dengan putri dari pamannya sendiri yang bernama Nyai Hj. Aminah.

Pada tahun 1976, abah  beliau K.H. Adlan berpulang yang kemudian mengharuskan beliau untuk meneruskan abahnya menjadi pengasuh ke empat (1976-2006[Wafat]) Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Lamongan. Sebelum pulang, beliau telah berkiprah untuk menjadi pengajar sekaligus pendakwah di Jombang.

Hal itu membuat tidak ada keraguan tetang kapasitas beliau untuk menggantikan abahnya. Selama kepemimpinannya, Yai Baqir telah membuat banyak perubahan.

Perubahan tersebut meliputi perbaikan sistem pengajaran di Pesantren Kranji. Selanjutnya, pendirian beberapa unit pendidikan mulai jenjang taman bermain hingga perguruan tinggi. Serta pembangunan fisik dan perluasan wilayah guna menunjang terlaksananya pembelajaran.

UD. Barokah Sejati

Sebagai bapak rumah tangga, dan pimpinan pesantren beliau kembali berpikir untuk membangun usaha guna menunjang posisi beliau. Akhirnya beliau mendapat modal dari mertua dan mendirikan UD. Barokah Sejati. Usaha tersebut bergerak dalam bidang jual beli kayu, meubel dan galangan kapal nelayan.

Awalnya usaha yang beliau rintis dikerjakan di halaman pondok. Mengingat halaman pondok yang luas, sehingga dapat menampung banyak kayu gelondongan untuk diolah maupun dijual kembali. Serta cukup untuk membuat galangan kapal nelayan ukuran kecil dan sedang.

Pegawai yang beliau pekerjakan meliputi santri dan masyarakat sekitar. Usaha yang beliau jalankan amat berkembang sehingga tidak hanya mampu membiayai keluarga, namun juga dapat menjadi penyokong pembangunan serta operasional pondok.

Tak heran, jika fasilitas pondok berkembang pesat. Seiring kemajuan usaha tersebut dan pondok yang juga semakin berkembang.

Perkembangan Usaha dan Relasi Masyarakat

Beliau kemudian membeli tanah di luar pondok untuk menjadi tempat usahanya.

Kemudian beliau memboyong usaha yang awalnya di dalam pondok menjadi di luar pondok. Berkat usaha yang beliau jalankan, menjadikan relasi pertemanan beliau sangat luas dan dapat mempererat hubungan dengan masyarakat sekitar terutama berkat galangan kapal.

Kedekatan ini mendobrak sekat antara pondok dan masyarakat sekitar yang notabene adalah masyarakat pesisir dengan klasifikasi abangan.

Selain itu, Yai Baqir adalah Kiai yang toleran dan mau beradaptasi secara perlahan dalam melakukan dakwahnya. Akhirnya banyak simpati yang beliau dapatkan dari masyarakat sekitar.

Kemandiri Pesantren

Menurut penuturan dari ustadz senior, Yai Baqir tidak menerima sumbangan dari pihak luar untuk urusan pembangunan pesantren.

Apalagi membuat proposal ke pemerintah atau pengusaha. Kemandirian yang ditanamkan oleh Yai Baqir membuat pondok dapat berjalan dengan baik dan tidak bergantung oleh pihak manapun.

Ini juga membuat tidak ada intervensi dalam pengelolaan pondok. Lebih-lebih, sebagai seorang yang wara’ beliau berkeyakinan bahwa dalam membangun pondok, harus dipastikan bahwa uang operasional dan pembangunan halal dan jelas juntrungan-nya.

Karena jika tercampur dengan uang yang tidak jelas asal-muasalnya, akan menimbulkan “tidak adanya keberkahan” dalam proses membangun pondok. Komitmen tersebut adalah bentuk kehati-hatian–bukan merupakan sikap suudhon–yang  tertanam dalam diri Yai Baqir. Tentu karena beliau merupakan seorang yang memiliki pemahaman keagamaan secara mendalam.

Hal-hal seperti ini amat penting bagi kalangan pondok pesantren, yang akhirnya membuat pondok memiliki spirit dan soul yang kuat untuk menciptakan “keberkahan” dalam proses pembelajaran . Atau bahasa lebih mudahnya ada poin plus bagi tempat, guru, dan diri seorang pencari ilmu akibat pengondisian ini.

Generasi Kedua Kiaiku yang Menjadi Seorang Pengusaha

Jiwa kewirausahaan yang tertanam dalam diri Yai Baqir, kemudian menurun ke putra-putri beliau, termasuk pemangku Pondok Kranji yang sekarang, yaitu Buya K.H. Nasrullah Baqir. Beliau dan saudara-saudaranya mengelola beberapa unit usaha di samping aktivitas utamanya sebagai seorang pengajar.

Baca juga: Benalu Proposal di Lingkungan Pesantren

Unit usaha yang beliau jalankan meliputi perkebunan jagung, ayam petelur, tambak udang fanami, dan meubel.

Semua unit usaha ini berjalan sebagai sumber kebutuhan dari keluarga ndalem Pondok Kranji. Selain itu, beberapa persen dari keuntungan masuk untuk membantu operasional pondok terutama pembangunan yang semakin hari semakin masif. Mengingat kebutuhan lembaga pendidikan yang kian hari, kian kompleks guna menunjang aktivitas para santri.

Pentingnya Meneladani Kiaiku yang Seorang Pengusaha

Penanaman jiwa kewirausahaan seperti ini penting, agar sebagai seorang individu dapat hidup mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain. Menjadi pegawai atau buruh sekalipun, terkadang membuat orang terhambat dari kemandirian dan kebebasan.

Bayang-bayang intervensi selalu ada dan mengintai, karena ada peraturan yang mengikat. Terlebih menjadi seorang pengajar dan pelayan masyarakat, perlu terlebih dahulu memenuhi kebutuhan dasar kehidupannya dan keluarga.

Agar dalam menjalankan laku pengajaran dan pengabdian dapat dengan penuh ketulusan serta ketenangan. Karena tidak ada tanggungan yang memecah konsentrasi. Lebih-lebih, orientasi dalam pembelajaran dan pengabdian masyarakat dapat bergeser ke arah material.

Sebenarnya sah saja, namun akan mengurangi semangat, keseriusan dan kesepenuh hatian dalam berbagi ilmu, dan melakukan pengabdian ke masyarakat. Kondisi ini akan berpengaruh pada hasil dari pekerjaanya.

Begitulah pelajaran dari guru-guru terdahulu, walaupun terkadang seorang pengajar termasuk kiai, ustadz, dan guru juga mendapatkan sedekah dari wali santrinya dan masyarakat. Namun semua itu tidak menjadikan pengajar memiliki alasan untuk tidak berusaha dan mencari nafkah.

Kita masih lumrah menjumpai para ustadz dan kiai di pasar, sawah dan tempat-tempat lainnya. Karena mereka juga ingin mencari rezeki dengan usaha mereka sendiri.

Referensi

M. Zaid Su’di, dkk., “Sejarah Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan”, (Penelitian Alumni Pondok Kranji di Yogyakarta, 2015).

Cerita dari Ayah penulis dan para asatidz Pesantren Kranji.

Editor : Sukma Wahyuni

_ _ _ _ _ _ _ _ _
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂

Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!

Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini! 

Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!


Like it? Share with your friends!

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
0
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
0
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
0
Wooow
Keren Keren
0
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
Ahmad Mufarrih El Mubarok
Tim Redaksi Artikula.id | Penggiat group diskusi The Aurora Institute.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals