Wabah korona (Covid-19) yang menjadi sebab adanya himbauan Work from Home (WfH) hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat nyaris seluruh masjid di Indonesia lumpuh, salat jumat dilarang, pengajian dibubarkan. Meski adzan tetap berkumandang, tak sedikit muadzin yang setelah adzan langsung pergi karena menghindari jamaah di masjid, bahkan ada pula masjid yang digembok aparat keamanan. Walaupun masih ada pula masjid di daerah-daerah yang tidak terpengaruh dan beraktifitas seperti biasa karena merasa kondisi masih aman.
Dalam keadaan seperti demikian, hendaknya tidak membuat Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) kehilangan program dalam syiar Islam. Jika lembaga pendidikan hingga perkantoran mulai menyesuaikan diri dengan cara belajar dan bekerja via online, baik youtube, zoom, skype dan lainnya. Hendaknya DKM masjid pun berusaha menyesuaikan juga syiar Islam dengan teknologi, agar pelayanan masjid kepada umat di sekitarnya tetap terasa, peraturan pemerintah dan himbauan MUI dijalankan, tetapi pelayanan umat juga tetap berjalan.
Baca juga: Masjid Dan Keniscayaan Perubahan Tatakelola
Mengukur dari jamaah masjid yang kebanyakan orang berumur (manula) yang mungkin gagap teknologi sama sekali tidak menjadi alasan. Justru keterpaksaan akan sesuatu membuat manusia segera menyesuaikan diri. Di sisi lain, para milenial yang memang akrab dengan teknologi akan mendapatkan alternatif dalam mengisi waktunya di rumah, mungkin selama ini malas ke masjid kini masjid datang ke rumah dan masuk ke kamar-kamar masyarakat.
Selain itu, para narasumber yang juga biasa mengisi di masjid harus segera beradaptasi dengan keadaan, memaksimalkan teknologi dalam berdakwah, itulah tanda sensitifitas da’i dengan keadaan. Mungkin banyak da’i yang tidak bisa berbuat banyak dengan hartanya dalam masalah korona ini, tetapi seharusnya tidak kehilangan cara dalam melayani umat, di sinilah sinkronisasi da’i dan masjid, berkolaborasi untuk tetap melayani umat, karena umat setiap saat butuh konsumsi batin agar sehat ruhnya.
Baca juga: Ijtihad Kolektif di Akar Rumput yang Mendebarkan
Masjid bisa men-syiar-kan pengajian misalnya dengan layar besar dan speaker yang jelas serta bisa disaksikan dan didengarkan dari seluruh sudut ruangan, sehingga physical distancing tetap dipatuhi meski ada pengajian di masjid. Intinya, ada kemauan pasti ada jalan, lemah kemauan pasti banyak alasan. Dengan program ini pula, kiranya para dermawan yang rutin berinfaq ke masjid merasakan betul infaqnya selalu dimanfaatkan dengan maksimal.
Melihat pembangunan dan renovasi masjid yang jor-joran, serta semangat meminta sumbangan di jalan-jalan yang jumlahnya tak sedikit seharusnya sebanding pula dengan semangat pembaharuan dan penyesuaian pelayanan kepada umat.
Baca juga: Covid-19 dan Tantangan Masyarakat Muslim Indonesia
Artinya, masjid peka terhadap keadaan, bukan takluk. Apalagi beberapa hari ke depan umat Islam akan menyambut Ramadhan, jangan sampai masjid menampakkan ketidakseriusannya dalam menjalani program syiar, dan mempertontonkan kelemahan semangatnya di balik kekohohan dan kemegahan bangunannya. []
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Bagaimana pendapat Anda tentang artikel ini? Apakah Anda menyukai nya atau sebaliknya? Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom bawah ya!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!
0 Comments