Al-Qur’an dalam Dua Dimensi

Pada dasarnya, Alquran akan memunculkan beragam makna pada setiap masyarakat yang berinteraksi dengannya.3 min


4
1 share, 4 points

Alquran sebagai sebuah kitab suci memiliki posisi paling sentral sebagai sebuah inspirasi, panduan kehidupan yang tidak akan pernah kering untuk terus dikaji.

Kajian terhadap Alquran dalam upaya mewujudkan sebuah panduan hidup, mengalami proses yang cukup panjang dalam sejarah perkembangan tafsir, yang terhitung sejak masa formalisme Islam sampai kepada masa kontemporer.

Masa formalisme Islam dimulai ketika Alquran diturunkan, Nabi Muhammad merupakan rujukan utama dalam proses penjelasan makna Alquran. Adapun penjelasannya meliputi ayat-ayat yang sekiranya sangat sulit untuk dimengerti oleh para sahabat.

Setelah wafat, otoritas penafsiran bergantung terhadap para sahabat dan hadits Nabi Muhammad dalam menyelesaikan suatu permasalahan dan terus berkembang seiring dengan dinamika perkembangan zaman yang menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Interpretasi Alquran dalam kehidupan sehari-hari merupakan upaya umat Islam dalam memahami maksud Ilahi yang tidak bisa dipahami sama dari waktu ke waktu. Dengan kata lain, Alquran harus dipahami secara variatif selaras dengan kebutuhan umat Islam sebagai konsumen utamanya.

Paham mengenai al-Qur’an memiliki keterkaitan yang kuat dengan setiap peristiwa melingkupi proses diturunkannya al-Qur’an dan makna kandungan di dalam al-Qur’an itu sendiri. Keterkaitan dua hal tersebutlah yang kemudian membuka kemungkinan baru akan berkembangnya berbagai varian pemaknaan.

Pola-pola pemaknaan yang hadir setidaknya menjadi bukti bahwa Alquran bukan sekadar proses religious semata, melainkan suatu praktik budaya yang mana di dalamnya terjadi sebuah proses interaksi, respons, dan pergulatan intens dengan problem sosial, budaya, politik yang sedang dihadapi oleh umat Islam.

Oleh sebab itulah kemudian Alquran terkadang dimaknai melalui dimensi yang rasional (akal), akan tetapi juga tidak jarang Alquran justru dimaknai melalui dimensi irasional (mistis).

Bagi umat Islam yang hidup di era yang serba berkemajuan seperti sekarang ini, tentunya memerlukan sebuah jawaban dari kegelisahan akan kehidupan di dunia ini. Mulai dari menuntaskan kemiskinan, sampai memberi keadilan.

Dalam konteks yang semakin kompleks, Alquran hadir dan dimaknai dalam dimensi yang rasional. Logika yang muncul adalah apabila tidak sesuai dengan apa yang diuntungkan dan masuk di akal pikiran, mereka cenderung akan menolaknya.

Dalam satu kesempatan, tentunya kita sangat mengenal istilah yang sangat familiar dari salah satu surat dalam Alquran yakni Allah tidak akan mengubah suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya (QS. Ar-Ra’du: 11).

Sebagian masyarakat yang menganut dimensi rasional, tentunya ayat ini sangat menentukan dalam pola berfikirnya untuk maju. Kemiskinan tidak akan berubah menjadi kekayaan kalau pola berfikir hanya dalam koridor menerima takdir Tuhan tanpa disertai usaha dari individunya sendiri.

“Tentunya kalau tidak kerja ya tidak akan kaya,” kira-kira begitulah logika berfikir masyarakat yang menghadirkan dimensi rasional dalam Alquran.

Dalam hal lain, satu bentuk ekspresi rasional yang dimunculkan masyarakat modern yakni dengan kesalehan sosial. Proses terbentuknya kesalehan sosial sendiri dapat diidentifikasi dari pola kehidupan masyarakat yang mengkolaborasikan nilai-nilai spiritual dengan nilai-nilai material dalam melaksanakan ritual keagamaan.

Kesalehan sosial dalam bingkai masyarakat modern merupakan bentuk interaksi dengan Alquran yang dijadikan sebagai pedoman spiritual sebagai upaya mendekatkan diri dengan Allah SWT. Sementara itu, material merupakan alat yang digunakan sebagai penunjang spiritual.

Dengan begitu, ayat-ayat Alquran menjadi hidup di tengah-tengah masyarakat, namun hanya sebatas bacaan dan persepsi. Hal kemudian menjadikan terkurungnya makna subtansial yang terkandung dalam Alquran ketika mengalami  proses penafsiran.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan ruang keagamaan Islam Jawa yang mayoritas masih memegang tradisi ke-tradisionalannya. Di sini Alquran memiliki kecenderungan dimaknai melalui dimensi irasional. Mulai dari penggunaan Alquran dalam berbagai macam upacara keagaman hingga azimat pengusir makhluk yang tak kasat mata.

Kemampuan merapalkan ayat-ayat Alquran ke dalam rangkaian mantra yang dimiliki orang Jawa merupakan suatu hal yang sangat istimewa. Bahkan sebagian besar masyarakat Jawa mempercayai dimensi irasional merupakan sebuah budaya yang sudah turun-menurun.

Meskipun sebagian masyarakat tradisonal Jawa belum mampu melafalkan Alquran secara fasih, akan tetapi pada bagian tertentu, justru mereka mampu menghafalkan ayat-ayat dalam Alquran.

Sebagai contohnya, kita dapat melihat dalam rangkaian pengusiran makhluk halus dengan merapalkan Ayat Kursi, beragam tulisan ayat Alquran dalam sebuah kertas yang ditempelkan di atas pintu rumah sebagai bentuk perlindungan agar rumah senantiasa terhindar dari segala bentuk kejahatan.

Gambaran di atas membuktikan bahwa, Alquran sebagai kitab petunjuk kehidupan dunia dan akhirat, mampu menjawab segala kebutuhan baik dalam dimensi rasional maupun irasionalnya. Penggunaan dimensi rasional dan irasional tentunya harus didasarkan pada keyakinan bahwa pada dasarnya, sebuah keputusan pada akhirnya Tuhan yang akan menentukannya. Selain itu, pengetahuan akan keilmuan yang berhubungan sangat dibutuhkan untuk menyeimbangkannya.

Kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya mengenai beragam pemaknaan yang dimunculkan. Sebab, Alquran sebagai panduan hidup telah melahirkan berbagai macam pemaknaan yang beraneka ragam pada setiap individu yang berinteraksi dengannya.

 _ _ _ _ _ _ _ _ _
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂

Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!

Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini! 

Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!


Like it? Share with your friends!

4
1 share, 4 points

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
2
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
5
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
4
Wooow
Keren Keren
1
Keren
Terkejut Terkejut
2
Terkejut
Muhammad Arman
semua bisa dilakukan asal ada kemauan, dan semua tidak bisa dilakukan kalau tidak ada kemauan Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran, Yogyakarta

One Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals