Moderasi, sikap pertengahan, adalah salah satu prinsip dan sikap hidup umat yang dituntunkan Allah swt dalam Al-Quran. Mereka adalah umat yang terbaik dan pilihan, yakni pertengahan, moderat, istiqamah, dan menjadi teladan, serta menjadi saksi atas perbuatan manusia, yang benar maupun yang salah.
Allah swt berfirman dalam Al-Quran,
Demikianlah Kami jadikan kamu suatu umat pertengahan, moderat, supaya kamu menjadi saksi atas segenap manusia, dan Rasul pun menjadi saksi atas kamu. Dan Kami jadikan kiblat yang sekarang hanyalah untuk menguji siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelakangi iman. (QS 2:143).
Karakter ummatan wasatha antara lain: (1) tidak formalistik dalam beragama dan tidak mencampuradukkan antara keagamaan dan kepentingan lain; (2) tidak memiliki arogansi kelompok sebagaimana golongan lain yang sama-sama mengaku sebagai penerus Nabi Ibrahim; (3) pasrah diri dan tunduk kepada Allah swt; (4) berjiwa besar yang diteladankan Rasulullah saw dengan kesiapan menghadapi perbedaan, membaurkan diri dalam komunitas beragam, dan memilah mana yang substansial, serta mampu menempatkan diri secara proporsional dalam komunitasnya.
Al-Quran menuntunkan moderasi dalam mengelola harta sebagai berikut.
Janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu ke lehermu (kikir) dan jangan pula engkau terlalu mengulurkannya secara berlebih-lebihan, karena itu menjadikan kamu tercela oleh dirimu sendiri atau orang lain dan menyesal tidak mempunyai kemampuan karena telah kehabisan harta. (QS 17:29).
Para hamba Allah Yang Maha Pengasih adalah orang-orang yang selalu berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan. Orang-orang yang memasuki malam hari untuk beribadah kepada Allah dengan bersujud dan berdiri. Orang-orang yang berdoa, “Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya adalah kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Orang-orang yang apabila membelanjakan harta tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir; pembelanjaan mereka adalah pertengahan antara keduanya. (QS 25:63-67).
Tidak ada yang beriman kepada Musa selain anak keturunan dari kaumnya disertai rasa takut bahwa Firaun dan lara pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Firaun benar-benar sewenang-wenang di bumi. Sesungguhnya dia benar-benar termasuk orang-orang yang melampaui batas. (QS 10:83).
Dalam hal makan dan minum Al-Quran mengingatkan agar orang tidak berlebih-lebihan pula. Dalam hal makan dan minum, janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.
Wahai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap memasuki mesjid, makan, dan minumlah, serta janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan dalam segala hal. (QS 7:31).
Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa bentuk dan warnanya dan tidak sama rasanya. Makanlah sebagian buahnya bila ia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya dengan bersedekah kepada yang butuh; dan janganlah kamu berlebih-lebihan dalam segala hal. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (QS 6:141).
Rasulullah saw bersabda,
“Tetaplah lakukan amar makruf nahi mungkar. Ketika engkau menyaksikan kekikiran merajalela, hawa nafsu dituruti, dunia didahulukan, dan setiap orang yang berpendapat merasa sombong dan ‘ujub dengan pendapatnya, tanpa kendali Al-Quran dan Sunah, maka jagalah dirimu dari kemaksiatan dan tinggalkan orang kebanyakan. Di hadapanmu ada hari-hari yang perlu disongsong. Saat itu kesabaran teramat berat, seperti menggenggam bara api di tangan. Yang teguh dalam beramal akan memperoleh ganjaran sebanyak pahala 50 orang yang melakukan kebaikan itu.” (HR Tirmidzi).
Pesan-pesan Luqman kepada putranya perihal kebersahajaan hidup yang identic dengan moderasi diabadikan dalam Al-Quran sebagai berikut,
Luqman berkata, “Hai anakku, kalau perbuatan baik dan buruk itu hanya sebesar biji sawi dan tersembunyi di dalam batu, Allah akan mengeluarkannya. Allah Maha Lembut, Maha Tahu.Hai anakku, dirikanlah shalat, suruh orang berbuat baik dan cegah perbuatan mungkar, sabarlah atas segala yang menimpa dirimu, sebab itulah soal yang penting. Janganlah menggembungkan pipimu pada orang, dan janganlah berjalan di muka bumi dengan congkak. Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.Sederhanakanlah dalam berjalan dan rendahkanlah suaramu, sebab suara yang terburuk ialah suara keledai. (QS 31:16-19).
Dalam ayat yang lain Allah swt berfirman,
Setiap umat mempunyai tujuan, ke sanalah Ia mengarahkannya. Maka berlombalah kamu dalam mengejar kebajikan. Di mana pun kamu berada, Allah akan menghimpun kamu, karena Allah berkuasa atas segalanya. (QS 2:148).
Berlomba-lomba dalam meraih kebajikan, berpacu menuju titik kemenangan, tanpa menjatuhkan kawan maupun lawan. Selalu berpedoman pada tuntunan Allah swt dan Rasul-Nya. Mencegah kemungkaran pun harus dengan cara yang makruf, santun, dan elegan.
Baca tulisan-tulisan Muhammad Chirzin lainnya: Kumpulan Tulisan Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag.
One Comment