Menjadi Guru Sepanjang Waktu

Ath-thariqatu ahammu minal maddah. Wal mudarrisu ahammu minath-thariqah – metode lebih penting daripada materi, dan guru lebih penting daripada metode. 2 min


3
5 shares, 3 points

Mengajar adalah profesi yang paling mulia; pelayanan kemanusiaan dan peradaban. Guru adalah profesi yang paling berpengaruh di dunia. Tanpa guru, tidak akan ada profesi yang lain. Mereka pahlawan bangsa. Cobalah mengelola sebuah sekolah tanpa guru. Kita sepatutnya merasa bangga bahwa kita adalah guru.

Inti pendidikan adalah guru yang mengajar di dalam kelas. Banyak orang yang percaya bahwa dengan berfokus pada teknologi, belajar jarak jauh akan dapat menggantikan guru kelas. Namun kita akan selalu membutuhkan sentuhan manusiawi seorang guru di dalam kelas. Ath-thariqatu ahammu minal maddah. Wal mudarrisu ahammu minath-thariqah – metode lebih penting daripada materi, dan guru lebih penting daripada metode.

Mengajar berarti meninggalkan warisan untuk planet ini. Pengajar membuat perbedaan yang nyata untuk nasib masa depan dunia ini. Mengajar menyentuh keabadian. Kita tidak akan pernah tahu berapa banyak kehidupan murid yang telah kita ubah dengan rasa tanggung jawab dan kegembiraan yang kita miliki atas kehidupan.

Mengajar adalah belajar, oleh sebab itu sangat menyenangkan. Ketika kita dapat membagi hal-hal yang kita ketahui, kita akan merasakan sesuatu yang luar biasa. Mengajar adalah fokus utama dunia guru. Ia merasa damai di dalam kelas dan terpanggil untuk mengajar. Ia tidak bisa membayangkan berhenti mengajar sama sekali.

Guru membantu murid mendapatkan pengalaman belajar paling baik dalam hidup. Bagi setiap guru mengajar mestinya bukanlah suatu pekerjaan, melainkan kehidupan. Guru membantu murid membangun kemampuan menulis yang didukung kebiasaan membaca karya ilmiah dengan baik. Tugas guru ialah membantu murid menemukan rencana Tuhan untuk maju.

Tanda cinta guru kepada murid adalah menyusun buku untuk mereka agar dapat menciptakan rasa begitu haus akan pengetahuan dan memberikan panduan untuk memenuhi dahaga; merangsang murid untuk belajar dengan baik dan benar sehingga terobsesi untuk bisa menulis seperti gurunya. “Kebanggaan guru paling besar ialah jika salah seorang muridnya mengungguli dirinya.” (Nietszche).

Seorang guru diharapkan mempunyai kemampuan menuangkan pemikiran berupa buku. Setiap guru patut merenungkan pesan Benjamin Franklin, “Jika engkau ingin tidak dilupakan orang segera setelah meninggal dunia, maka lakukanlah sesuatu yang patut diabadikan dalam tulisan atau tulislah sesuatu yang patut dibaca.”

Menulis buku adalah bagian dari tradisi akademik, aktivitas yang diabdikan untuk pengembangan pengetahuan baru dan pencarian kebenaran yang dilakukan secara terus-menerus, serta penjagaan khazanah pengetahuan dari berbagai pemalsuan.

Katakanlah, “Bekerjalah demi kebaikan; Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman akan melihat pekerjaanmu. Kemudian kamu dikembalikan kepada Yang Mahatahu segala yang gaib dan yang nyata; lalu diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS 9:105).

Sosok guru niscaya patut digugu lan ditiru; shalatnya, berbicaranya, kepemimpinannya, mengajarnya, tindak-tanduknya dalam 24 jam sehari-semalam, dan disiplin waktu seperti jam berjalan yang berputar sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Guru memberikan teladan dalam hal menghebatkan diri dengan melalui banyak belajar dan membaca, menjadi fasilitator yang melayani, membimbing, membina, dan mengusung peserta didik menuju gerbang keberhasilan. Satu-satunya yang dapat mengubah nasib suatu bangsa hanyalah pendidikan.

Guru menginisiasi murid, “Apa yang kamu lihat, apa yang kamu dengan, dan apa yang kamu rasakan, serta kamu lakukan di sekolah adalah pendidikan.” Ia pun mempraktikkan dan memegang teguh pesan Ki Hajar Dewantara, pendiri Taman Siswa, “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

Guru tidak membatasi pendidikan hanya terbatas pada rutinitas di kelas semata, akan tetapi memberikan makna yang lebih luas, dan itulah makna pendidikan yang sesungguhnya. Guru mendidik murid belajar bagaimana berpikir; belajar bagaimana melakukan; belajar bagaimana menjadi; belajar bagaimana belajar; belajar bagaimana hidup bersama – Learning how to think; learning how to do; learning how to be;  learning how to learn; learning how to live together.

Guru menekankan keikhlasan sebagai fondasi utama pendidikan. Itulah yang dilakukan dengan lisan, tangan dan kaki; hati, pikiran dan perasaan dalam totalitas kehidupan.

Guru Berbenah

Guru berbenah guru bertuah
Guru serakah guru bersalah
Guru ibadah guru berkah
Guru shalihah guru sakinah.

Guru tawakal guru berbekal
Guru sakral guru berakal
Guru nakal guru binal
Guru aral guru batal.

(M. Dawam Saleh)

Baca tulisan-tulisan Muhammad Chirzin lainnya: Kumpulan Tulisan Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag.


Like it? Share with your friends!

3
5 shares, 3 points

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
3
Cakep
Kesal Kesal
1
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
1
Tidak Suka
Suka Suka
8
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
0
Wooow
Keren Keren
3
Keren
Terkejut Terkejut
1
Terkejut
Muhammad Chirzin
Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag. adalah guru besar Tafsir Al-Qur'an UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Anggota Tim Revisi Terjemah al-Qur'an (Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur'an) Badan Litbang Kementrian Agama RI.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals