Dekonstruksi Tatanan Nilai: Upaya Purifikasi Misi Kehidupan

Adakalanya nilai profetik; jujur, amanah, kepercayaan dan cerdas dalam segala aspek kehidupan lebih berharga daripada nilai yang melekat pada uang.5 min


3
3 points
Anda Sebenarnya Sangat Kaya Hanya Anda Belum Menyadarinya
Ilustrasi: Anda Sebenarnya Sangat Kaya Hanya Anda Belum Menyadarinya | Edited by DK (amazon/shutterstock)

Kurang lebih berselang tiga bulan, setelah saya berhasil mengkhatamkan buku “Ayahmu Bulan, Engkau Matahari (Kumpulan Cerpen)” karya Lily Yulianti Farid, saya kemudian tertarik menggauli buku lain, yang kali ini merupakan garapan Steve Henry dengan judul, “Anda Sebenarnya Sangat Kaya, Hanya Anda Belum Menyadarinya”.

Salah satu buku terbitan PT. Ufuk Publishing House ini diterjemahkan oleh Nadia Alwi dari judul aslinya, “You are Really Rich You Just Don’t Know It”, buah tangan Bestseller Change The World for a Fiver dari Steve Henry.

Dalam buku tersebut tidak ada jejak biografi penulis yang tercantum di bagian belakang, seperti khalayak keumumannya. Nama penulis hanya tercantum di bagain sampul dan katalog buku. Sementara Wikipedia menyebutkan Steve Henry sebagai seorang dokter dan peneliti yang berkewarganegaraan Amerika serikat.

Bentuk buku ini persis layaknya suatu majalah; berwarna, bergambar dan menyodorkan bahasa reflektif. Terlebih lagi, dalam setiap topik diimbuhi nominal angka sebagai bahan pertimbangan.

Pertimbangan untuk apa? Pertimbangan pembaca atas berbagai hal -aktivitas keseharian- yang mungkin dianggap lumrah dan disepelekan begitu saja.

Kurang lebih buku ini memiliki ketebalan, 128 halaman. Kertas yang digunakan pun berbahan tebal, kertas kaku yang biasa digunakan untuk mencetak majalah. Bahkan setiap topik pembahasan memiliki warna dan gambar khas tersendiri. Jelas, wujudnya tidak seperti buku pada umumnya, yang berbahan dasar kertas kuning ataupun putih yang transparan.

Sementara tatkala menyoal tentang isi, semua runtutan topik memotret rutinitas kehidupan monoton yang khalayak manusia lakukan. Beberapa topik pembahasan ada yang berpijak pada kecenderungan profesi yang digeluti penulis, sedangkan sisanya yang lain banyak berbicara tentang  proses panjang kehidupan yang bersangkutpaut langsung dengan pertautan eksistensi nilai.

Secara keseluruhan terdapat 59 topik refleksi yang disodorkan kepada pembaca. Jika, diteleti lebih dalam, semua topik tersebut tak ayalnya mewujud catatan malaikat Rakib dan Atid, yang banyak melaporkan setiap gerak-gerik aktivitas manusia dalam keseharian.

Perbedaan mendasar di antara keduanya hanya terletak pada kesimpulan akhir, jika catatan malaikat Rakib dan Atid itu dijadikan sebagai bahan untuk penghisaban di Yaumul Mizan,  maka di sini Steve Henry lebih memilih bertanya kepada pembaca, sembari menyodorkan angka hasil penelitiannya di Inggris sebagai bahan “muhasabah” bagi setiap pribadi yang membaca.

Misalnya saja topik yang determinan dipotret dari sudut kesehatan, dengan judul kesehatan; penulis menegaskan, “salah satu ketakutan terbesar kita adalah penyakit. Tapi, dalam 95% kehidupan kita, bisa jadi kita sangat sehat. Jadi, nikmatilah kesehatan itu. Berapa nilainya? Jika Anda sehat, berbahagialah, karena nilainya mencapai Rp. 2.501.157.650”, (hlm. 96).

Baca juga: Jurus Sehat Rasulullah (JSR), Benarkah?

Pada tempat yang lain, ada pula topik yang membahas tentang berjalan-jalan di taman. Penulis menegaskan;

“lakukanlah peregangan, biar udara mengisi paru-paru Anda. Angkat dagu Anda dan tataplah langit. Amati pengendara sepeda, hewan peliharaan yang sedang diajak jalan-jalan di empunya, penyendiri yang tampak aneh, dan mereka yang sedang berolahraga. Melangkahlah dan nikmati semua itu…

…Hanya saja, cukup pandangi segala keanehan yang Anda temukan di sana. Jangan sampai terbawa. Jadi, berapa nilainya? Meski ada kemungkinan sepatu Anda menginjak kotoran hewan, jalan-jalan di taman bisa membuat Anda lebih kaya sebanyak, Rp. 651.046.950″, (hlm. 39).

Sedangkan topik yang determinan memotret aktivitas lain, di antaranya; tulisan yang berjudul “Bacaan” misalnya.  Di sana penulis menyebutkan; 

“kita bisa lupa waktu karena membaca. Buku yang Anda baca bisa jadi merupakan suara-suara di dalam kepala Anda sendiri, memandu Anda, membuat Anda senang, dan menyakinkan Anda tentang jalur kehidupan yang penuh liku. Namun, siapapun penulis kesayangan Anda, waktu yang Anda sisihkan untuk membaca adalah waktu yang Anda habiskan untuk memperkaya diri. Jadi, berapa nilainya? Anda baru saja membukukan Rp. 743.191.000 ke dalam ‘rekening’ Anda”, (hlm. 61-62).

Baca juga: Waktu Terlalu Berharga untuk Dihargai

Di lain halaman, penulis juga menutup pembahasan tentang menghabiskan waktu dengan teman-teman, melalui pertanyaan; jadi, berapa nilai pertemanan? Nilainya adalah Rp. 876.095.600. Penulis juga membuat pertanyaan yang unik terkait waktu untuk diri sendiri; jadi, berapa nilainya? Jika Anda sempat memiliki waktu untuk diri sendiri belakang ini, Anda lebih kaya Rp. 1.115.728.300. Tapi, simpan untuk Anda sendiri.

Namun dari 59 topik itu saya tertarik dengan salah satu pembahasan yang berjudul, “melewatkan waktu bersama keluarga”. Di sana penulis sedikit menyinggung tentang bagaimana Albert Einstein menemukan rumus teori relativitas. E sama dengan MC kuadrat, tidak lain adalah bentuk penyederhanaan; E di sini adalah Bibi Ethel, yang selalu brilian. Namun, ia diseimbangkan oleh MC kaudrat, sepupu-sepupu yang telah menikah, dan menyebalkan.

Dari kisah ini, penulis seolah-olah hendak menegaskan, “ide itu barang mahal!”. Di mana ide itu bisa jadi muncul dari aktivitas keseharian yang sangat mungkin adalah wujud ketidaksengajaan. Layaknya, teori gravitasi Newton yang terilhami dari buah Apel yang jatuh.

Jadi, secara sederhana, isi buku ini adalah bentuk simplifikasi dari hasil riset Steve di Inggris? Ya betul. Dalam pembukaan, Steve menegaskan bahwa buku ini lahir sebagai wujud pemberontakan atas objektivitas sang subjek (red; manusia) dalam tatanan sistem krisis akan nilai, utamanya uang.

Manusia yang melulu jatuh hati dan ketergantungan atas kepemilikan uang. Bahkan karena nilai objektivitas yang melekat pada uang itu manusia seringkali dilanda keputusasaan, ketakutan dan ketergantungan.

Dalam bahasa yang sarkas, manusia-manusia menjadikan uang sebagai candu sekaligus Tuhan baru yang dipuja-puja dan hantu yang menggentayangi setiap waktu. Lihat saja, bagaimana manusia fokus mengejar-ngejar nilai sakral yang melekat pada uang itu sepanjang hidupnya.

Baca juga: Kuasa Uang dalam Perspektif Al-Qur’an

“Buku ini mengungkapkan sistem nilai yang baru. Sebuah alternatif selain sistem keuangan murni. Sebagian karena, sebagai akibat langsung dari kredit macet, orang-orang mencari berbagai cara untuk melanjutkan hidup. Dan, mereka mencari sesuatu yang dapat menggantikan uang sebagai kriteria umum sebuah nilai. Oleh karena-mari bersikap jujur-kita terlalu berlebihan dalam menilai uang…

…Gambaran Oscar Wilde tentang orang yang sinis, yang memandang bahwa orang lain bertindak berdasarkan motif demi kepentingan diri sendiri-orang yang mengetahui harga segalanya dan tidak menghargai apapun-mulai ada pada diri kita. Kita semua, mau tidak mau, akhirnya terpaku pada uang…

…Sekarang, kita sering mendengar orang bilang, bahwa bukan yang menjadi akar semua kejahatan, melainkan kecintaan pada uang. Namun, penjelasan itu terasa terlalu akademis. Maksud saya, toh kita semua memang jatuh cinta pada uang. Dan sebagai akibatnya, kita pun selalu merasa kekurangan uang”, (hal. 5-6).

Penegasan Steve pada pembukaan itu, memberi sinyalemen kepada pembaca, bahwa dalam kontinuitas hidup umat manusia selalu disibukkan dengan tatanan nilai materiil yang terus menjadi candu.

Candu yang terus bersenyawa dengan kesempatan dan ruang kehendak yang harus dan terus dijadikan target utama oleh masing-masing pribadi. Sebab lebih dari  kecenderungan dan ketergantungan yang membebal menjadi candu itu sendiri, ada konsep nilai yang lebih berarti dalam memaknai hakikat diri sebagai manusia. Yakni nilai-nilai given (red; seluruh potensi yang ada di dalam diri) yang selama ini belum kita sadari sekaligus belum kita gauli.

Nilai “given” yang keberadaannya terkadang lebih sering manusia abaikan setiap waktu. Terabaikan karena manusia menggandrungi nilai tukar sementara yang dipersepsikan mampu membeli segalanya. Dengan memilikinya berjubel-jubel di brankas, pikirnya mampu menggenggam tahta rotasi dunia. Dengan menggenggam uang mampu melanggengkan hidupnya di dunia yang fana.

Ah, mungkin karena persepsi akan nilai yang keliru itu pula ada koruptor di mana-mana. Ada mafia di balik penderitaan rakyat jelata. Mungkin, manusia-manusia di muka bumi telah lupa, bahwa uang diciptakan semata-mata sebagai alat tukar transaksi guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Alat tukar transaksi yang sewaktu-waktu dapat berubah, dan bahkan mampu lenyap sisi sakral kebernilaian yang dikandungnya karena kebijakan penguasa maupun termakan usia.

Nampaknya, ada benarnya apa kata Leonardo da Vinci; “He who possesses not must be most afraid of loss“. Ia yang punya paling banyak biasanya punya rasa takut kehilangan paling besar. Jika yang kamu miliki banyak, maka takut kehilanganmu lebih besar. Hidup kita jangan tergantung pada kepemilikan, utamanya uang.

Nyatanya dalam realitas kehidupan ini tidak seluruhnya mampu ditebus dengan uang. Adakalanya nilai profetik; jujur, amanah, kepercayaan dan cerdas dalam segala aspek kehidupan lebih berharga daripada nilai yang melekat pada uang. Harus kita sadari, dalam menjalankan hidup ini manusia memang membutuhkan uang, namun tidak serta-merta kehidupan ini dapat tergadaikan hanya karena nilai yang terkandung dalam uang.

Gila memang, sampai di sini, sekonyong-konyong saya merasa sedang terdampar di lautan manzilatain; antara remang-remang ingatan teori Herbert Mind dan tatanan mapan filsafat nilai. Ah, sialan. []

Judul Buku         : Anda Sebenarnya Sangat Kaya Hanya Anda Belum Menyadarinya
Penulis               : Steve Henry
Judul Asli            : You are Really Rich You Just Don’t Know It
Penerjemah      : Nadia Alwi
Tebal Halaman : 136 lembar
Penerbit             : PT. Ufuk Publishing House
Tahun Terbit      : 2011
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Bagaimana pendapat Anda tentang artikel ini? Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! 

Anda juga bisa mengirimkan naskah Anda tentang topik ini dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya  di sini! 

Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!


Like it? Share with your friends!

3
3 points

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
0
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
2
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
2
Wooow
Keren Keren
1
Keren
Terkejut Terkejut
1
Terkejut
Roni Ramlan, M.Ag
Tim Redaksi Artikula.id

2 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

  1. @ roni ramlan ya ya.. perpektif yang keren. Tp angka-angka, spt nilai pertemanan Rp. 876.095.600, dsb itu dapatnya atau ngitungnya gmn ya?
    lgian bukannya kita secara tdk lgsg justru jd materialistik kl standarnya jg pakai nilai uang ya? haha

    1. Angka-angka itu ada kemungkinan besar hasil dari survey penelitian yang menggunakan metode kuantitatif ataupun mix metode. Dalam bukunya hanya menyebutkan kalau itu hasil penelitian penulis di Inggris. Tidak serta-merta menyertakan keterangan yang lebih lanjut. Betul itu, kalau memang standar-nya pakai nilai uang pasti pasti determinan bersifat materialistik. Tapi apa daya, pijakan itu yang digunakan oleh penulis. Padahal standarisasi dalam nilai sendiri banyak.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals