Sebagaimana halnya dengan Islam yang memiliki hari penting dalam setiap minggunya. Agama-agama lain sebelum Islam juga memiliki hari yang penting. Setidaknya hari Sabtu untuk Agama Yahudi dan hari Minggu untuk agama Nasrani. Hari-hari tersebut dijadikan hari yang penting dan sebagai hari yang khusus untuk meningkatkan spritualitas umatnya. Dengan demikian, tiap agama yang ada adalah memiliki waktu tertentu untuk membangun habaitus dan ritual keagamaan.
Dalam sejarah panjang perjalanan agama-agama di dunia terdapat waktu spesial yang dijadikan sebagai waktu ibadah. Setidaknya, antar agama satu dengan lainnya berbeda untuk menandakan aktivitas keagamaannya. Abrahamic Religion juga demikian memiliki ritual keagamaan bersamaan dengan waktu mulia tersebut. Dengan demikian, setiap agama memiliki waktu spesial yang diangung-agungkan oleh umatnya.
Yahudi memiliki hari Sabtu sebagai hari yang spesial dalam keagamaannya. Hal ini seperti pendapat Craig Harline menyebutkan bahwa tradisi ini merupakan trasisi pertama di kalangan agama-agama samawi. Waktu atau hari tersebut dijadikan sebagai sarana beribadat dan sekaligus istirahat. Hari itu sering dikenal ‘sabat’ atau hari ke tujuh dalam tiap sepekannya. Tradisi ini juga bertautan dengan makna asal istilah tersebut yakni shabbath yang memiliki arti berhenti dan istirahat. Dengan demikian, di kalangan Yahudi hari tersebut dijadikan hari istirahat dan beribadah.
Istilah ‘sabat’ dalam Yahudi yang terkait dengan kekudusan sudah ada jauh sebelum Taurat ditetapkan. Hal ini setidaknya dapat dilihat bahwa waktu sabat adalah terkait waktu penciptaan Tuhan dan alam semesta. Kenyataan ini menjadikan doktrin ini sebagai doktrin tertua yakni sudah ada 2000 tahun sebelum Ibrahim menjadi utusan Tuhan atau tepatnya 2500 tahun peristiwa Sinai pada saat Tuhan menyampaikan wahyu. Dengan demikian, lahirnya Sabat itu sendiri jauh sebelum terbentuknya komunitas Yahudi di dunia.
Dalam peristiwa sabat mengisyaratkan akan ritus-ritus di dalamnya. Pada hari itu ada tujuh hal yang penting yakni pelarangan memasak makanan. Makanan harus dimasak sebelumnya yakni hari Jum’at. Selain itu, pada hari itu harus berdiam di rumah masing-masing. Implikasi dari kedua hal tersebut adalah dilarang menyalakan api. Dengan demikian, tradisi tersebut memiliki sebuah ritus di dalamnya.
Ritus di atas juga dilengkapi dengan penyiapan sesajian. Hal ini dijadikan simbol sebagai persekutuan antara Tuhan dan manusia. Untuk melengkapi hal tersebut juga didukung oleh korban bakaran ataucurahan. Kegiatan seperti ini dengan domba dua ekor. Dengan demikian, bagian sesajian dan korban ini menjadikan keistimewaan hari sabt.
Sebagai hari istirahat, masyarakat dilarang melakukan aktifitas pekerjaan tertentu. Hal ini seperti larangan aktivitas bertani dan memikul beban atau berdagang. Dengan demikian aktivitas sabat benar-benar sebagai sesuatu yang sakral.
Pelanggaran atas hari sabt dan aktivitas di dalamnya juga diberikan. Hal tersebut sebagaimana dalam Yeremia: 17: 27 adalah azab atau murka Tuhan. Hal ini juga didukung dengan penjelasan dalam kitab Bilangan 15: 32-36 yang menunjukkan bahwa hukumannya adalah hukuman mati. Dengan demikian, jika umat tersebut tidak mengikuti aturan tentang hari sabt maka diberikan hukuman.
Demikian juga halnya dengan agama Nasrani. Agama tersebut memiliki hari yang khas yakni hari Minggu. Hal tersebut berdasarkan atas data historis abad ke 2 dan awal abad ke 3 Masehi.
Ajaran yang sama juga dilakukan dalam agama Islam dengan hari Jum’at yang memiliki keistimewan tertentu. Hal tersebut sesuai dengan yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan Hadis. Dengan demikian, beragam agama yang ada khususnya agama samawi memiliki waktu spesial yang dijadikan bagian dari peningkatan kualitas keyakinanya masing-masing.
0 Comments