Kita, umat Islam, barangkali sudah mengetahui terkait agama Kristen dan Yahudi, karena memang di dalam Al-Qur’an, dua agama tersebut sering disebutkan. Namun, wawasan tersebut hanya sebatas permukaan saja.
Mengetahui bahwa Al-Qur’an menyebut Kristen dengan sebutan Nashara, yang Allah berikan wahyu berupa Alkitab kepada Nabinya, Isa as, yang dikenal dengan Injil. Begitu juga dengan Yahudi, yang Allah juga memberikan wahyu berupa Taurat kepada Nabinya, Musa as.
Pengetahuan kita hanya sebatas itu saja, dan sering merasa puas dengan pengetahuan itu. Sehingga kita tidak peduli bagaimana wawasan yang lebih mendalam terkait agama-agama tersebut. Bagaimana agama-agama tersebut muncul, bagaimana penyebarannya, dan bagaimana ajaran-ajarannya.
Tentu saja hal ini akan ada kaitannya dengan agama Islam yang lahir belakangan. Minimal akan menimbulkan pertanyaan bagaimana nantinya agama-agama tersebut berinteraksi dengan agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ini, dan agama apa saja yang turut berinteraksi dengan Islam di Jazirah Arab pada masa itu. Karena mengingat agama Islam lahir di Jazirah Arab dengan Nabinya yang juga merupakan orang Arab.
Kareel Steenbrink dalam bukunya yang berjudul Nabi Isa dalam Al-Qur’an: Sebuah Interpretasi Outsider atas al-Qur’an menjelaskan tentang historisitas agama-agama yang ada di lingkungan Nabi Muhammad pada awal-awal munculnya Islam, khususnya tentang Kristen dan Yahudi yang ada pada masa itu.
Ternyata, di lingkungan Arab, tempat lahirnya Islam, sudah dikelilingi oleh kaum Kristen dan Yahudi, bahkan jauh sebelum Nabi Muhammad dan Islam lahir. Buktinya, Ka’bah yang saat ini menjadi pusat peribadatan orang Islam, pada awalnya ternyata padat dikelilingi oleh patung-patung dan berhala.
Sehingga timbul spekulasi bahwa Ka’bah pada awalnya merupakan pusat pemujaan agama Kristen, walaupun spekulasi ini belum dibuktikan dengan bukti yang kuat. Lebih lanjut, Kareel Steenbrink menjelaskan bahwa agama Kristen yang ditemukan di lingkungan Nabi Muhammad bukanlah seperti agama Kristen yang kita temui di Barat pada abad 20 M, melainkan kekristenan tersebut masih berupa perkiraan dan dugaan.
Kristen ini menyebar di beberapa daerah Jazirah Arab, seperti Kristen Suriah, Kristen Mesir, Kristen Ethiopia dan yang lainnya. Tetapi, di sisi lain, di sana juga disebutkan bahwa terdapat lima aliran kristen yang terpengaruh oleh Nabi Muhammad, yaitu Bizantium, Monofisit, dan Suria yang berkembang di bagian Utara, serta Koptik dan Abbesinia yang menyebar di bagian Barat.
Di dalam Al-Qur’an juga disebutkan bahwa masing-masing agama tersebut memiliki Alkitab yang diturunkan kepada masing-masing Nabi pembawa ajaran agama tersebut. Misalnya kepada Nabi Musa diberikan kitab Taurat, kepada Nabi Isa diberikan kitab Injil, dan kepada Nabi Muhammad SAW diberikan kitab Al-Qur’an.
Yang saya pahami, semua kitab-kitab tersebut disebut dengan Alkitab. Namun, timbul pertanyaan: jika semuanya disebut dengan Alkitab, maka apa yang membedakan antara Alkitab di agama Yahudi, Alkitab di agama Kristen, dan Alkitab di agama Islam? Untuk yang terakhir mungkin kita sudah tahu, karena kita selalu berinteraksi dengan kitab tersebut, yaitu Al-Qur’an.
Sementara Alkitab di agama Yahudi dan Nasrani, baik Kristen Katolik dan Protestan masih menjadi misteri. Kita mungkin menganggap sama antara Alkitab agama Kristen Katolik dan Protestan. Namun ternyata hakikatnya berbeda, terutama dalam hal bagaimana masing-masing agama tersebut menyikapi Alkitab tersebut.
Sebagaimana dalam wikipedia dijelaskan bahwa orang-orang Kristen Katolik Roma, Angklingan dan Ortodoks Timur, mereka lebih menekankan kepada harmoni dan arti penting dari Alkitab. Sementara orang-orang Kristen Protestan berfokus pada konsep Sola Scriptura.
Di dalam tulisan Kareel Steenbrink juga disebutkan adanya kitab Talmut, yang di dalamnya juga terdapat kisah-kisah yang isinya hampir sama dengan Al-Qur’an, seperti misalnya kisah Nabi Ibrahim yang menghancurkan seluruh patung dan berhala yang ada di sekitar Ka’bah dan menyisakan satu patung yang paling besar.
Pada akhirnya, kita bisa sepakat bahwa pengetahuan tentang sejarah munculnya agama-agama sebelum Islam ini, akan berdampak pada sikap kita dalam beragama. Orang yang memiliki wawasan luas tentang agama-agama lain, akan cenderung lebih terbuka dan toleran dalam hidup di tengah masyarakat yang beragam. Sehingga hidupnya cenderung harmonis dan rukun.
0 Comments