Secara sederhana, tafsir lisan dapat dipahami sebagai penafsiran al-Qur’an yang dilakukan dalam bentuk lisan (oral). Dilihat dari kemunculannya, sejarah membuktikan bahwa tafsir lisan mendahului tafsir tulisan. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad sendiri, yang kerap kali memberikan penafsiran atas ayat-ayat yang sulit dipahami oleh sahabat saat itu.
Akan tetapi, dalam perjalanannya tafsir lisan nampaknya kurang mendapat perhatian, terutama dalam ruang penelitian. Pada kenyataannya, penelitian tafsir al-Qur’an telah sangat banyak yang membahas tafsir tulis (kitab tafsir), sedangkan penelitian tafsir lisan masih dapat dihitung jari.
Terjadinya penelitian tafsir al-Qur’an yang terbatas pada penafsiran tulis boleh jadi disebabkan oleh data tafsir itu sendiri. Dalam hal ini, data tafsir tulis relatif lebih mudah ditemukan dibandingkan data tafsir lisan. Ketika penafsir melakukan penafsiran secara tulis, maka kata-kata yang menjadi hasil tafsirannya akan tinggal dan abadi dalam bentuk lembaran-lembaran. Hal ini berbeda dengan tafsir lisan, penafsir al-Qur’an yang menyampaikan tafsiran lisannya akan kehilangan kata-kata yang dihasilkannya.
Akan tetapi, kehadiran teknologi, terutama memasuki era media (audio maupun video) telah dapat menyetarakan keadaan lisan dengan tulisan dari segi keberadaan data. Sehingga data-data tafsir lisan dapat dijangkau layaknya tafsir tulis dalam kitab-kitab.
Di antara bentuk-bentuk tafsir lisan adalah tafsir lisan yang dilakukan oleh penafsir (seperti M. Quraish Shihab, atau lainnya), khutbah, ceramah, pengajian, dan sebagainya. Karena itu, penelitian tafsir lisan sangat mudah dilakukan, semudah melakukan penelitian tafsir tulis. Pertanyaan selanjutnya, bagaimana menelitinya?
Ada dua langkah yang dapat ditempuh dalam meneliti tafsir lisan, pertama menelitinya sesuai penelitian tafsir tulis, berikut metode dan pendekatannya. Langkah ini dapat digunakan terutama untuk tujuan mengungkap penafsiran lisan si penafsir. Kedua, menelitinya sesuai kelisanannya, yang memiliki karakteristik tersendiri. Langkah kedua ini lebih elaborasi dari langkah pertama, di sana akan didiskusikan perihal intonasi suara, pemilihan kata, struktur kalimat, hingga pemahaman konteks yang melekat atasnya.
Lebih jauh, kita juga dapat menggunakan karakteristik kelisanan yang ditawarkan oleh Walter J. Ong dalam menangkap karakteristik tafsir lisan, yakni Additive rather than subordinate (Aditif alih-alih subordinatif), Aggregative rather than analytic (Agregatif alih-alih analisis), Redundant or ‘copious’ (Berlebih-lebihan atau ‘Panjang Lebar’), Conservative or traditionalist (Konservatif atau Tradisional), close to the human lifeworld (Dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari), Agonistically toned (Bernada Agonistik), Empathetic and participatory rather than objectively distanced (Empatis dan Partisipatif alih-alih Berjarak), Homeostatic (Homeostatis), dan Situational rather than abstract (Bergantung situasi alih-alih Abstrak). Lihat Walter J. Ong, Orality and Literacy (London: Routledge, 2000).
Berbagai karakteristik kelisanan yang ditawarkan oleh Ong di atas, merujuk kepada model penelitian yang analisisnya berangkat dari teori orality-nya Ong –dari teori ketafsiran. Akan tetapi, pada analisis tafsiran ke teori, kita tidak mesti mengacu pada semua karakteristik di atas. Dalam artian, boleh jadi dalam setiap analisis tafsiran hanya sebagian karakteristik tersebut yang muncul, sehingga akan menyulitkan peneliti jika memaksa semua karakter tersebut harus hadir.
Bagaimanapun dalam penganalisiannya nanti, untuk menghasilkan penelitian tafsir lisan yang khas daripada penelitian tafsir tulis, langkah kedua menjadi alternatif penting untuk digunakan.
_ _ _ _ _ _ _ _ _
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂
Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!
Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini!
Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!
One Comment