Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beriman pada hari akhir, maka hendaknya ia mengatakan yang baik atau diam. (HR. Muslim)
Terdapat seorang seniman yang hebat, ia dikagumi oleh orang-orang karena karyanya. Banyak orang yang datang kepadanya agar mau mengerjakan ornamen-ornamen dirumah-rumah mereka. Namun keahliannya tidak dibarengi dengan prilaku yang baik dalam menjaga ucapan. Ucapanya menjadi bumerang bagi dirinya yang kemudian berakibat buruk yakni tidak lagi dihargai orang karena ucapannya. Sklumit kisah ini benar-benar terjadi dan seharusnya kita dapat mengambil sebuah pelajaran agar dapat menjaga lisan dari ucapan-ucapan yang dapat menyakiti orang lain.
Menjaga ucapan merupakan perkara yang sulit, karena secara sadar atau tidak, kita sering melontarkan perkataan yang menyinggung bahkan menyakiti orang lain. Hal ini sebenarnya akan kembali kepada kita. Ucapan yang di ucapkan, baik ucapan itu baik atau buruk pasti akan kembali kepada orang yang mengucapkannya.
Setidaknya kita ingat sebuah maqolah (سَلَامَةُ اْلإِنْسَانِ فىِ حِفْظِ اْلسَانِ), selamatnya manusia tergantung dalam menjaga lisannya. Sepandai-pandainya orang dalam melakukan sesuatu tanpa dibarengi dengan menjaga ucapan lisannya maka akan berdampak pada apa yang ia lakukan. Jika seorang da’i yang pandai berceramah, tapi tidak sesuai dengan apa yang ia ucapkan maka akan berakibat pada turunya kredibilitasnya (kepercayaan) sebagai seorang da’i dan masih banyak contoh lainya.
Suatu ketika sahabat Muadz bin Jabal bertanya kepada Rasulullah SAW tentang amalan yang dapat memasukkannya ke Surga dan menjauhkannya dari Neraka, Rasulullah SAW bersabda: Diantara amalan yang dapat memasukkan pelakunya ke dalam surga adalah: beriman kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya, menegakkan shalat, menunaikan akat, puasa ramadhan dan naik haji.
Kemudian Rasulullah bertanya kepada Muad bin jabal. “Maukah aku tunjukkan pintu-pintu surga?”, “puasa adalah perisai, sodaqoh menghapus kesalahan sebagaimana air mematikan api, dan salatnya salat malam”, lalu Nabi membacakan ayat (yang artinya): “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya…”, kemudian Rasulullah bersabda, maukah aku tunjukkan pokok dari segala perkara, tiang dan puncaknya? “Ya Rasulullah”, jawab Muadz. “pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad.
Lalu Nabi bersabda: “Maukah kalian aku beritahukan sesuatu yang jika kalian laksanakan kalian dapat memiliki semua itu?”. “Ya Rasulullah”. Maka Rasulullah memegang lisanya lalu bersabda: Jagalah ini (dari perkataan kotor atau buruk). Muadz bertanya lagi,”Apakah kita dihukum juga atas apa yang kita ucapkan?” Nabi bersabda: banyak orang yang masuk neraka karena ucapan-ucapan mereka.”
Begitu pentingnya menjaga ucapan agar tidak keluar ucapan yang menyakitkan dan menyinggung perasaan orang lain. Sehingga Allah-pun berpesan kepada orang-orang yang beriman untuk menjaga lisannya dari ucapan-ucapan buruk dan kotor. Firman Allah: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar,(al-ahzab:70). Kita harus meneladani baginda Rasulullah SAW. Setiap yang diucapkan pasti benar, apa yang beliau ucapkan singkat, padat, dan mudah dipahami. Sehingga menjadi kebaikan bagi siapa saja yang mendengarnya.
Jika kita perumpamakan, mulut kita ini seperti corong teko. Ia mengeluarkan apa yang ada di dalamnya. Jika di dalamnya air bersih, yang keluar bersih. Jika didalamnya kotor, yang keluar kotor. Begitu pula dengan ucapan yang kita keluarkan, jika yang diucapkan baik maka bisa dipastikan baik. Namun jika yang dikeluarkan kotor maka dapat dipastikan mencerminkan apa yang ada didalam hatinya. Oleh karenanya jika kita ingin mengetahui derajat seseorang, lihatlah dari apa yang diucapkannya.
Kita mendengarkan ucapan orang lain sepanjang dalam kebenaran, jika mendengar ucapan yang buruk kita berusaha menegur, menghentikan pembicaraanya, atau meninggalkannya. Alangkah baiknya jika kita mampu memberikan contoh bagaimana berbicara yang baik dan memberikan ilmu tentang bagaimana menjaga ucapan. Dan terpenting adalah kita memberikan contoh yang baik terhadap orang lain dengan ucapan-ucapan kita.
Semakin kita banyak bicara akan semakin banyak peluang kesalahan. Jika telah tergelincir ucapan yang buruk, maka akan berdosa dan meruntuhkan kehormatan kita. Akan tetapi tidak semua orang banyak bicara dikategorikan buruk. Yang masuk dalam kategori buruk adalah orang yang mengucapkan segala hal kebatilan. Berbeda dengan para guru, ustadz atau ulama justru menimbulkan masalah jika tidak berbicara.
Akhirnya, mari kita selalu berdoa agar dijauhkan dari ucapan-ucapan kotor yang hanya menimbulkan kerugian pada diri kita sendiri. Meminta kepada Allah agar apa-apa yang kita ucapkan selalu sesuai dengan petunjuk Allah sehingga ucapan kita penuh dengan hikmah, kebaikan, dan menjadi cahaya ilmu bagi orang yang mendengarkannya. Wa Allahu A’lam bis showab.
0 Comments