Al-Qur’an dan La Galigo Berbicara tentang Awal Kehadiran Manusia di Bumi

Ada kesamaan yang ditampilkan dalam kisah awal kehadiran manusia di bumi; Adam dalam Al-Qur’an dan Batara Guru dalam La Galigo.2 min


1
gambar: MerahPutih

La Galigo adalah karya fenomenal dari tanah Bugis-Makassar yang menempati karya sastra nomor satu terpanjang se-dunia, ia bahkan mengalahkan kitab Ramayana dan Mahabarata dari India. La Galigo diperkirakan ditulis sekitar abad ke-13 dengan menggunakan akasa Lontara.

Namun, kehadirannya di Bumi Indonesia nyaris tak tersentuh, hanya segelintir yang memerhatikan secara serius. Padahal La Galigo banyak memuat cerita yang menakjubkan bagi siapa saja yang membacanya. Di sini penulis hanya menampilkan satu cerita dari karya sastra terpanjang tersebut, yakni tentang Awal Kehadiran Manusia di Bumi.

Baca juga: Penciptaan Manusia dan Implikasinya dalam Pendidikan Islam

Pengambilan satu tema cerita di atas akan dikorelasikan dengan wacana awal kehadiran manusia di bumi versi Al-Qur’an yang antar keduanya terlihat ada kesamaan yang menarik untuk diungkap. Jika merujuk pada penemuan Andi Muhammad Akhmar, penulis buku Islamisasi Bugis, yang mengatakan bahwa dalam karya La Galigo terdapat sisipan ajaran Islam, maka tidak ada salahnya mengambil pelajaran (al-Ibrah) dari cerita yang ditampilkan dalam La Galigo.

Dalam Al-Qur’an dikatakan: “Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi” Mereka berkata “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-mu dan menyucikan nama-Mu?” Allah berfirman “Sungguh, Aku lebih mengetahui apa yang tidak kalian ketahui” (QS. Al-Baqarah: 31). Dalam La Galigo dengan narasi yang berbeda juga menampilkan kehendak yang sama dengan Al-Qur’an.

Baca juga: Belajar dari Pengalaman Hidup Nabi Adam dalam Al-Quran

Dalam La Galigo diceritakan bahwa dalam kehidupan ini mempunyai tiga tempat: Langit, Laut, dan Bumi. Tempat Langit atau dikenal dengan nama Botting Langit yakni kerajaan langit yang dipegang oleh Dawata Datu Patotoqe dan Dewata Datu Palinge, yang memiliki seorang putra sulung bernama Batara Guru. Sedangkan tempat Laut atau dikenal dengan nama Buri Liu merupakan kerajaan bawah laut yang dipegang oleh Guru Risalle dan Sinau Toja, yang memiliki seorang putri bernama We Nyili.

Sementara itu, bumi hanyalah tanah kosong yang benar-benar tak berpenghuni. Lalu sang Dewata Datu Patotoqe yang berada di kerajaan Langit segera memutuskan bahwa bumi tidak bisa dibiarkan terlalu lama kosong. Manusia harus diturunkan untuk memakmurkannya. Atas hasil musyawarah seluruh Dewata penghuni kerajaan Langit, maka Sang Patotoqe mengutus Batara Guru menjadi manusia pertama yang menghuni bumi. Tidak lama setelah Batara Guru hadir di bumi, dari kerajaan laut juga mengutus We Nyili untuk mendampingi Batara Guru memimpin kerajaan Bumi.

Baca artikel lainnya: Mengenang Kisah Cinta Adam Hawa di Tahun Politik

Minimal ada kesamaan yang ditampilkan dalam kisah awal kehadiran manusia di bumi dalam Al-Qur’an dan La Galigo di atas. Pertama, dalam Al-Qur’an digambarkan bahwa Allah berkata kepada para Malaikat, yang mengindikasikan terjadinya sebuah perkumpulan. Dalam versi La Galigo perkumpulan tersebut lebih dikenal sebagai musyawarah antar Dewata kerajaan Langit yang dikuasai oleh Dewata Datu Patotoqe. Kedua, turunnya Adam dan Hawa di bumi merupakan kehendak awal Allah SWT, meski sempat tinggal di Surga. Ini juga dirasakan oleh Batara Guru dan We Nyili. Ketiga tugas manusia pertama, Adam dalam Al-Qur’an dan Batara Guru dalam La Galigo, yaitu menjadi khalifah yakni penanggungjawab dan pemakmur bumi.

Adapun dari sisi perbedaannya, pertama Al-Qur’an menampilkan Adam dan Hawa sebagai ciptaan, sementara Batara Guru dan We Nyili sebagai anak. Kedua Allah SWT ditampilkan sebagai pemegang otoritas tunggal atas penciptaan Adam di bumi, sementara Dewata Datu Patotoqe bermusyawarah bersama para Dewata lainnya.

Baca juga: Argumentasi Kesetaraan Gender dalam Kisah Adam

Di tengah persamaan dan perbedaannya, kisah awal kehadiran manusia pertama di bumi dalam versi Al-Qur’an dan La Galigo memberi pelajaran (al-Ibrah), yakni sejak awal dan selama kehadirannya di muka bumi ini, manusia senantiasa ditugaskan untuk menebarkan kebaikan, menghilangkan kerusakan, sehingga tercapai kemakmuran di bumi ini. Demikianlah, manusia sebagai khalifah dalam versi Al-Qur’an, dan Batara Guru dalam versi La Galigo.

 _ _ _ _ _ _ _ _ _
Catatan: Tulisan ini murni opini penulis, redaksi tidak bertanggung jawab terhadap konten dan gagasan. Saran dan kritik silakan hubungi [email protected]

Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂

Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!

Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini! 

Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!


Like it? Share with your friends!

1
Muhammad Alwi HS
Mahasiswa Muhammad Alwi HS adalah Mahasiswa Magister di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals