WhatsApp adalah salah satu media sosial pilihan untuk berkomunikasi antara satu orang dengan yang lain atau dengan komunitas tertentu melalui grup WA. Pembaca tulisan ini tentu salah seorang di antara jutaan pengguna fasilitas WA. Boleh jadi satu orang bergabung dalam puluhan, bahkan ratusan grup WA.
Di antara grup WhatsApp yang menonjol adalah grup WA famili, baik keluarga kecil maupun keluarga besar, GWA alumni lembaga pendidikan, baik tingkat SD, SMP, SMA, maupun Perguruan Tinggi, grup teman sekantor, seprofesi, seorganiasi, maupun sehobi. Setiap orang memperoleh kemudahan untuk berkomunikasi dengan anggota grup masing-masing, baik yang berjarak dekat maupun jauh.
Setiap grup WA mempunyai karakter tersendiri yang terbentuk secara langsung atau tidak langsung oleh karakter setiap anggotanya. Semakin tertata sebuah grup semakin terkendali dan terkontrol dinamikanya. Hal itu didasarkan atas komitmen pada kode etik grup dan semacam kontrak kerja yang mengikat setiap anggotanya, baik berdasarkan kesepakatan tertulis maupun berdasarkan kelazimannya.
Secara pragmatik, seseorang akan tetap menjadi anggota suatu grup WA selama ia memperoleh manfaat dari grup tersebut. Sebagai anggota aktif ia memperoleh ruang untuk berbagi ide dan gagasan, baik gagasan pribadi maupun gagasan orang lain via copas, sedangkan sebagai anggota pasif ia memperoleh informasi dan pengetahuan dari anggota-anggota yang lain. Manakala dalam sebuah terdapat postingan yang membuat tidak nyaman, ketika itu seseorang berpikir dan mengambil keputusan untuk left.
Ibarat pisau bermata dua, WA menjanjikan manfaat yang amat banyak bagi penggunanya, begitu pula fungsi laten mendatangkan mudarat yang sama banyaknya. Dengan demikian, setiap pengguna WA niscaya pandai-pandai menyiasatinya. Mengambil manfaat yang sebanyak-banyaknya dan menghindari segala mudarat hingga yang sekecil-kecilnya.
Di antara sikap yang menguntungkan secara intelektual, emosional, dan spriritual dalam menggunakan WA ialah menjadikan semua orang yang tersambung dengan WA sebagai guru. Orang-orang yang berwawasan luas, bijak, penuh perhatian, dan peduli menjadi guru untuk ditiru, sedangkan mereka yang berwawasan sempit, suka mencaci, dan menyombongkan diri, dijadikan guru untuk tidak sekali-kali diikuti. Lebih dari itu didoakan agar segera menginsafi.
WhatsApp dapat disalahgunakan oleh siapa saja, kapan saja, dan untuk kepentingan apa saja. Oleh sebab itu setiap orang niscaya pandai-pandai membawakan diri dalam berintaraksi via WA. Maksud baik saja tidak cukup. Sebelum memposting informasi yang diperoleh dari grup sebelah, misalnya, hendaklah ia mempertimbangkan masak-masak aspek kebenaran dan tingkat kemanfaatannya, agar tidak menyesal di kemudian hari.
Akhir-akhir ini, selain mempertimbangkan informasi dari pihak lain dari berbagai aspek, saya cenderung untuk menyebarkan gagasan dari sumber-sumber tepercaya, misalnya pendapat pakar yang tertuang dalam buku, majalah, dan surat kabar, maupun menyebarkan gagasan pribadi melalui akun website sahabat yang tepercaya, yakni artikula.id. Hingga hari ini tidak kurang dari 75 judul tulisan pendek saya yang telah diterbitkannya.
Di antara kata-kata bijak yang saya pungut dan buah renungan serta inspirasi yang melintas di benak adalah sebagai berikut:
- Menulis itu perjuangan yang menyenangkan.
- Menulis buku tanda terima kasih kepada guru.
- Menulis untuk keabadian, kedamaian, kebahagiaan, dan persaudaraan.
- Membaca buku setiap waktu menambah ilmu.
- Hidup sekali hidup yang berisi.
- Siapa sehobi sehati.
- Siapa mampu tapi tak mau merendahkan Tuhan.
- Siapa mencintai pasti dicintai; siapa membenci pasti dibenci.
- Setiap orang punya waktu untuk melakukan apa yang disukainya.
- Setiap orang tahu jalan kesuksesan, tetapi tak semua menempuhnya.
- Untuk hobi setiap pribadi punya energi.
- Pangkal segala kebajikan rendah hati.
- Hidup niscaya didasari iman, diisi amal saleh.
- Berbuat kebaikan bagaikan Tuhan berbuat baik; menulis bagaikan Tuhan berfirman.
- Doa menghimpun tenaga dan menuntun usaha.
- Bakat ialah kesabaran dan ketekunan yang lama.
- Kemauan meningkatkan kemampuan.
- Jalan tengah itu cerah, indah, dan berkah.
- Temukan kebenaran, hindari pembenaran.
- Membuka jendela hati, supaya cahaya Al-Quran menyinari.
- 90% kesuksesan adalah keberkahan beradab baik kepada guru.
- Menjadi lebih baik dan bijak adalah tanggung jawab, bukan pilihan.
- Terus tumbuh menjadi lebih baik, berbuah lebat.
- Tugas Akademisi: kategorisasi, generalisasi, interpretasi, falsifikasi, objektivikasi, dekonstruksi, demitologisasi, kontekstualisasi.
- Dengan ilmu hidup menjadi mudah.
Dengan iman hidup menjadi terarah.
Dengan amal hidup menjadi melimpah.
- Learning by Doing:
Kita belajar berjalan dengan berjalan
Kita belajar bersepeda dengan bersepeda
Kita belajar berenang dengan berenang
Kita belajar membaca dengan membaca
Kita belajar menulis dengan menulis
- Bunga melati tumbuh di taman, membuka hati bertambah teman.
- Bunga mawar harum mewangi, banyak ikhtiar menambah rizki.
- Agama adalah mengenal Tuhan dan usaha meneladani-Nya (Seneca).
- Dengan hidup hanya sepanjang tarikan napas, jangan tanam apa-apa kecuali cinta. (Jalaluddin Rumi)
- Buku adalah surat lebih tebal kepada kawan-kawan (Jean Paul). *Mengenang kepergian mas Hernowo, penulis buku Mengikat Makna, Kamis 24 Mei 2018/ 8 Ramadhan 1439).
- Seperti dalam sepakbola, demikian pula dalam hidup, kita tak bisa melangkah lebih jauh, jika kita tidak tahu di mana gol atau tujuan hidup kita. (Arnold H Glasow)
0 Comments