Dunia Manusiawi

"..apapun yang dianggap “manusiawi” tidak akan menjatuhkan kualitasnya sebagai manusia itu sendiri.."2 min


6
6 shares, 6 points
maxpixel.net

Cobalah sesekali kita bertindak bodoh dengan bermonolog beberapa menit saja, kita pertanyakan diri kita, melihat komposisi susunan, lapisan-lapisan, formasi dan konfigurasi menyeluruh dari diri kita ke jauh yang lebih dalam dan inti, komprehensifkan “wikipedia” tentang diri kita, bahwa kita ini siapa? Kita bukan onggokan batu ataupun lempengan besi atau robot. Kita ini: M-a-n-u-s-i-a.

Manusia disebut hidup, meskipun manusia sendiri kabur tentang pemahaman apa itu hidup. Manusia dikatakan bergerak, meski gerakan mereka zig-zag, olang-oleng tak jelas sudut dan arahnya. Manusia mengaku bernafas, meskipun muatan nafas mereka ringan dan tak ada bobot syukurnya. Eh, manusia bahkan ternyata tak pernah bersyukur per hembusan nafas mereka, tertutup kesombongan diri mereka, seolah kuasa dirinya sendiri yang membikin nafas itu.

Manusia juga dibekali sejenis “kesadaran kognitif” sehingga mereka sadar mereka adalah manusia. Mereka menemui diri mereka adalah manusia. “Kesadaran” itu mungkin “endemik” pada manusia dan tak semua punya. Karena “kesadaran” itu samasekali tidak ditemui pada hewan, sehingga sampai detik ini hewan tidak sadar kalau dirinya adalah hewan, mungkin mereka sangka selama ini mereka juga manusia.

Kucing tidak mengerti dia ini ternyata kucing. Yang penting dia “ngeong”, meski mereka juga sekaligus tak tahu kalau mereka itu “ngeong”, mungkin mereka kira “ngembeek”. Ayam yang tiap fajar, insting hewaninya me-switch on tenggorokannya supaya berkokok, tanpa pernah sadar dia adalah seekor ayam dan suaranya adalah kokokan.

Sedangkan manusia punya “kesadaran penuh” bahwa mereka adalah manusia. Manusia mampu membikin dan menyusun terminologi kata-kata penghadiran makna kepada segala hal. Manusia punya equipment-equipment yang membuat dia unggul kualitasnya terhadap jenis makhluk lain meskipun ia tidak pernah menyadarinya. Akhirnya manusia hidup hanya penuh ditertawai cekikikan oleh kucing dan ayam karena “meong” manusia terlalu fals dan “kokok” manusia sering tidak tepat waktu.

Terlebih lagi sebagai manusia: kita ditancapkan hati dan perasaan pada diri kita. Dan itu semakin menegaskan perbedaan bahwa manusia punya dunianya sendiri yang tidak dimiliki oleh lainnya. Dunia itu adalah kemanusiaan. Dunia itu adalah manusiawi.

Muatan kenaturalan dari esensi perilaku dan sikap manusia, sering disebut sebagai “manusiawi”. Tetapi karena apapun hal yang masih dianggap normal dan tidak “out of control” dari keabsahan sebagai lumrahnya manusia secara global disebut manusiawi, maka itu menjadi sangat dilematis. Karena tiap manusia bisa jadi punya pandangan beda tiap “normal” dan “out of control”nya manusia.

Manusiawi menurutku fokusnya bukan pada penjagaan identitas manusianya sehingga yang setiap manusia lakukan bisa disebut manusiawi. Entah itu baik atau buruk menurut kacamata moral dan kehidupan. Melainkan manusiwi adalah penjagaan terhadap harkat dan martabat manusianya. Maka saya menjadi tidak sejutu seperti LGBT dan sejenis hal melenceng lainnya yang katanya masih berada pada “kemanusiawian”.

Kok katanya membela Hak Asasi Manusia. Manusia-manusia ndasmu. Loh ini bagaimana dunia ke depannya? Makanya saya lebih nyaman memakai istilah saya sendiri, bukan membela Hak Asasi manusia, melainkan membela Hak Asasi Martabat Manusia. Sehingga apapun yang dianggap “manusiawi” tidak akan menjatuhkan kualitasnya sebagai manusia itu sendiri.

Ketika aku melesat ke belakang dan menengok insiden yang sudah-sudah, entah tiang listrik atau sapi dan biro umroh, kok tega sekali ada orang diberi amanat oleh sekumpulan banyak orang, dari segala segmen dan lapisan manusia, dari tukang becak sampai pilot, dari pedagang sayur sampai pengusaha makanan kaleng, dari pengangguran sampai bos-bos penyedia lapangan kerja, dari santri  sampai Ulama Top, ditipu oleh mereka. Bukan hanya menghianati saja: seluruh kehidupan mereka diabadikan untuk hanya membuat hati orang lain sakit-sakitan, mereka menipu ummat sampai ke cara paling biadab, mereka membuat orang-orang mengelus dada.

Sebegitu tidak manusiawikah mereka menjadi manusia sehingga mereka masih merasa dirinya manusia?

Arsyad Ibad
Rembang,
12 Juli 2018 19:20

Baca juga:
Manusia-Manusia Dunia
Dunia Tanpa Manusia
Manusia Tanpa Dunia


Like it? Share with your friends!

6
6 shares, 6 points

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
1
Sedih
Cakep Cakep
5
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
5
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
3
Wooow
Keren Keren
6
Keren
Terkejut Terkejut
1
Terkejut
A. Irsyadul Ibad
A. Irsyadul Ibad atau Arsyad Ibad melakukan restorasi humanisme, arketipe ketauhidan dan cara pandang interpretasi.

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals