Mahmud Yunus (1899-1982): Ulama Ensiklopedis Indonesia

Ragam aktivitas MY dan karyanya menunjukkan akan kepiawaian dalam mempelajari Islam.3 min


Sumber foto: Bincangsyariah.com

Nama Mahmud Yunus (1899-1982 M.) di mata para akademisi Indonesia sudah tidak asing lagi. Beliau adalah guru, penulis buku dan aktivis sejak muda di Sumatra Thawalib.

Karier pendidikannya sangat baik dengan menempuh pendidikan di Universitas al-Azhar Mesir dengan derajat Alimiyah atau setara jenjang magister. Gelar doktornya diperoleh dari IAIN Jakarta melalui Doktor Honoris Causa atas jasanya dalam dunia pendidikan. Kenyataan tersebut menjadikan sosok Mahmud Yunus dikenal dan dikaji sampai sekarang.

Mahmud Yunus adalah seorang intelektual kelahiran Minangkabau, dilahirkan 10 Fabruari 1899 tepatnya di Sungayang Tanah Datar. Daerah kelahirannya tersebut berada sejauh tujuh kilometer dari Batusangkar. Daerah tersebut terletak di kabupaten Tanah Datar.  Beliau dilahirkan dari pasangan Yunus dan Hafsyah.

Sejak kecil ia mulai mempelajari agama Islam dengan membaca Al-Qur’an kepada sang ibu dan kakeknya sendiri dan mampu menghatamkan Al-Qur’an di usia tujuh tahun.

Pada tahun 1908, ia memasuki sekolah dasar di kampungnya yakni di Sungayang, namun selang lama kemudian ia pindah ke madrasah yang dipimpin oleh Muhammad Thalib Umar karena merasa jenuh dengan pelajaran yang sering diulang-ulang di sekolah lamanya tersebut.

Kepandaian Mahmud Yunus dalam pelajaran menjadikannya sebagai guru bantu di sekolahnya. Selanjutnya, Mahmud Yunus menjadi kepala madrasah. Atas pengalaman inilah Mahmud Yunus dapat mengerti problem pendidikan yang ada dengan menghasilkan inovasi yang dapat mengembangkan pendidikan Islam di Indonesia.

Baca Juga: Belajar Kehidupan dari Institusi Pendidikan Tertua di Indonesia

Mahmud Yunus pernah menjabat sebagai Rektor ADIA (Akademi Dinas Ilmu Agama)  sebuah PTKI awal sebelum berkembang sekarang menjadi UIN/IAIN dan STAIN. Ia memegang jabatan rektor di ADIA pada 1 Juli 1957.

Adapun jabatan lain di PTKI adalah sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta 1957-1960 dan rektor IAIN Imam Bonjol Padang 1967-1970.

Sebelumnya, Mahmud Yunus juga mendirikan Madrasah Tsanawiyah dengan nama Sekolah Menengah Pertama Islam atau dikenal SMPI di Sumatera Barat. Selain itu ia juga disibukkan dengan mengajar di PGAI tahun 1931 dan Mendirikan Sekolah Tinggi Islam atau dikenal STI Padang. Selain itu, Mahmud Yunus juga memimpin atau mengetuai STI tersebut.

Mahmud Yunus mendirikan sekolah-sekolah Islam pada awalnya terinspirasi dari perjalanannya ke luar negeri untuk menimba ilmu pengetahuan. Perjalanannya tidak hanya dilakukan pada saat Mahmud Yunus menunaikan ibadah haji dan kuliah di Mesir. Mahmud Yunus juga berkunjung ke sejumlah negara lain seperti Syiria, Libanon, Yordania, Turki, Irak, Tunisia dan Maroko.

Mahmud Yunus bahkan sering juga mengunjungi Mesir setiap tahunnya secara berturut-turut selama empat tahun menghadiri Muktamar di Universitas Al-Azhar dari tahun 1964 sampai 1969. Perjalanan tersebut dalam rangka muhibah akademik dan tugas dari Kementrian Agama.

Karya akademiknya meliputi 75 buah buku dengan beragam keilmuan keislaman yang dikaji di dalamnya. Dari jumlah tersebut 26 buku berbahasa Arab dan sisanya 49 judul dalam Bahasa Indonesia.

Baca Juga: Mencintai, Memburu, dan Menulis Buku (Cerita Sang Guru | Sesi II)

Beragam buku tersebut menjadi referensi dan bahan pengajaran di kalangan madrasah sampai PT. Beberapa buku Mahmud Yunus bahkan menjadi best seller yang dicetak dalam jumlah eksemplar ratusan ribu dan lebih dari 23 kali cetak ulang.

Selain itu, sosok Mahmud Yunus juga merupakan sosok pejuang dalam memasukkan pelajaran agama Islam pada kurikulum nasional atau pemerintah. Usulan Mahmud Yunus diterima dengan baik oleh Jawatan Pengajaran Sumatera Utara pada 1 April 1946. Atas jasa Mahmud Yunus inilah maka mata pelajaran Agama diajarkan secara resmi kepada seluruh pendidikan yang menggunakan kurikulum pemerintah.

Hal tersebut terjadi pada tahun 1951 yakni diajarkan selama dua jam pelajaran dalam seminggu. Kini, keberadaan kurikulum agama tersebut masih dipertahankan walaupun ada gagasan untuk menghapusnya.

Beragam karya Mahmud Yunus dikaji oleh para akademisi Indonesia. Mahmud Yunus memiliki keahlian di bidang ensiklopedis dengan beragam keilmuan keislaman.

Kajian tentang Mahmud Yunus juga dapat dilihat dalam bidang tafsir Al-Qur’an sebagai pelopor di dalamnya, apalagi jika mengingat beliau adalah salah satu pelopor stdudi ini dlm konteks Indonesia (Azizy & Syarifuddin, 2015). lebih dari itu sosok Mahmud Yunus memiliki paradigma khusus dalam tafsirnya. (Zulyadain, 2018) bahkan disinyalir Mahmud Yunus juga memiliki kajian baru dalam tafsir dan corak keindonesiaannya. (Azizy & Syarifuddin, 2015; Jamal, 2017)

Selain dalam kajian tafsir, Mahmud Yunus juga memiliki keahlian di bidang hadis. (Hasibuan, 2020; Munirah, 2017) Selain dua kajian dalam sumber ajaran Islam, Mahmud Yunus juga mempunyai kontribusi dalam kajian pendidikan. (Bunyamin, 2019; Hamzah, 2014; Nurza et al., 2018; Rohmah, 2016) demikian juga dalam pendidikan dan pengajaran Bahasa Arab. (Qorny, 2017; Srimulyani, 2011; Syarifuddin, 2017)

Kajian lain atas Mahmud Yunus adalah pedagogik (seni atau ilmu untuk menjadi seorang guru). (Muliati & Rahman, 2019) Bahkan pembaruan pegajaran juga menjadi titik tekan kajian akademisi tertentu. (Salam, 2008; Srimulyani, 2011; Wahab, 2017) lebih-lebih lagi mengenai kajian tertentu atas konsep pendidikan Mahmud Yunus juga kerap dikaji. (Salamah & Safiq, 2019)

Ragam aktivitas Mahmud Yunus dan karyanya menunjukkan akan kepiawaiannya dalam mempelajari Islam. Sosok Mahmud Yunus menjadi bagian dalam hidupnya mengembangkan pendidikan Islam mulai jenjang madrasah sampai perguruan tinggi.

Untuk menjadi sosok seperi Mahmud Yunus sangatlah sulit dan langka. Ide dan antusiasmenya dalam pendidikan menjadikan sosok Mahmud Yunus sebagai ulama Indonesia bergenre ensiklopedis dengan mengetahui beragam keilmuan keislaman.

Editor: Hadi Wiryawan

 _ _ _ _ _ _ _ _ _
Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Selain apresiasi kepada penulis, komentar dan reaksi Anda juga menjadi semangat bagi Tim Redaksi 🙂

Silakan bagi (share) ke media sosial Anda, jika Anda setuju artikel ini bermanfaat!

Jika Anda ingin menerbitkan tulisan di Artikula.id, silakan kirim naskah Anda dengan bergabung menjadi anggota di Artikula.id. Baca panduannya di sini! 

Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook Artikula.id di sini!


Like it? Share with your friends!

What's Your Reaction?

Sedih Sedih
0
Sedih
Cakep Cakep
1
Cakep
Kesal Kesal
0
Kesal
Tidak Suka Tidak Suka
0
Tidak Suka
Suka Suka
3
Suka
Ngakak Ngakak
0
Ngakak
Wooow Wooow
1
Wooow
Keren Keren
1
Keren
Terkejut Terkejut
0
Terkejut
Dr. H. Muhammad Alfatih Suryadilaga, S.Ag. M.Ag. (alm.)
Almarhum Dr. H. Muhammad Alfatih Suryadilaga, S.Ag. M.Ag. adalah Wakil Dekan Bidang Akademik Fak. Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga (2020-2024). Beliau juga menjabat sebagai Ketua Asosasi Ilmu Hadis Indonesia (ASILHA) dan Ketua Yayasan Pondok Pesantren al-Amin Lamongan Jawa Timur. Karya tulisan bisa dilihat https://scholar.google.co.id/citations?user=JZMT7NkAAAAJ&hl=id.

One Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Choose A Format
Story
Formatted Text with Embeds and Visuals