Tafsir adalah buah pemahaman Al-Quran yang diungkapkan, baik secara lisan, tulisan, maupun tindakan. Pada hakikatnya tafsir adalah jembatan antara teks Al-Quran yang sudah baku dengan kehidupan yang terus berkembang. Penafsiran Al-Quran adalah upaya mendialogkan idealitas Al-Quran dengan realitas historis kehidupan dalam rangka menghilangkan kesenjangan antara keduanya.
Pembelajaran tafsir Al-Quran adalah kelanjutan dari pembelajaran Al-Quran yang diselenggarakan melalui pendidikan formal maupun non-formal, baik pada pendidikan tingkat dasar, menengah, maupun tinggi. Pembelajaran tafsir Al-Quran akan efektif apabila dilaksanakan dalam suasana menyenangkan, didukung penguasaan materi dan metode pembelajaran yang optimal. Pembelajaran Tafsir Al-Quran tersebut didukung dengan kitab Al-Quran dan Terjemahnya ke dalam bahasa Indonesia.
Sebagaimana pembelajaran ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, pembelajaran tafsir Al-Quran pada lembaga pendidikan formal niscaya dilakukan secara bertahap dan berjenjang dengan prioritas materi ajar tertentu. Secara garis besar, prioritas bahan ajar tafsir Al-Quran adalah pesan-pesan Al-Quran tentang pokok-pokok ajaran Islam, yakni akidah, ibadah, mu’amalah dan akhlak.
Alternatif materi ajar tafsir Al-Quran untuk pendidikan dasar tentang pokok-pokok ajaran Islam tersebut adalah surat-surat pendek dalam Al-Quran. Pembelajaran tafsir Al-Quran ini disertai dengan menghafal surat-surat pendek Juz ‘Amma sebagai modal dan bekal untuk melaksanakan shalat, baik sebagai imam maupun sebagai makmum.
Pembelajaran Tafsir Al-Quran pada pendidikan menengah pertama dengan materi pokok-pokok ajaran Islam, yakni akidah, ibadah, mu’amalah dan akhlak secara tematik. Setiap pokok bahasan meliputi dua atau tiga ayat mengenai tema-tema tersebut, meliputi penjelasan arti kosakata, pembahasan kandungan ayat dan kesimpulan. Target pembelajaran disesuaikan dengan jam tatap muka di kelas yang tersedia.
Pembelajaran Tafsir Al-Quran pada pendidikan menengah atas dengan materi tema-tema pokok Al-Quran secara tematik, yakni tentang pendidikan, kebajikan, keadilan, persaudaraan, tolong-menolong, kerjasama, kejujuran, ketakwaan, kepemimpinan, toleransi, patriotisme. Setiap pokok bahasan meliputi empat atau lima ayat mengenai tema-tema tersebut, meliputi penjelasan arti kosakata, pembahasan kandungan ayat dan kesimpulan. Target pembelajaran disesuaikan dengan jam tatap muka di kelas yang tersedia.
Pembelajaran Tafsir Al-Quran pada pendidikan tinggi strata satu dengan materi pokok-pokok ajaran Islam, yakni akidah, ibadah, mu’amalah dan akhlak secara tematik serta tema-tema pokok Al-Quran secara tematik, yakni tentang pendidikan, kebajikan, keadilan, persaudaraan, tolong-menolong, kerjasama, kejujuran, ketakwaan, kepemimpinan, toleransi, patriotism dan lain-lain. Bahan ajar tersebut mengacu pada kitab-kitab tafsir secara bertahap, yakni satu kitab tafsir untuk setiap tema, kemudian mengacu pada dua atau tiga kitab tafsir secara perbandingan. Pembelajaran dilakukan dengan metode diskusi kelas per kelompok. Pembelajaran Tafsir Al-Quran disertai dengan pengenalan metode-metode penafsiran, pendekatan penafsiran, corak tafsir, dan kaidah-kaidah penafsiran Al-Quran.
Pembelajaran Tafsir Al-Quran pada pendidikan tinggi strata dua dengan materi disesuaikan dengan program studi atau konsentrasinya. Masing-masing mahasiswa mempresentasikan satu topik tertentu. Diusahakan topik-topik kajian layak dikembangkan untuk penelitian tesis. Contoh topik-topik kajian tafsir pada S2 Prodi PAI: Nilai-nilai pendidikan dalam penurunan Al-Quran bertahap; nilai-nilai pendidikan nasikh-mansukh dalam Al-Quran; nilai-nilai pendidikan muhkam-mutasyabih dalam Al-Quran; nilai pendidikan kisah-kisah dalam Al-Quran; nilai pendidikan perumpamaan dalam Al-Quran; kecerdasarn intelektual, emosional, dan spiritual dalam Al-Quran.
Pembelajaran Tafsir Al-Quran pada pendidikan tinggi strata tiga dengan materi disesuaikan dengan program studi atau konsentrasinya. Orientasi pembelajarannya untuk merumuskan konsep-konsep Al-Quran tentang tema-tema tertentu dan pemecahan atas persoalan-persoalan tertentu dalam persepektif Al-Quran secara lintas disiplin ilmu. Contoh topik-topik kajian Tafsir Al-Quran pada S3 prodi Studi Al-Quran dan Hadis: Kecerdasan majemuk Rasulullah saw dalam Al-Quran dan Hadis; Gempa bumi Lombok dan Palu dalam perspektif Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan; Hoax dalam perspektif Al-Quran dan realitas kekinian; Merokok dalam perspektif Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan; Hak Asasi Manusia dan Kewajiban Asasi Manusia dalam perspektif Al-Quran serta Deklarasi PBB dan Deklarasi Kairo; Tidur, mimpi, dan mati dalam perspektif Al-Quran dan psikologi; Korupsi dalam perspektif Al-Quran, perundang-undangan, dan praksis kehidupan.
Pembelajaran Tafsir Al-Quran non-formal disesuaikan dengan latar belakang komunitasnya. Misalnya komunitas pengusaha, pedagang, karyawan lembaga pendidikan, karyawan dan pimpinan perusahaan, guru (SD, SMP, SMA, PT), jamaah haji. Pembelajaran Tafsir Al-Quran secara insidental maupun rutin diusahakan menggunakan kitab Al-Quran dan Terjemahnya atau salinan/fotokopi ayat-ayat yang dikaji.
- Ayat-ayat Al-Quran bagaikan intan: setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dari apa yang terpancar dari sudut-sudut lain. Tidak mustahil, jika Anda mempersilakan orang lain memandangnya, ia akan melihat lebih banyak ketimbang apa yang Anda lihat. (Abdullah Darraz).
- Al-Quran memberikan kemungkinan arti yang tak terbatas. Ayat-ayatnya selalu terbuka untuk interpretasi baru; tidak pernah pasti dan tertutup dalam interpretasi tunggal. (Mohammed Arkoun).
- Tidak ada seorang pun dalam Islam yang mengklaim dirinya sebagai otoritas atas, dan menjadi penjaga terhadap pemahaman yang tepat mengenai Al-Quran. Seluruh umat Islam bertanggung jawab terhadap pengabadian, pengembangan pemahaman yang tepat dan implementasi ideal-ideal Al-Quran. (Muhammad ‘Ata al-Sid).
- Al-Quran adalah lautan tak bertepi; sumur tanpa dasar.
- Rengkuhlah Al-Quran, niscaya Allah swt merengkuh dan mencintaimu.
Tak seorang pun tahu rahasia
Hingga seorang mukmin
Ia tampak sebagai pembaca
Namun Kitab itu ialah dirinya sendiri.
(Mohammad Iqbal)
*) Disampaikan dalam Workshop Pembelajaran Al-Quran dan Tafsir yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada hari Senin, 29 Oktober 2018.
One Comment