Buku. Itulah yang kulihat berderet-deret rapi di almari dan meja baca bapakku. Ada yang tebal dan ada yang tipis, ada yang besar dan ada pula yang kecil. Bapakku gemar mengoleksi kitab, yakni buku-buku berbahasa Arab, baik kitab tafsir, hadis, maupun fiqih, termasuk kitab Ihya` ‘Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali.Terlintas di benakku untuk membaca buku-buku itu kelak bila aku sudah bersekolah.
Di antara koleksi bapakku ialah mushaf Al-Quran dengan tulisan tangan. Ciri utamanya ditulis dengan tinta hitam dan di bagian-bagian tertentu diselingi tulisan dengan tinta merah disertai ilustrasi gambar-gambar ornamental. Ketika itu terbersit niat untuk meniru menulis mushaf Al-Quran dengan tangan pula.
Aku menikmati buku Kisah 25 Nabi dan Rasul di hari-hari pasca mengikuti khitanan massal saat duduk di kelas tiga Sekolah Dasar. Berikutnya membaca buku Di Bawah Lindungan Ka’bah karya Buya Hamka. Ketika itu aku merasakan nikmatnya membaca. Pada waktu-waktu berikutnya aku suka membaca komik persilatan, baik dengan menyewa maupun membacanya di perpustakaan.
Memasuki pendidikan di Pondok Pesantren Pabelan Muntilan Magelang aku tidak lagi membaca komik. Hari-hari kuisi dengan membaca dan mengulang pelajaran-pelajaran di kelas. Kami belajar di luar kelas di bawah bimbingan Ustadz Subagyo (almarhum). Beliau mengenalkan kepada kami buku-buku bacaan ekstra selain buku pelajaran di kelas. Dari sanalah tumbuh minatku untuk membaca buku.
Melanjutkan pendidikan di Pondok Gontor Ponorogo, aku biasa membaca buku di Perpustakaan Pelajar. Di samping itu aku juga suka membaca buku di toko buku koperasi pelajar pada jam-jam istirahat sekolah atau pada sore hari menjelang pergi ke masjid untuk shalat berjamaah maghrib.
Program belajar Fathul Kutub (Membuka Kitab) ketika santri duduk di kelas VI benar-benar membukakan cakrawala pada khazanah keilmuan Islam. Pada acara itu kitab-kitab koleksi perpustakaan Universitas Darussalam Gontor dibawa ke aula untuk dilihat, dibuka, dibaca dan dibuat rangkuman hasil bacaannya. Ketika itu aku memilih antara lain Tafsir Al-Kasysyaf karya Az-Zamakhsyari. KH Imam Zarkasyi mendorong kami untuk mempelajari kitab-kitab tersebut lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri.
Mengikuti kuliah Ilmu Perbandingan Agama oleh Prof. A. Mukti Ali di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, para mahasiswa menerima paket sejumlah buku diktat dari pidato, ceramah dan makalah-makalah beliau dalam berbagai seminar. Para mahasiswa juga mendapat PR untuk mencari penjelasan atas istilah-istilah tertentu, baik dari ensiklopedia berbahasa Indonesia, bahasa Arab maupun Inggris.
Perkuliahan Strata Dua praktis semua dosen menggunakan metode diskusi kelas dengan penugasan menulis makalah dan mempresentasikannya secara bergiliran. Mahasiswa “dipaksa” untuk membaca, menulis, dan mengkritisi makalah-makalah teman-teman sekelas. Mau atau tidak mau setiap mahasiswa membaca sejumlah literatur tentang tema yang hendak didiskusikan di dalam pertemuan kelas.
Sangat beruntung kami memperoleh sentuhan belajar di bawah asuhan para Guru Besar, antara lain Prof. Dr. H. A. Mukti Ali, Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Prof. Dr. Harun Nasution, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Drs. H. Ahmad Azhar Basyir, MA., Prof. Drs. H. Zaini Dahlan, MA., Prof. Dr. Nourouzzaman Shiddieqy, Prof. Drs. H.A. Muin Umar, Prof. Dr. Simuh, Prof. Dr. Martin van Bruinessen, Prof. Dr. Dr. Koento Wibisono, dan Prof. Dr. Djoko Suryo, serta Prof. Dr. M. Amin Abdullah.
Di antara resep menulis dari Prof. Dr. Zakiah Daradjat, pertama, “Tempalah besi ketika panas.” Maksudnya, tulislah ide dan gagasan segera ketika ide itu datang dan pikiran masih segar dan jangan menunda menuliskannya sampai besok. Kedua, tulis dan tulislah; jangan membaca ulang tulisan sebelum selesai. Ketiga, endapkan tulisan dalam beberapa waktu sebelum dibaca kembali untuk penyempurnaan dan revisi.
Salah satu ciri utama para Guru Besar kami, mereka sangat terbuka untuk ditanya tentang apa saja berkaitan dengan pokok bahasan yang tengah dikaji, sampai para mahasiswa kehabisan pertanyaan. Giliran Guru Besar bertanya untuk penajaman analisis para mahasiswa gelagapan dan terbata-bata menjawabnya.
Pembiasaan membaca buku, terutama pada studi S2 dan S3, menumbuhkan kesukaan mengunjungi berbagai perpustakaan, pameran buku, dan toko buku, serta merangsang para mahasiswa untuk mengoleksi berbagai buku, baik dengan membeli maupun memfotokopi. Prioritas perburuan bukuku adalah di bursa buku murah alias loakan.
Kebiasaan membaca dan memburu buku menginsipirasiku untuk menulis dan menulis buku. Di antara buku-buku seputar Al-Quran yang telah kutulis, Mengerti Asbabun Nuzul: Rampai Peristiwa dan Pesan Moral di Balik Ayat-ayat Suci Al-Quran (Jakarta: Zaman, 2016). Edisi pertamamya Buku Pintar Asbabun Nuzul (Jakarta: Zaman, 2011, 384 hlm). Buku tersebut hasil penelitian di Universiti Kebangsaan Malaysia atas biaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2007) berjudul “Kesaksian Sejarah Al-Quran”.
Selain sejumlah buku seputar Al-Quran, buku favoritku Kearifan Semesta: Inspirasi untuk Kesuksesan dan Kebahagiaan (Jakarta: Gramedia, 2015). Buku ini merupakan himpunan kata-kata mutiara dari berbagai sumber, termasuk dari beberapa edisi bertahun-tahun majalah Intisari dan sejumlah buku motivasi. Semula terbit dalam delapan buku saku Seri Kearifan Abadi (Yogyakarta: Kanisius).
Buku itu mengabadikan kata-kata hikmah pujangga dari Timur maupun Barat, di antaranya Aristoteles, Albert Einstein, Abraham Lincoln, Abu Bakar Shiddiq, Benjamin Franklin, Cicero, Cipto Mangunkusumo, Evita Peron, Franklin de Roosevelt, George Bernard Shaw, Al-Ghazali, Goethe, Helen Keller, HB Jassin, Immanuel Kant, Ibnu Khaldun, Imam Syafi’i, Jean Paul Sartre, John Locke, Jalaluddin Rumi, Kahlil Gibran, KHA Dahlan, Luqman Al-Hakim, Martin Luther King, Muhammad saw, Omar Khayyam, Plato, Pramoedya Ananta Toer, Rabindranath Tagore, RA Kartini, Sokrates, Sidharta Gautama, Soekarno, Shakespeare, Thomas Alva Edison, Vincent van Gogh, dan Winston Churchill.
Di antara kata-kata bijak mereka, “Seringkali dalam kegelapan yang menutupi manusia, terbitlah cahaya pengharapan baru.” (Sokrates); “Para pujangga dari semua Negara adalah para penerjemah keabadian.” (Helen Keller); “Orang terpelajar adalah orang yang pandai menggunakan waktunya untuk belajar.” (George Bernard Shaw); “Apa yang bertentangan dengan akal, tentu bertentangan pula dengan Tuhan.” (Martin Luther King); “Kata-kata sama dengan tindakan, dan tindakan adalah sejenis kata-kata.” (Ralph W Emerson).
“Orang yang tidak mencari nasihat adalah bodoh. Kebodohan itu membuatnya buta terhadap kebenaran dan membuatnya menjadi jahat, keras kepala, dan ancaman bagi orang-orang di sekelilingnya.” (Kahlil Gibran); “Aku pernah minta kepada Tuhan dan aku diberi; bagaimana aku tidak percaya.” (Soekarno); “Sebagai warga dunia, kita perlu kesadaran baru bahwa kita sedang hidup bersama dengan orang lain yang memiliki latar belakang kewarganegaraan, agama, sosial, dan budaya yang berbeda.” (M. Amin Abdullah).
Dimulai dengan mengirimkan naskah buku ke penerbit lokal, Yogyakarta, kemudian melebar ke penerbit-penerbit di berbagai kota. Sebagai murid aku belajar dengan membaca buku, dan sebagai guru aku belajar dengan menulis buku.[]
Baca tulisan-tulisan Muhammad Chirzin lainnya: Kumpulan Tulisan Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag.
One Comment